Pengaruh Waktu Penyerbukan dan Proporsi Bunga Betina dengan Bunga Jantan Terhadap Hasil dan Kualitas Benih Mentimun (Cucumis sativus L) Hibrida
Daftar Isi:
- Proses polinasi menggunakan serbuk sari dengan viabilitas yang baik serta stigma mencapai masa reseptif dan siap menampung polen. Jumlah polen sangat dipengaruhi oleh jumlah populasi tetua jantan yang ada. Petani benih mentimun hibrida sering melakukan penyerbukan dengan perbandingan bunga jantan dengan bunga betina tidak hanya 1:1 tetapi juga 1:2 dan 1:3 untuk menghemat sumber jantan. Waktu yang digunakan untuk penyerbukan antara pukul 06.00 sampai pukul 11.00. Apabila penyerbukan tidak dilakukan pada waktu kematangan bunga yang optimum, dapat terjadi tidak terbentuknya buah atau bentuk buah yang tidak normal. Gejala itu merupakan suatu kendala yang dapat menyebabkan kegagalan dalam penyerbukan dan pembuahan baik alami maupun buatan, dan akhirnya dapat mengakibatkan gagalnya produksi buah dan pembentukan benih. Dalam produksi benih mentimun hibrida, keberhasilan polinasi dipengaruhi oleh kematangan dari bunga jantan dan bunga betina itu sendiri. Oleh karena itu diperlukan waktu yang sesuai dalam melakukan polinasi untuk melihat reseptifitas stigma dan viabilitas polen pada tingkat yang sama. Perbandingan jumlah dalam bunga jantan dengan betina yang digunakan dalam proses polinasi juga sangat penting untuk menghasilkan jumlah biji dengan kualitas yang baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat reseptivitas dan jumlah polen yang dapat di tampung oleh stigma pada waktu tertentu pada tanaman mentimun untuk menghasilkan benih dengan kualitas yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh waktu penyerbukan dan proporsi bunga betina dengan bunga jantan terhadap hasil dan kualitas benih mentimun hibrida. Hipotesis yang diajukan ialah Terdapat perbedaan hasil dan kualitas benih mentimun pada waktu penyerbukan dan proporsi bunga betina dengan bunga jantan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Mei 2014, di desa Tumpuk, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek. Bahan yang digunakan untuk penelitian terdiri dari bahan tanam bibit mentimun induk jantan dan induk betina dan bahan yang digunakan dalam proses budidaya berupa mulsa plastik hitam perak, ajir bambu, pupuk NPK, pupuk kompos, insektisida, fungisida, penjepit seng, kertas koran, dan benang penanda. Peralatan yang digunakan dalam penelitian berupa gembor, cangkul, sabit, cutter, pinset, nampan plastik, handuk, jangka sorong, roll meter, timbangan, sprayer, gunting, alat tulis, penggaris, plakat nama, dan kamera digital. Metode penelitian ini menggunakan percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Kelompok Faktorial meliputi 2 faktor perlakuan yang diulang 6 kali, yaitu faktor pertama adalah pengaruh waktu penyerbukan tanaman. Perlakuan yang diberikan terdiri atas: (W1) pukul 06.00-07.00, (W2) pukul 08.00-09.00, dan (W3) pukul 10.00-11.00. Faktor kedua adalah proporsi bunga betina dengan bunga jantan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari: (P1) 1 bunga jantan ♂: 1 bunga betina ♀, (P2) 1 bunga jantan ♂: 2 bunga betina ♀, dan (P3) 1 bunga jantan ♂: 3 bunga betina ♀ . Pengamatan terdiri dari pengamatan panen yang meliputi hasil buah, kualitas buah, hasil benih, dan kualitas benih. Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA) taraf 5%. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap hasil pengamatan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji beda nyata (BNT) pada taraf 5 %. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan waktu penyerbukan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah buah panen, bobot buah pertanaman, panjang buah, bobot benih pertanaman, persentase benih bernas, bobot 100 biji, keserempakan perkecambahan, dan daya kecambah. Penyerbukan yang dilakukan pukul 06.00 WIB memberikan hasil yang lebih baik dari pada perlakuan waktu penyerbukan yang lain. Proporsi bunga betina dengan bunga jantan juga memberikan pengaruh nyata terhadap bobot buah pertanaman, panjang buah, bobot benih pertanaman, persentase benih bernas, bobot 100 biji, keserempakan perkecambahan, dan daya kecambah. Proporsi 1 bunga betina dengan 1 bunga jantan memberikan hasil yang lebih baik dari pada perlakuan proporsi bunga betina dengan bunga jantan yang lain. Interaksi antara proporsi bunga betina dengan bunga jantan dan waktu penyerbukan menunjukkan pengaruh nyata terhadap diameter buah dan jumlah benih pertanaman. Interaksi antara proporsi 1 bunga betina dengan 1 bunga jantan dan penyerbukan pukul 06.00 WIB memberikan hasil yang lebih baik dari pada kombinasi perlakuan yang lain.