Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea Mays Saccharata) Pada Tumpangsari Dengan Tanaman Kangkung (Ipomea Reptans)

Main Author: Septian, NindyAyuWanna
Format: Thesis NonPeerReviewed
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129739/
Daftar Isi:
  • Baby corn atau yang biasa disebut dengan jagung semi merupakan salah satu produk dari tanaman jagung yang memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Kandungan gizi baby corn dalam 100 g terdapat 89,10 g air; 0,20 g lemak; 1,90 g protein; 8,20 g karbohidrat; 0,60 g abu; 28 mg kalsium; 86 mg fosfor; 0,10 mg besi; 64,00 IU vitamin A; 0,05 mg thiamin; 0,08 mg riboflavin; 11,00 g asam askorbat, dan 0,3 mg niasin. Keuntungan memproduksi baby corn adalah waktu panen yang singkat dan harga jual yang cukup tinggi. Dalam pengembangan usahatani baby corn, permasalahan yang dihadapi yaitu rendahnya produktivitas karena kurangnya modal untuk pembelian sarana produksi terutama untuk pembelian benih, pupuk dan pestisida yang harganya semakin tinggi. Penggunaan bahan organik sebagai pengganti pupuk kimia dan optimalisasi lahan dengan pola tanam tumpangsari bisa menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi petani baby corn. Kangkung merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki potensi sebagai tanaman sela pada budidaya tanaman jagung yang dipanen muda (baby corn). Penggunaan bahan organik kompos kotoran sapi, paitan ( Tithonia diversifolia ) dan orok – orok ( Crotalaria juncea ) bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini ialah untuk mengetahui jenis dan komposisi bahan organik yang tepat sebagai pengganti pupuk anorganik pada budidaya baby corn yang ditanam secara tumpangsari dengan kangkung. Hipotesis yang diajukan ialah aplikasi bahan organik dapat menjadi pengganti pupuk anorganik pada budidaya baby corn yang ditanam secara tumpangsari dengan kangkung. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dadaprejo, Batu dengan jenis tanah alfisol. Penelitian dilakukan pada ketinggian tempat 600 m dpl dan suhu rata – rata harian 21oC. Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2011 hingga Juni 2011. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain : cangkul, sabit, penggaris, timbangan, lightmeter, oven. Bahan yang digunakan adalah benih jagung manis , benih kangkung, tanaman orok – orok segar, tanaman paitan segar, kompos kotoran sapi, pupuk Urea, SP36 dan KCl serta pestisida nabati. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan yang diulang empat kali. Penelitian ini menggunakan perlakuan yaitu A = pupuk anorganik 769 kg Urea.ha-1, 417 kg SP36.ha-1 dan 250 kg KCl.ha-1 (kontrol); B = kompos kotoran sapi 41,19 ton.ha-1; C = kompos kotoran sapi 20,59 ton.ha-1 dan paitan segar 13,41 ton.ha-1; D = kompos kotoran sapi 20,59 ton.ha-1 dan orok – orok segar 13,62 ton.ha-1; E = kompos kotoran sapi 10,30 ton.ha-1 dan paitan segar 20,10 ton.ha-1; F = kompos kotoran sapi 10,30 ton.ha-1 dan orok – orok segar 20,43 ton.ha-1. Pengamatan dilakukan secara non destruktif, destruktif, panen dan pengamatan penunjang. Untuk tanaman jagung manis pengamatan non destruktif dilakukan ketika tanaman berumur 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 HST sedangkan untuk tanaman kangkung pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 6, 11, 16 dan 21 HST. Pengamatan non destruktif meliputi panjang tanaman, jumlah daun, luas daun, indeks luas daun (ILD) dan jumlah tongkol muda (untuk jagung manis). Pada jagung manis pengamatan destruktif dilakukan pada umur 20, 40 dan 60 HST sedangkan pada kangkung pengamatan dilakukan pada umur 6, 11, 16 dan 21 HST. Pengamatan destruktif meliputi bobot segar tanaman, bobot kering total tanaman dan laju pertumbuhan tanaman (LPT) sedangkan bobot segar tongkol berkelobot, bobot segar tongkol kupas dan bobot segar tongkol per hektar hanya untuk tanaman jagung manis saja. Pengamatan panen dilakukan pada umur ± 60 HST untuk jagung manis karena yang dipanen adalah tongkol muda dan ± 21 HST untuk kangkung darat. Pengamatan penunjang meliputi pengamatan intensitas cahaya dan analisis tanah. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (uji F hitung) pada taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh setiap perlakuan. Apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Pemberian pupuk anorganik, kotoran sapi serta kombinasi kotoran sapi dan pupuk hijau pada komposisi yang berbeda-beda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kangkung dan jagung manis yang dipanen muda . Bobot ekonomi yang dihasilkan kangkung berkisar antara 4,37 ton.ha-1 sampai dengan 5,99 ton.ha-1. Hasil penelitian yang dilakukan pada jagung manis menghasilkan tongkol muda tanpa kelobot 1,583 ton.ha-1 sampai dengan 2,483 ton.ha-1. Berdasarkan analisis R/C ratio menujukan bahwa pada perlakuan penanaman secara tumpangsari dengan pengaplikasian 20,59 ton.ha-1 kompos kotoran sapi dan 13,41 ton.ha-1 paitan (50% kompos kotoran sapi +