Pengaruh Umur Bibit dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus)
Main Author: | Maulidina, Rizky |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/129957/1/bab_12345_New.pdf http://repository.ub.ac.id/129957/2/cover.pdf http://repository.ub.ac.id/129957/2/daftar_isi.pdf http://repository.ub.ac.id/129957/3/Lembar_Persetujuan.pdf http://repository.ub.ac.id/129957/ |
Daftar Isi:
- Saat ini perkembangan budidaya jamur tiram mulai meningkat pesat. Setyawati (2011) menyatakan, sentra produksi jamur tiram di Jawa Timur adalah Kabupaten Pasuruan, Kota Batu dan Kabupaten Malang. Produksi jamur di Jawa Timur pada tahun 2009 hingga 2010 mengalami kenaikan dari 28.557 ton menjadi 39.649 ton. Meningkatnya luas panen dan produksi, mengindikasikan konsumsi jamur saat ini semakin diminati. Namun permasalahan yang dihadapi oleh petani jamur pemula adalah kendala mengenai informasi umur bibit yang akan digunakan misalnya menggunakan bibit jamur yang sudah dalam masa kadaluwarsa. Bibit kadaluwarsa memiliki daya tumbuh rendah sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur selanjutnya. Oleh sebab itu dengan penggunaan bibit dan komposisi media yang sesuai diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk jamur tiram putih. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui pengaruh umur bibit serta komposisi media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih. Hipotesis yang diajukan : 1) Terdapat interaksi antara umur bibit dan komposisi media tanam yang digunakan terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram putih 2) Umur bibit 21 hsi (hari setelah inokulasi) dapat memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil jamur tiram, 3) Komposisi media 100 kg serbuk kayu sengon + 7,5 kg pollard dapat memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan badan buah jamur tiram putih. Penelitian dilaksanakan di Pabrik CV. 88 Agro Jamur Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, pada bulan Maret hingga Juli 2014. Alat yang digunakan antara lain: plastik PP (polypropilen), pipa paralon, skop, ayakan, alat pengangkut, mesin sterilisasi, sprayer, bunsen, spatula, timbangan, dan keranjang. Bahan yang digunakan antara lain: serbuk gergaji kayu sengon, pollard, tepung jagung, bibit F2 jamur tiram putih (Pleurotus florida) dengan variasi umur berbeda, gipsum, kapur, spirtus, alkohol 70%, dan air. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama umur bibit terdiri dari 4 taraf : U1 = 14 hsi; U2 = 21 hsi ; U3 = 28 hsi ; U4 = 35 hsi, faktor kedua komposisi media terdiri dari 4 taraf : M0 = 100 kg serbuk kayu sengon + 7,5 kg pollard ; M1 = 100 kg serbuk kayu sengon + 5 kg pollard + 2,5 kg tepung jagung; M2 = 100 kg serbuk kayu sengon + 2,5 kg pollard + 5 kg tepung jagung; M3 = 100 kg serbuk kayu sengon + 7,5 kg tepung jagung. Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan. Percobaan diulang 3 kali, masing-masing perlakuan terdiri atas 8 baglog sebagai sampel pengamatan sehingga diperlukan 384 baglog. Parameter pengamatan meliputi : lama penyebaran miselium (hsi), saat panen pertama (hsi), jumlah badan buah per baglog (buah), total bobot segar badan buah (g), rata-rata diameter tudung (cm), interval panen (hari), dan frekuensi panen (kali). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA), apabila terdapat perbedaan nyata akan dilanjutkan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 % untuk mengetahui respon masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan, interaksi nyata hanya terjadi pada parameter lama penyebaran miselium dan saat panen pertama yang diperoleh dari kombinasi U2M1 (umur bibit 21 hsi dengan media 100 kg serbuk kayu sengon + 5 kg pollard + 2,5 tepung jagung) lebih cepat dibandingkan perlakuan lain. Pada perlakuan umur bibit pengaruh nyata ditunjukkan pada parameter total bobot segar badan buah dan frekuensi panen. Umur bibit 14 hsi dan 21 hsi menghasilkan total bobot segar badan buah tertinggi yaitu 342,24 g dan 355,94 g dengan selisih > 50 g dengan umur bibit 28 hsi dan 35 hsi. Perlakuan komposisi media berpengaruh nyata pada semua parameter kecuali jumlah badan buah per baglog. Pada parameter total bobot segar badan buah perlakuan M0 (100 kg serbuk kayu sengon + 7,5 kg pollard) dan M1 (100 kg serbuk kayu sengon + 5 kg pollard + 2,5 kg tepung jagung) menunjukkan hasil tertinggi dengan total bobot segar tinggi yaitu 336,39 g dan 340,77 g, sedangkan media M2 (100 kg serbuk kayu sengon + 2,5 kg pollard + 5 kg tepung jagung) dan M3 (100 kg serbuk kayu sengon + 7,5 kg tepung jagung) menujukkan hasil yang lebih rendah dengan total bobot segar badan buah 301,25 g dan 280,82 g. Analisis kelayakan usahatani menunjukkan kombinasi umur bibit 21 hsi dengan media 100 kg serbuk kayu sengon + 5 kg pollard + 2,5 kg tepung jagung mampu menghasilkan nilai R/C rasio 1,38 sekaligus memberikan keuntungan lebih tinggi daripada kombinasi lainnya yaitu Rp 2.224.240.