Pengaruh Aplikasi Kombinasi Biourine dengan Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium ascolonicum L.)

Main Author: Rinanto, Hulman
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129944/1/BAB_1_-_5.pdf
http://repository.ub.ac.id/129944/
Daftar Isi:
  • Bawang merah merupakan komoditas utama dalam prioritas pengembangan sayuran dataran rendah di Indonesia dan sudah dikenal oleh penduduk Indonesia sejak abad ke 20 (Jaelani, 2007). Produksi bawang merah saat ini mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 produksi bawang merah sebanyak 1.048.934 ton, pada tahun 2011 sebesar 893.124 ton, dan pada tahun 2012 sebanyak 964.221 ton (BPS, 2013). Dari produktivitas yang telah disebutkan diatas, ternyata faktor yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah di dalam negeri ialah pertumbuhan areal panen (4,3%) sedangkan komponen produktivitas hanya menyumbang 1,1% dari total produksi (Deptan, 2007). Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah ialah melalui pemupukan dengan aplikasi biourine karena pada bahan cair kotoran sapi terdapat enzim dan mikroba penghancur sisa makanan ternak dan hormon, yang diharapkan dapat mempercepat proses metabolisme pada tanah maupun tanaman sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sayuran. Tujuan dari penelitian ini ialah ( 1 ) u ntuk mendapatkan kombinasi biourine dengan pupuk anorganik dan kompos kotoran sapi yang terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah ( 2) untuk mengetahui pengaruh aplikasi biourine yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dan kompos kotoran sapi pada pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Hipotesis yang diajukan ialah (1) k ombinasi biourine feses dengan pupuk anorganik 25% dari dosis optimum dan kompos kotoran sapi 25% dari dosis optimum akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah (2) k ombinasi biourine yang tepat akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2014 bertempat di desa Ngujung, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Lahan percobaan terletak pada ketinggian 900 Mdpl dengan curah hujan rata-rata 2600 – 3100 mm per tahun dengan suhu rata-rata 24o – 8o C dan kelembapan berkisar 6 – 6,7. Bahan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah bibit bawang merah varietas Filipina, feses sapi, urin sapi, kompos kotoran sapi sapi, pupuk anorganik tunggal, air, EM4, furadan, gula merah, empon-empon serta pestisida. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 9 perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Perlakuan dalam penelitian meliputi: BU + PA 50 (P 1 ), BU + PA 25 + PK 25 (P 2 ), BU+PK 50 (P 3 ), BF+PA 50 (P 4 ), BF+PA 25 +PK 25 (P 5 ), BF+PK 50 (P 6 ), BUF+PA 50 (P 7 ), BUF+PA 25 +PK 25 (P 8 ), BUF+PK 50 (P 9 ). BU = Biourine Urine; BF = Biourine Feses; BUF = Biourine urine feses; PA 50 = Pupuk Anorganik 50% dari dosis optimum ; PA 25 = Pupuk Anorganik 25% dari dosis optimum ; PK 50 = Kompos kotoran sapi 50% dari dosis optimum; PK 25 = Kompos kotoran sapi 25% dari dosis optimum . Pengamatan dilakukan secara non destruktif, destruktif dan panen. Pengamatan non destruktif meliputi panjang tanaman dan jumlah daun. Pengamatan destruktif meliputi jumlah umbi per rumpun, jumlah anakan, bobot segar umbi per rumpun (g), bobot kering umbi oven per rumpun (g), bobot kering total tanaman oven (g), luas daun (cm2). Pengamatan panen meliputi jumlah umbi panen , bobot segar umbi panen (ton ha-1) b obot tanaman total kering matahari (ton ha-1), Hasil produksi bawang merah (ton ha-1), indeks panen (IP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua variabel pertumbuhan tidak ada perbedaan yang nyata, sedangkan pada variabel hasil panen perlakuan biourine urine feses + kompos kotoran sapi 50% dari dosis optimum (P 9 ) memberikan hasil tertinggi sebesar 13,58 umbi tan-1. Pada biourine bahan dasar feses, pupuk anorganik 25% dari dosis dengan kompos kotoran sapi 25% dari dosis (P 5 ) optimum