Analisis Efisiensi Ekonomis Usahatani Kedelai Dalam Rangka Mendukung Keanekaragaman Pangan (Studi Di Desa Mlorah, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk)
Main Author: | Ningsih, IndahMustiko |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/129993/1/Skripsi_Indah_Mustiko_Ningsih_105040101111056_Analisis_Efisi.pdf http://repository.ub.ac.id/129993/ |
Daftar Isi:
- Kedelai merupakan salah satu komoditas yang turut berperan dalam penganekaragaman pangan. Komoditas ini memiliki kandungan kalori sebanyak 471 kkal (dalam setiap 100 gram) yang terdiri dari lemak 25,4 gram, karbohidrat 33,55 gram, dan protein 35,22 gram (Fatsecret, 2014). Di Indonesia, terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan produksi kedelai. Konsumsi kedelai mengalami peningkatan pada periode lima tahun terakhir. Peningkatan konsumsi dari tahun 2008 hingga 2012 mencapai 75,1 persen (Badan Ketahanan Pangan, 2013). Sementara itu, pada tahun 2010 hingga 2012 produksi berangsur-angsur mengalami penurunan. Pemerintah melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional. Pada tahun 2012, kedelai impor telah memenuhi 80,9 persen dari total konsumsi. Ketergantungan impor yang berkelanjutan dapat dihindari melalui upaya peningkatan produksi kedelai dalam negeri. Studi efisiensi telah banyak digunakan untuk mengetahui kinerja usahatani komoditas pertanian. Penelitian efisiensi komoditas kedelai telah mengkaji berbagai sisi. Etwire, Martey, and Dogbe (2013) melihat efisiensi teknis kedelai dengan membandingkan produksi yang dicapai petani dan produksi potensialnya. Lebih lanjut, Rahayu dan Riptanti (2010) membandingkan nilai produk marginal dengan harga inputnya untuk menghitung efisiensi alokatif. Kedua penelitian ini menggunakan fungsi produksi untuk menganalisis efisiensi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini menganalisis efisiensi teknis usahatani kedelai dengan menggunakan fungsi produksi dan efisensi ekonomis menggunakan fungsi biaya. Penelitian dilakukan di Desa Mlorah, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk dengan pertimbangan bahwa Desa Mlorah merupakan salah satu sentra kedelai di Kabupaten Nganjuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah usahatani kedelai sudah mencapai efisiensi teknis dan ekonomis. Penentuan sampel menggunakan metode stratified random sampling. Jumlah sampel adalah 34 petani kedelai. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb Douglass Stochastic Frontier dan fungsi biaya Cobb Douglass Stochastic Frontier. Kedua fungsi tersebut diestimasi menggunakan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Nilai efisiensi teknis (ET) dihitung melalui rasio antara produksi aktual dengan produksi potensial dari fungsi produksi Cobb Douglass Stochastic Frontier. Sementara itu, nilai efisiensi ekonomis (EE) diketahui melalui rasio antara biaya produksi minimal dari fungsi biaya Cobb Douglass Stochastic Frontier dengan biaya aktual yang dikeluarkan petani. Hasil penelitian efisiensi usahatani kedelai di Desa Mlorah adalah sebagai berikut: (1) Rata-rata efisiensi teknis di Desa Mlorah 71,5 persen (standar efisiensi 100 persen), artinya petani hanya mencapai 71,5 persen dari produksi potensialnya, sehingga terdapat peluang 28,5 persen untuk meningkatkan produksinya. Faktor-faktor yang berpengaruh dominan terhadap produksi adalah lahan dan benih, artinya untuk meningkatkan efisiensi teknis petani perlu memperhatikan kedua faktor tersebut. Ketika melakukan persiapan lahan, petani membabat dan membakar sisa jerami, padahal untuk menjaga kesuburan lahan, seharusnya jerami tersebut dibiarkan dalam lahan. Selain itu, petani menggunakan benih varietas Wilis yang produktivitas hanya 1,7 ton/ha. (2) Usahatani kedelai di Desa Mlorah belum mencapai efisiensi ekonomis. Rata-rata efisiensi ekonomis di Desa Mlorah adalah 85,1 persen (ukuran efisien adalah 100 persen) artinya petani perlu menghemat biaya input produksi sebesar 14,9 persen agar mencapai efisiensi ekonomis. Harga irigasi sumur bor berpengaruh dominan terhadap biaya produksi. Lokasi lahan petani yang jauh dari sumur bor menyebabkan biaya sewa irigasi semakin mahal karena membutuhkan selang yang lebih panjang. (3) Penganekaragaman pangan dapat tercapai salah satunya melalui ketersediaan pangan untuk komoditas kedelai. Produksi kedelai di Kabupaten Nganjuk pada tahun 2013 adalah 17.787 ton, sedangkan konsumsinya sebesar 18.099 ton, sehingga terdapat gap atau selisih sebesar 312 ton. Produksi kedelai di Kabupaten Nganjuk dapat ditingkatkan melalui efisiensi teknis. Apabila petani di Desa Mlorah mampu mencapai efisiensi teknis maka produksi kedelai dapat meningkat dari ton 693 ton menjadi 890 ton, sehingga gap antara konsumsi dan produksi di Kabupaten Nganjuk dapat dikurangi dari 312 ton menjadi 115 ton. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat saran bagi petani, pemerintah, dan penelitian selanjutnya. Saran untuk petani adalah persiapan lahan bisa dilakukan dengan cara menebas tunggul jerami diatas lahan tanpa harus membakarnya. Hal ini karena jerami padi dapat dimanfaatkan sebagai tambahan bahan organik tanah sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan serta menggunakan benih varietas Kaba yang memiliki produktivitas lebih tinggi daripada Wilis yaitu 2,13 ton/ha (Suhartina, 2005). Petani hendaknya menghemat biaya produksi dengan berinvestasi sumur pompa yang bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang. Saran untuk pemerintah yaitu menambah sarana produksi berupa sumur bor disetiap hektar lahan petani. Sementara itu, saran untuk peneliti selanjutnya adalah faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis dan ekonomis usahatani kedelai di Desa Mlorah melalui persamaan regresi berganda dan perlu dianalisis lebih lanjut tingkat efisiensi alokatif masing-masing petani.