Pengaruh Pupuk Kandang dan Crotalaria juncea L. Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.)
Daftar Isi:
- Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu jenis tanaman palawija yang memiliki banyak kegunaan sehingga komoditas ini diprioritaskan untuk dikembangkan. Dalam pengembangan komoditas kedelai, banyak kendala yang dihadapi terutama produksi kedelai yang masih rendah sehingga kebutuhan akan kedelai belum tercukupi. Penurunan produktivitas kedelai ini disebabkan oleh penurunan areal tanam sehingga produktivitas mengalami stagnasi. Sejalan dengan peningkatan kesadaran manusia akan dampak dari penggunaan pupuk anorganik yang terus-menerus tanpa diimbangi dengan pemberian pupuk organik akan mengakibatkan kesuburan tanah berkurang, sehingga mengakibatkan kadar bahan organik di dalam tanah sangat rendah yakni kurang dari 2 % dan menjadi faktor pembatas untuk mencapai produksi yang tinggi. Kandungan bahan organik tanah yang sangat rendah membutuhkan masukan bahan organik yang tinggi untuk menciptakan kondisi tanah yang ideal dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Bahan organik yang ditambahkan memberikan perbaikan positif bagi kesuburan tanah yang ditandai dengan peningkatan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dalam tanah. Oleh karena itu, dengan penambahan bahan organik berupa pupuk kandang dan Crotalaria juncea diharapkan dapat menurunkan penggunaan pupuk anorganik serta meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mempelajari pengaruh pupuk kandang dan Crotalaria juncea L. untuk mengurangi dosis pupuk anorganik pada pertanaman kedelai. Hipotesis yang diajukan adalah pupuk kandang dan Crotalaria juncea L. dapat menurunkan dosis pupuk anorganik pada pertanaman kedelai. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2014, di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan berupa timbangan, meteran, oven, cangkul, gembor, tugal, Leaf Area Meter (LAM). Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, benih Crotalaria juncea, pupuk kandang sapi, pupuk pupuk Urea (46% N), SP-36 (36% P2O5), KCl (60% K2O), Insektisida Decis 25 EC dan Ripcord 50 EC. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial, terdiri dari 2 faktor yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah pupuk anorganik (A) yang terdiri atas pupuk anorganik dengan 3 taraf yaitu : A1 : pupuk anorganik 100 % (50 kg ha-1 Urea + 60 kg ha-1 SP-36 + 100 kg ha-1 KCl), A2 : pupuk anorganik 75 % (38 kg ha-1 Urea + 45 kg ha-1 SP-36 + 75 kg ha-1 KCl), A3 : pupuk anorganik 50 % (25 kg ha-1 Urea + 30 kg ha-1 SP-36 + 50 kg ha-1 KCl). Sedangkan Faktor kedua adalah pupuk organik (O) dengan 4 taraf yaitu : O0 : Tanpa pupuk organik, O1 : Pupuk kandang 10 ton ha-1, O2 : Crotalaria juncea 10 ton ha-1, O3 : Pupuk kandang 5 ton ha-1 dan Crotalaria juncea 5 ton ha-1. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil 4 tanaman contoh untuk setiap kombinasi perlakuan yang dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 28, 42, 56, 70 hari setelah tanam dan pada saat panen yang meliputi komponen pertumbuhan dan hasil, analisis pertumbuhan tanaman, dan analisis tanah. Pengamatan komponen pertumbuhan meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering total tanaman. Analisis pertumbuhan tanaman meliputi: Leaf Area Index (LAI), Crop Growth Rate (CGR). Pengamatan komponen hasil meliputi: jumlah polong per tanaman, presentase polong hampa, bobot polong total per tanaman, jumlah biji per tanaman, bobot 100 biji, hasil panen per hektar. Analisis tanah meliputi: Sifat kimia tanah (N, P, K, C-Organik, dan KTK tanah) sebelum penelitian dan setelah penelitian. Data pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 % untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasil yang didapatkan nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil pada taraf nyata 5 % untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk organik belum mampu mengurangi kebutuhan pupuk anorganik pada pertanaman kedelai. Perlakuan 50% dosis pupuk anorganik sebesar 1,21 ton ha-1 dan 75% dosis pupuk anorganik sebesar 1,35 ton ha-1 memberikan hasil biji kedelai yang tidak berbeda nyata dengan 100% dosis pupuk anorganik sebesar 1,28 ton ha-1. Kombinasi 5 ton ha-1 pupuk kandang + 5 ton ha-1 C. juncea memiliki hasil biji kedelai sebesar 1,36 ton ha-1 lebih tinggi 13,33% dibandingkan dengan tanpa penggunaan pupuk organik yang memiliki hasil biji sebesar 1,20 ton ha-1 dan meningkat 9,67% dari 10 ton ha-1 pupuk kandang dengan hasil biji sebesar 1,24 ton ha-1, serta meningkat 3,81% dari 10 ton ha-1 C. juncea dengan hasil biji sebesar 1,31 ton ha-1.