Efektivitas Penggunaan Sub-Soiler Pada Perkebunan Nanas Dengan Kondisi C-Organik Tanah Yang Berbeda Pemadatan Tanah Dan Porositas Total Tanah

Main Author: Septiyanto, Agung
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129849/1/SKRIPSI_-__AGUNG_SEPTIYANTO_%28105040200111010%29.pdf
http://repository.ub.ac.id/129849/
Daftar Isi:
  • Sebagian besar tanah di wilayah PT GGP (Great Giant Pineapple), telah terdegradasi yang ditandai dengan tingkat kepadatan tanah yang tinggi dan kandungan C Organik rendah, sehingga di musim penghujan di beberapa tempat banyak terjadi penggenangan yang sangat merugikan tanaman. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak PT GGP membuat saluran drainase dengan menggunakan bajak dalam (subsoiler). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab 2 pertanyaan penelitian yaitu: (1) Apakah pemadatan tanah yang terjadi di kebun nanas adalah berkaitan dengan rendahnya kandungan C Organik tanah? (2) Apakah tanah yang telah diolah menggunakan subsoiler menunjukkan gejala rekompaksi tanah? Bila ya, kapan rekompaksi tersebut terjadi? Hipotesis yang diajukan adalah (1) Semakin lama waktu setelah aplikasi subsoiler akan diikuti dengan menurunnya porositas total tanah (2) Penurunan porositas tanah akan lebih cepat terjadi pada tanah dengan kandungan C Organik rendah (<1,2%) dibandingkan dengan tanah dengan kandungan C Organik yang lebih tinggi (>1,2%). Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan nanas PT. GGP, Terbanggi Besar, Lampung Tengah, pada bulan Januari hingga April tahun 2014. Pengukuran dilakukan pada beberapa lahan pewakil yang telah diolah menggunakan subsoiler, dengan 2 sumber keragaman: (a) Waktu setelah pembajakan: 4, 6 dan 8 bulan setelah pembajakan (BSP), (b) Kandungan C Organik : rendah (<1,2%), tinggi (>1,2%). Pengukuran pada masing-masing variabel diulang sebanyak 6x. Beberapa variabel yang diukur: Berat isi (BI) tanah, berat jenis (BJ) tanah, ketahanan penetrasi, kemantapan agregat, tekstur tanah dan total C Organik tanah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa upaya pengolahan dengan subsoiler mampu meningkatkan porositas total tanah, tetapi pada 8 BSP porositas total tanah kembali menurun dari 49 % menjadi 46 %. Penurunan porositas total pada tanah dengan kondisi C Organik rendah relatif lebih cepat dibandingkan dengan pada tanah dengan kondisi C Organik lebih tinggi. Pembajakan dengan subsoiler mengurangi tingkat kepadatan tanah di lapisan dalam, dimana kemantapan agregat menurun 20 % dan ketahanan penetrasi menurun 15 %, serta porositas total meningkat 15 % lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan non-subsoiling. Semakin rendah porositas total tanah maka kemantapan agregat tanah meningkat.