Daftar Isi:
  • Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, karena dapat menyumbang devisa lebih dari 50 % dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Produksi nilam Indonesia sebesar 2.382 ton, sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam yang bersifat fixatif (pengikat) mempunyai peluang yang baik karena sampai sekarang belum ada produk substitusinya. Seiring dengan jumlah penduduk yang meningkat dan kebiasaan masyarakat yang cenderung memakai kosmetika dan wewangian yang merupakan salah satu bentuk dari gaya hidup masyarakat, maka kebutuhan akan minyak wangi menjadi meningkat setiap tahun. Dari hal tersebut menyebabkan permintaan minyak nilam juga ikut meningkat. Di Indonesia tumbuhan nilam telah dibudidayakan selama hampir 100 tahun di daerah penghasil utama (Aceh dan Sumatera Utara), namun sampai sekarang rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan masih bervariasi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya umur panen. Umur panan merupakan aspek yang erat hubungannya dengan fase pertumbuhan tanaman yang mencerminkan tingkat kematangan fisiologis tanaman dan mempunyai relevansi yang kuat dengan produksi dan kandungan yang ada dalam tanaman. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian mengenai umur panen yang tepat terhadap peningkatan produksi rendemen dan kualitas minyak atsiri tanaman nilam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari umur panen yang optimal terhadap rendemen dan mutu minyak atsiri tanaman nilam. Hipotesis yang diajukan ialah panen tanaman nilam yang dilakukan saat umur 5 dan 6 bulan setelah tanam dapat menghasilkan rendemen dan kualitas minyak atsiri nilam yang paling optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 – Maret 2012 di desa Sumberjati, kecamatan Tempeh, kabupaten Lumajang pada musim hujan. Ketinggian tempat percobaan 200 m dpl dan suhu rata-rata 22 – 32 oC. Alat yang digunakan ialah gunting atau sabit, karung, timbangan analitik, oven, papan label, alat tulis, kamera digital, satu set alat penyulingan, tabung gas, tabung erlemeyer, dan botol kaca ukuran 100 dan 25 ml. Sedangkan bahan yang digunakan ialah tanaman nilam varietas aceh (Pogostemon cablin Benth.) yang berumur 3 bulan dan air. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah P1 : 4 bst + 4 bsp (bulan setelah tanam/panen); P2 : 5 bst + 3 bsp; P3 : 6 bst + 2 bsp; P4 : 7 bst + 1 bsp; dan P5 : 8 bst. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali, sehingga terdapat 20 petak percobaan. Pengamatan dilakukan secara destruktif pada 20 tanaman sesuai dengan perlakuan umur panen. Parameter yang diamati meliputi : tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, ii BB dan BK pada daun, cabang dan total tanaman dari daun dan cabang (g), BB dan BK rasio daun dan cabang, rendemen minyak nilam dari daun, cabang dan total tanaman dari daun dan cabang (%), dan mutu minyak nilam yang meliputi : kadar patchouli alkohol (PA), bobot jenis 20 °C, dan indeks bias 25 °C. Mutu minyak nilam dianalisis di laboratorium kimia. Data pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) taraf 5 %. Apabila terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan uji BNT taraf 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen pertumbuhan (tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun) dan hasil tanaman nilam (bobot segar, bobot kering, rendemen minyak) semakin meningkat dengan umur panen pada panen pertama dan interval umur untuk panen kedua yang semakin bertambah. Rendemen tanaman nilam pada panen pertama meningkat dari umur 4 bst sampai umur 6 bst, selanjutnya menurun dari 6 bst sampai 8 bst. Sedangkan untuk kualitas minyak nilam tidak dipengaruhi umur panen. Melalui uji KG-SM, minyak nilam yang dihasilkan dari perlakuan umur panen memiliki kadar patchouli alkohol kisaran 18,40 – 22,40 %, angka ini di bawah SNI (30 %). Indeks bias minyak nilam tersebut memiliki kisaran nilai 1,5042 – 1,5075 dan berat jenis 0,951 – 0,995 g/ml, dan keduanya sudah memenuhi SNI. Berdasarkan analisa keuntungan ekonomi yang diperoleh dari akumulasi hasil panen pertama dan panen kedua dalam kurun waktu 8 bulan pada luasan satu hektar, panen pertama yang dilakukan pada umur 4 bulan dan dan interval umur untuk panen kedua 4 bulan adalah perlakuan yang paling optimal, baik dilihat dari hasil penjualan bahan basah, bahan kering maupun minyak nilam yang masing-masing memiliki nilai R/C rasio 2,34, 2,77 dan 3,58.