Pengaruh Pengeringan Terhadap Kualitas Benih Kedelai (Glycine max (L.) Merr)

Main Author: Shaumiyah, Fauzah
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129779/1/SKRIPSI.pdf
http://repository.ub.ac.id/129779/
Daftar Isi:
  • Kedelai adalah satu dari beberapa sumber makanan di Indonesia. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi kedelai dalam negeri dibutuhkan serangkaian proses produksi kedelai yang baik, mulai dari pengadaan benih, sistem budidaya, hingga tataniaganya. Hal yang paling mendasar dari serangkaian proses tersebut yaitu pengadaan benih. Apabila dalam produksi kedelai menggunakan benih bermutu tinggi maka hasil yang akan diperoleh akan lebih maksimal. Untuk dapat menghasilkan benih bermutu tinggi harus dilakukan proses produksi dan pengolahan yang tepat. Benih kedelai yang tergolong jenis benih ortodok harus diturunkan kadar airnya untuk menjaga kualitasnya selama penyimpanan. Penurunan kadar air benih dapat dilakukan dengan berbagai metode, di antaranya yaitu dengan pengeringan secara alami (penjemuran dengan cahaya matahari) dan dengan menggunakan alat pengering seperti oven atau boxdryer. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Pemuliaan Tanaman dan laboratorium Teknologi Benih Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Brawijaya, dari bulan Mei hingga Oktober 2013. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai varietas Wilis dan Anjasmoro, serta pasir sebagai media pengujian. Penelitian ini terdiri dari tiga faktor yaitu pengeringan, varietas dan masa simpan. Pengeringan dilaksanakan dengan menurunkan kadar air benih kedelai secara terkendali dan tidak terkendali. Pengeringan secara terkendali dilakukan dengan tiga taraf yaitu menggunakan oven suhu 35 °C, oven suhu 45 °C dan oven suhu 55 °C. Dan pengeringan secara tidak terkendali yaitu dijemur di bawah cahaya matahari. Pengeringan dilakukan hingga kadar air benih mencapai 10 %, dan setelah dilakukan pengeringan benih disimpan selama empat bulan. Setiap bulan (mulai dari 0 bulan atau tanpa penyimpanan) dilakukan pengujian viabilitas dan vigor benih dengan parameter Daya Berkecambah (DB), Kecepatan Tumbuh (KCT) dan Keserempakan Tumbuh (KST). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat ulangan. Apabila interaksi ketiga faktor berpengaruh nyata maka dilakukan uji BNT pada taraf 5%. Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi yang nyata antara ketiga faktor terhadap daya berkecambah dan keserempakan tumbuh. Sedangkan pada kecepatan tumbuh tidak menunjukkan interaksi yang nyata antara ketiga faktor. Varietas Wilis memiliki daya berkecambah yang tetap tinggi hingga masa simpan 4 bulan pada pengeringan dengan cahaya matahari, oven suhu 35 °C dan oven suhu 45 °C, tetapi mengalami penurunan pada pengeringan oven suhu 55 °C. Daya berkecambah kedelai varietas Anjasmoro terlihat mengalami penurunan setelah disimpan selama 3 bulan yaitu pada pengeringan dengan oven suhu 35 °C dan oven suhu 55 °C. Kecepatan tumbuh dan keserempakan tumbuh juga menunjukkan kondisi yang sama, yaitu pada Varietas Wilis yang dikeringkan dengan oven suhu 55 °C mengalami penurunan setelah disimpan selama 4 bulan, dan varietas Anjasmoro yang dikeringkan dengan oven suhu 35 °C dan oven suhu 55 °C mengalami penurunan setelah disimpan selama 3 bulan.