Daftar Isi:
  • Jeruk merupakan buah yang paling digemari masyarakat dengan tingkat konsumsi 5,1 kg/kapita/tahun. Namun, permintaan akan buah jeruk di Indonesia tidak diimbangi dengan tingkat produksi jeruk nasional, sehingga membuat semakin gencarnya jeruk impor yang masuk ke Indonesia. Pengembangan jeruk keprok merupakan salah satu strategi dalam upaya menekan pertumbuhan jeruk impor di Indonesia. Apabila budidaya jeruk keprok dapat dikembangkan, maka akan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu komoditas eksportir dalam upaya peningkatan devisa negara. Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, merupakan desa yang terkenal sebagai Desa pariwisata petik jeruk di Kabupaten Malang dengan mengunggulkan jeruk manis sebagai produk andalan. Petani Desa Selorejo beralih membudidayakan jeruk keprok karena jeruk jenis ini lebih menguntungkan dibandingkan jeruk manis yang telah lama menjadi tanaman unggulan di Desa Selorejo tersebut. Keuntungan dari membudidayakan jeruk keprok ini ialah jumlah produksi dan harga jual jeruk keprok yang jauh lebih tinggi dibandingkan jeruk manis. Biaya produksi berupa biaya bibit, pestisida dan pupuk yang mahal dan terus meningkat, masa panen jeruk keprok yang hanya 1 kali dalam setahun, serta ketidaktahuan petani akan perkembangan harga jual jeruk keprok di pasaran, merupakan permasalahan yang dialami oleh petani jeruk keprok di Desa Selorejo dalam upaya meperoleh keuntungan yang optimal. Oleh sebab itu, sasaran penelitian ini untuk menganalisis kelayakan dari usahatani jeruk keprok di Desa Selorejo. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis kelayakan investasi dan sensitivitas dari kelayakan investasi usahatani jeruk keprok di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Penelitian ini dilakukan di Desa Selorejo, kecamatan Dau, Kabupaten Malang dengan penentuan lokasi ditentukan saecara purposive (sengaja). Responden dalam penelitian adalah seluruh petani di Desa Selorejo yang menanam jeruk keprok. Dalam penelitian ini, penentuan responden menggunakan metode stratified random sampling yaitu responden dibedakan dan dibagi berdasarkan berbagai strata atas umur tanaman. Sedangkan metode analisis data, menggunakan analisis Cashflow, analisis kelayakan yang terbagi atas analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), nilai Payback Period (PP) dan analisis sensitivitas. Usahatani jeruk keprok ini membutuhkan biaya investasi awal dengan luasan 1 hektar Rp 47.985.658. Selama 20 tahun, rata-rata produksi jeruk keprok mencapai 12.753,627 kg dengan harga jual Rp 11.500, sehingga rata-rata penerimaan yang diperoleh sebesar Rp 146.666.706,690 dan rata-rata pendapatan mencapai Rp 101.966.387,002/ha. Analisis kriteria kelayakan investasi pada tingkat suku bunga 7,5 persen menunjukkan bahwa usahatani ini layak untuk dikembangkan dan akan mendatangkan keuntungan. Usahatani jeruk keprok ini layak dikembangkan karena nilai NPV positif sebesar Rp 38.584.769,232, nilai Net B/C Ratio yang bernilai lebih dari 1, yaitu sebesar 2,698, dan nilai IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu sebesar 25,075 persen dengan waktu pengembalian modal selama 5 tahun 6 bulan. Analisis sensitivitas berdasarkan perubahan berupa penurunan harga jual jeruk keprok sebesar 30 persen dan 52 persen, penurunan jumlah produksi jeruk keprok sebesar 40 persen dan 52 persen, serta kenaikan biaya produksi sebesar 40 persen dan 65 persen. Dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani jeruk keprok masih dalam keadaaan layak untuk dikembangkan dan memperoleh keuntungan dalam kondisi penurunan harga jual sebesar 30 persen, penurunan jumlah produksi sebesar 40 persen, dan penambahan biaya produksi sebesar 40 persen. Sedangkan pada kondisi penurunan harga jual sebesar 52 persen, penurunan jumlah produksi sebesar 52 persen, dan penambahan biaya produksi sebesar 65 persen, menunjukkan bahwa usahatani jeruk keprok masih mendatangkan keuntungan tetapi belum layak untuk dikembangkan karena nilai IRR yang kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku. Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan, maka saran diberikan yaitu (a) petani perlu mengefisienkan biaya produksi dengan menggunakan pestisida sesuai anjuran atau mengganti dengan pestisida organik, karena dapat mengurangi biaya produksi yang cukup tinggi, juga mengurangi resiko kerusakan pohon jeruk keprok; (b) Perlu adanya kerjasama dan penyuluhan dari Dinas Pertanian setempat agar petani dapat mengetahui perkembangan-perkembangan terbaru terkait jeruk keprok, terutama mengenai perubahan harga jual jeruk keprok di pasaran. Selain itu dapat memudahkan petani untuk menjual jeruk keprok langsung kepada konsumen akhir, dalam rangka efisiensi rantai pemasaran.