Daftar Isi:
  • Ralstonia solanacearum atau nama terdahulu Pseudomonas solanacearum merupakan salah satu patogen tular tanah yang dapat menghambat dalam peningkatan produksi tomat. Di samping kisaran inangnya yang luas, R. solanacearum juga memiliki kemampuan ber tahan hidup dalam waktu lama di dalam tanah yang menyebabkan patogen tersebut menjadi endemik di suatu lahan dan sulit untuk dikendalikan. Menurut Van (2000), lahan yang tidak endemik patogen dapat berpotensi menjadi lahan yang dapat menekan penyakit. Hal tersebut dikarenakan lahan yang dapat menekan penyakit ( suppressive soil ) memiliki keanekaragaman mikroorganisme tanah yang relatif tinggi, sehingga kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Keanekaragaman ( diversity ) mikroorganisme tanah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menjaga stabilitas ekosistem. Mikroorganisme tersebut memegang peranan penting terhadap kelangsungan hidup tanaman untuk membantu proses dekomposisi bahan organik dan menjadi musuh bagi patogen (bersifat antagonis). Metode penelitian yang digunakan merupakan metode eksploratif dan komparatif yang meliputi survei lahan, isolasi bakteri tanah, dan uji antagonis. Analisis serangan penyakit menggunakan rumus Intensitas Penyakit, analisis keanekaragaman menggunakan persamaan Indeks Keanekaragaman Shanon (H’) dan analisis daya hambat menggunakan indeks zona bening bakteri antagonis. Berdasarkan hasil survei lahan, maka diketahui Intensitas Penyakit layu bakteri pada lahan endemik sebesar 38.39% dan Intensitas Penyakit layu bakteri di lahan non-endemik 0%. Hasil isolasi bakteri tanah menunjukkan bahwa Indeks Keanekaragaman bakteri pada lahan endemik penyakit layu bakteri termasuk dalam kategori sedang, yaitu 2.57 dan Indeks Keanekaragaman bakteri pada lahan non-endemik termasuk dalam kategori tinggi, yaitu 3.07. Hasil pengujian antagonis antara bakteri tanah terhadap R. solanacearum menunjukkan adanya perbedaan, yaitu jumlah bakteri yang bersifat antagonis pada lahan non-endemik penyakit layu bakteri lebih banyak dari jumlah bakteri antagonis dari lahan endemik. Indeks zona bening tertinggi yang dihasilkan bakteri pada lahan endemik dengan kode DC adalah sebesar 0.73 dan bakteri pada lahan non-endemik dengan kode JD adalah sebesar 0.91.