Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemberian Bahan Organik (Blotong dan Abu Ketel) terhadap Kemantapan Agregat Tanah dan Pertumbuhan Vegetatif Awal Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Ultisol

Main Author: Widiyantoro, MochammadRandika
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129878/1/Mochammad_Randika_Widiyantoro_%28105040201111088%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/129878/
Daftar Isi:
  • Luas areal lahan perkebunan tebu di Unit PG Camming PTPN X total mencapai 10.000 ha dengan HGU (Hak Guna Usaha) yang diolah seluas 3.757 ha dan TR (Tebu Rakyat) 1.087 ha (Data Quality Control PG Camming, 2013). Dari luasan tersebut, maka sebagian besar pengolahan tanah dilakukan secara mekanis (traktor dan alat pengolahan tanah), khususnya pada lahan HGU. Perlu dilakukan pengolahan tanah yang tepat agar dapat mempertahankan kualitas fisik tanah sehingga membantu pertumbuhan tanaman dan kemantapan agregat tanah. Salah satunya dengan menggunakan kombinasi pengolahan tanah dengan penambahan bahan organik yang berasal dari residu berupa abu ketel dan blotong. Perlakuan tersebut diharapkan dapat menjadi solusi dalam memperbaiki sifat fisik tanah, khususnya kemantapan agregat tanah dan meningkatkan pertumbuhan tebu secara optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pengolahan tanah dan pemberian bahan organik (blotong dan abu ketel) terhadap kemantapan agregat dan pertumbuhan vegetatif awal tanaman tebu. Penelitian dilaksanakan di perkebunan tebu Unit PG Camming, PTPN X, Bone, Sulawesi Selatan. Kegiatan analisis dilaksanakan di laboratorium fisika dan kimia tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Perlakuan diatur menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Terdapat 5 perlakuan, yaitu K0 (Kontrol/plowing dua kali-harrowing-furrowing), K1 (kontrol-blotong dan abu ketel disebar), K2 (plowing-harrowing-furrowing-blotong dan abu ketel disebar), K3 (subsoiling dua kali-harrowing dua kali-furrowing-bltotong dan abu ketel disebar), dan K4 (subsoiling dua kali- harrowing dua kali-furrowing-abu ketel dan blotong dimasukkan dalam larikan). Pengamatan dilakukan pada 0, 3, 6, dan 9 MST (minggu setelah tanam). Analisis statistik menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) taraf 5% untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila menunjukkan berbeda nyata dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Uji korelasi dan uji regresi untuk mengetahui hubungan dan keeratan antar variabel pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan subsoiling dua kali-harrowing dua kali-furrowing-blotong dan abu ketel dimasukkan dalam larikan (K4) mampu meningkatkan kemantapan agregat tanah dibandingkan dengan perlakuan lain. Selain itu, perlakuan K4 mampu meningkatkan tinggi tanaman tebu pada fase vegetatif awal dibandingkan dengan perlakuan lain. Peningkatan kemantapan agregat pada perlakuan subsoiling dua kali-harrowing dua kali-furrowing-blotong dan abu ketel dimasukkan dalam larikan (K4) diikuti dengan peningkatan tinggi tanaman tebu pada fase vegetatif awal.