Pengaruh penggunaan inang perantara padi gogo terhadap populasi mikoriza dan intensitas serangan penyakit rebah semai (Sclerotium rolfsii) pada tanaman kedelai (Glycine max L.)

Main Author: Istiqomah
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129649/1/Istiqomah-_SKRIPSI-HPT_FP_2014.pdf
http://repository.ub.ac.id/129649/
Daftar Isi:
  • Kedelai adalah sumber protein nabati utama sebagian besar penduduk Indonesia. Penggunaan kedelai yang beragam mengakibatkan konsumsi kedelai meningkat, di sisi lain terjadi ketidakseimbangan antara kemampuan petani dalam memproduksi kedelai dengan kenaikan permintaan oleh masyarakat. Kendala yang mempengaruhi produksi kedelai adalah gangguan penyakit. Penyakit yang umum menyerang adalah rebah semai/rebah kecambah. Penyakit rebah semai disebabkan oleh jamur S. rolfsii yang dapat menurunkan hasil sampai 75% bahkan dapat menyebabkan gagal panen (Sudantha, 1999). Mikoriza adalah jamur simbiosis antara cendawan dan akar tanaman. Mikoriza bermanfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan serapan hara khususnya fosfor dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cekaman kekeringan dan serangan patogen penyebab penyakit. Optimalisasi pembentukan dan perkembangan mikoriza dalam tanah dapat ditingkatkan dengan metode pembiakan di lapangan menggunakan tanaman inang perantara. Padi gogo adalah tanaman yang memiliki kemampuan sebagai inang perbanyakan massal mikoriza. Tujuan penelitian ini adalah untuk membiakkan mikoriza menggunakan inang perantara, mengetahui pengaruh mikoriza dalam menekan intensitas serangan penyakit rebah semai yang disebabkan oleh patogen S. rolfsii serta untuk pengurangan dosis pupuk. Penelitian ini dilakukan di Desa Landungsari Kabupaten Malang dan Labolatorium Mikologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya pada bulan Juni 2013 - Pebruari 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut adalah P0 (mikoriza, tanpa inang padi gogo, pupuk dosis normal), P1 (mikoriza, inang padi gogo, pupuk dosis normal), P2 (mikoriza, inang padi gogo, pupuk dosis 75 %), P3 (mikoriza, inang padi gogo, pupuk dosis 50 %), P4 (mikoriza, inang padi gogo, pupuk dosis 25 %), P5 (tanpa inokulasi mikoriza, inang padi gogo, upuk dosis normal). Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi: 1) Identifikasi jenis mikoriza yang ditemukan di lahan penelitian; 2) Jumlah spora mikoriza per 100 gram; 3) Intensitas serangan penyakit S.rolfsii. Analisis data yang digunakan adalah uji t dan uji F dengan taraf 5%. Apabila dalam analisis ragam terdapat beda nyata, maka dilakukan uji Duncan dengan taraf 5%. Dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa jenis mikoriza yang berhasil ditemukan adalah spesies Glomus spp. Ciri spora yang ditemukan adalah bentuk spora agak bulat hingga bulat, warna spora putih, kuning sampai coklat kemerahan dan tidak terdapat bagian-bagian khusus misalnya lipatan atau bintik pada permukaan. Perlakuan penggunaan tanaman inang padi gogo menunjukkan hasil yang efektif dalam memperbanyak jumlah spora mikoriza. Jumlah mikoriza pada lahan yang ditanami inang padi gogo memiliki populasi mikoriza paling v tinggi pada P1 (tanpa pengurangan pupuk) sebanyak 633 spora sedangkan tanpa penanaman inang padi gogo memiliki populasi terendah yaitu sebanyak 226,4 spora (P0). Inang perantara padi gogo efektif meningkatkan populasi mikoriza hingga tiga kali lipat atau sebesar 279 % dibandingkan dengan perlakuan tanpa inang padi gogo. Penggunaan mikoriza mampu menekan serangan S.rolfsii mencapai 69,19%. Intensitas serangan S.rolfsii pada P1 sebesar 3,13% sedangkan intensitas serangan pada P0 sebesar 25 %. Perlakuan dosis pupuk normal, 75% dan 50% memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dalam variabel intensitas serangan S.rolfsii. Pemberian dosis pupuk normal (P1) dibandingkan dosis pupuk 25% (P4) memiliki nilai yang berbeda nyata pada 24-33 hari, P4 memiliki intensitas serangan S.rolfsii lebih tinggi jika dibandingkan dengan P1. Penggunaan mikoriza mampu mengurangi dosis pupuk sebesar 50 % dengan hasil produksi yang memiliki kisaran sama dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk normal.