Kelayakan Finansial Usahatani Kentang (Solanum tuberosum L) (Studi Kasus di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan)
Main Author: | Imawati, ZildaAyu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/129977/1/SKRIPSI_PDF.pdf http://repository.ub.ac.id/129977/ |
Daftar Isi:
- Salah satu sumberdaya atau kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha adalah sektor pertanian di Indonesia. Sebagai negara yang memiliki dua musim, Indonesia memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan hortikultura yang hampir saja tidak memiliki pesaing karena kekayaan sumberdaya komoditas pertanian yang tinggi serta ketersediaan lahan pertanian yang luas. Berdasarkan kebutuhan manusia terhadap sayuran dilihat dari aspek sosial masyarakat Indonesia mudah menerima sayur-sayuran untuk konsumsi sehari-hari. Berdasarkan hasil kajian Litbang Departemen Pertanian Maret 2013 lalu, tingkat konsumsi sayuran per kapita 40,35 kg/tahun. Usahatani sayuran merupakan usahatani intensif yang membutuhkan biaya produksi yang tergolong tinggi dibandingkan dengan komoditas lainnya, Sistem produksi kentang yang dikembangkan di Desa Wonokitri merupakan usahatani kecil yang masih dikelola secara sederhana. Pengelolaan yang kurang efisien dan efektif menyebabkan tingginya biaya yang harus dikeluarkan karena input yang digunakan terlalu berlebihan, sedangkan produksi yang diperoleh tidak sesuai dengan besarnya input yang dikorbankan untuk usahatani kentang. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan finansial usahatani kentang di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kentang di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan pada bulan Juni 2014. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 26 orang petani kentang. Metode yang digunakan adalah sampel acak sederhana ( simple random sampling ). Penelitian ini menggunakan metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif antara lain cash flow, R/C Ratio, dan Break Even Point (BEP) yang diolah dengan bantuan Microsoft Office Excel . Selain itu, dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan metode Regresi Linear Sederhana. Berdasarkan hasil analisis didapatkan biaya total rata-rata usahatani kentang selama 4 bulan untuk masing-masing petani responden strata luas lahan sempit adalah Rp 15.981.378,-, luas lahan sedang Rp 15.129.693,- dan luas lahan luas Rp7.782.795,-. Penerimaan rata-rata selama 4 bulan untuk strata luas lahan sempit sebesar Rp 24.052.679,- luas lahan sedang Rp 24.117.143, dan luas lahan luas Rp10.783.000,-. Sedangkan pendapatan usahatani kentang dalam 4 bulan dari masing-masing strata adalah luas lahan sempit sebesar Rp 8.071.301,-, luas lahan sedang Rp 8.987.450,- dan luas lahan luas Rp 3.000.205,-. Dapat disimpulkan, bahwa pendapatan tertinggi adalah petani responden luas lahan sedang. Hal ini dikarenakan pada petani responden luas lahan sempit dan luas pada saat kegiatan usahatani mengalami gagal panen sehingga pendapatannya menurun tidak sesuai dengan luas lahan yang diusahakan. Untuk perhitungan nilai R/C Ratio yaitu luas lahan sempit sebesar 1,51, luas lahan sedang sebesar 1,59, dan luas lahan luas sebesar 1,39. Nilai BEP (kg) selama 4 bulan untuk tiap strata adalah petani responden luas lahan sempit sebesar 74,30 kg, luas lahan sedang 39,71 kg, dan luas lahan luas 22,69 kg. Sedangkan untuk nilai BEP (Rp) petani responden luas lahan sempit adalah Rp 202,296,-, luas lahan sedang Rp 215.131,58,- dan luas lahan luas Rp 113.086,2,-. Sehingga dapat disimpulkan bahwa usahatani kentang seluruh petani responden efisien dan layak untuk dikembangkan karena mampu memberikan keuntungan. Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kentang adalah pestisida, bibit, dan tenaga kerja. Dengan nilai koefisien regresi secara berurutan adalah sebesar 1,337, 3,592, dan 0,443. Sedangkan faktor pupuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap pendapatan usahatani dengan nilai koefisien sebesar 1,918. Artinya hampir semua faktor yang ada pada penelitian ini mempengaruhi pendapatan usahatani kentang, kecuali faktor pupuk. Berdasarkan hasil di atas, saran yang diberikan adalah sebaiknya petani lebih memperhatikan faktor-faktor produksi yang lain yang akan digunakan agar bisa lebih efektif dan efisien sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan dan bisa dikatakan mengalami kelayakan finansial.