Daftar Isi:
  • Penyakit pokahbung yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium moniliformae. Gejala pokahbung terdiri dari 3 tingkatan, yaitu Pb 1 berupa gejala klorotis pada helaian daun yang baru saja membuka yang kemudian akan timbul titik-titik atau garis-garis merah. Pb 2 memiliki gejala berupa garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang dalam dan membengkoknya batang tanaman tebu. Pb 3 menyerang titik tumbuh yang menyebabkan pembusukan yang disertai bau tidak sedap. Pada serangan yang lanjut dapat menyebabkan matinya tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan jamur antagonis Trichoderma sp. dengan berbagai tingkat kerapatan spora terhadap penekanan penyakit pokahbung sehingga diharapkan dapat diketahui kerapatan spora paling efektif dalam mengendalikan penyakit pokahbung. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia Pasuruan yang dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2013. Metode penelitian ini dilakukan secara in vitro dan in vivo. Untuk in vitro dibedakan menjadi dua metode yaitu uji penghambatan pertumbuhan koloni jamur patogen dengan metode goresan dan metode penuangan. Untuk uji antagonis secara in vivo dengan cara mengaplikasikan jamur antagonis dan patogen pada tanaman tebu yang telah berusia dua bulan. Perlakuan yang diberikan adalah perbedaan kerapatan spora jamur antagonis Trichoderma sp. yaitu menggunakan konsentrasi 103, 104 dan 105 spora/ml. Penelitian disusun berdasarkan pola rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari empat perlakuan dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali yang kemudian dilanjutkan dengan uji taraf kepercayan 5%. Hasil dari penelitian pada uji antagonis secara in vitro menunjukkan Trichoderma sp. mampu menghambat pertumbuhan F. moniliformae. Pada metode goresan, jarak penyebaran terluas pada kerapatan 103 yaitu 2,57cm, diikuti dengan kerapatan spora 105 yaitu 2,03cm dan yang paling rendah adalah kerapatan spora 104 yaitu 1,53cm. Pada metode penuangan menunjukkan hasil akhir berupa tertutupnya seluruh permukaan cawan petri dengan koloni jamur antagonis Trichoderma sp. karena cepatnya pertumbuhan koloni jamur antagonis tidak memberikan jamur patogen berupa ruang untuk tumbuh. Pada uji antagonis secara in vivo presentase serangan terendah pada kerapatan spora 105 yaitu 4,76%, diikuti kerapatan spora 104 sebesar 14,81%. Pada kerapatan spora 103 menunjukkan nilai presentase serangan sebesar 32,06%, yang tidak berbeda jauh dengan kontrol yaitu sebesar 33,33%, sehingga dianggap tidak mampu mengendalikan penyakit pohkabung.