Pengaruh Sitronelal Serai Wangi (Cymbopogon Winterianus Linn.) terhadap Penekanan Serangan Colletotrichum sp. pada Tanaman Bawang Daun (Allium Fistulosum L.)
Main Author: | KurniasihRia |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/129826/1/Skripsi_RIA_KURNIASIH.pdf http://repository.ub.ac.id/129826/2/Cover_RIA_KURNIASIH.pdf http://repository.ub.ac.id/129826/3/Ringkasan_RIA_KURNIASIH.pdf http://repository.ub.ac.id/129826/ |
Daftar Isi:
- Penurunan produktivitas bawang daun disebabkan oleh serangan patogen Colletotrichum sp. yang menyebabkan penyakit antraknose. Cara alternatif yang ramah lingkungan dengan menggunakan fungisida nabati dari sitronelal serai wangi ( Cymbopogon winterianus Linn.). Sitronelal termasuk kelompok terpenoid yang tergolong monoterpen yang mampu menekan pertumbuhan jamur patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sitronelal ekstrak serai wangi pada berbagai konsentrasi dalam pengendalian jamur Colletrotichum sp. Sitronelal serai wangi didapat dari hasil fraksinasi vakum dari minyak atsiri serai wangi. Kemudian diidentifikasi kemurnian kandungan sitronelal menggunakan GC. Penentuan konsentrasi IC 50 menggunakan pendekatan pemodelan secara in silico menggunakan perangkat lunak Autodock Tools. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengakap (RAL), 6 perlakuan dengan 4 ulangan secara in vitro dan in vivo . Secara in vitro menggunakan metode peracunan makanan dan penguapan, kemudian penghambatan pertumbuhan jamur Colletotrichum sp. diukur dari diameter koloni dan biomassa miselium jamur. Secara in vivo bawang daun ditanam pada screen house , diaplikasikan sitronelal pada 12 HST lalu diinokulasikan Colletrotichum sp. Pengamatan dilakukan 3 hari sekali sejak awal inokulasi hingga masa panen (50 hts). Hasil analisis GC menunjukkan bahwa minyak atsiri serai wangi yang mengandung sitronelal sebanyak 50,30% setelah difraksinasi menghasilkan nilai kemurnian yang lebih besar yaitu 76,60%. Hasil pendekatan pemodelan in silico menghasilkan nilai Ki sebesar 47,04 (μM) sehingga didapatkan konsentrasi yang setara IC 50 sebesar 7 ppm. Pada pengujian secara in vitro , penghambatan pertumbuhan diameter jamur Colletrotichum sp. menggunakan metode peracunan makanan pada konsentrasi 0,4 ppm sebesar 27,40% sedangkan 17 ppm sebesar 36,30%. Penghambatan biomassa pada konsentrasi 0,4 ppm sebesar 15,34 % sedangkan 17 ppm sebesar 48,56%. Pada pengujian in vitro metode penguapan penghambatan diameter pada konsentrasi 0,4 ppm sebesar 5,56% sedangkan 17 ppm sebesar 9,63% sedangkan penghambatan biomassa jamur Colletrotichum sp. konsentrasi 0,4 ppm sebesar 18,85% dan 17 ppm sebesar 45,04%. Pada pengujian in vivo intensitas serangan pada konsentrasi 0,4 ppm lebih besar dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi lainnya. Nilai EC 50 pada percobaan secara in vitro metode peracunan makanan memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode penguapan.