Daftar Isi:
  • Sektor pertanian di Indonesia merupakan salah satu sektor hulu yang berperan penting karena merupakan tulang punggung perekonomian negara, namun sektor tersebut belum mendapat perhatian sebagaimana semestinya. Cukup tingginya angka masyarakat miskin yang mayoritas bekerja sebagai petani, menyebabkan perlu adanya suatu pembangunan perekonomian pada sektor pertanian. Agrowisata merupakan salah satu upaya dalam membangun perekonomian pertanian yang dikombinasikan dengan kegiatan pariwisata. Selain itu Agrowisata merupakan aktifitas yang menyentuh langsung terhadap sumber daya alam, sehingga diharapkan terdapat keseimbangan antara tujuan utama berupa peningkatan pendapatan dan lingkungan sekitar sehingga tercipta suatu pembangunan perekonomian yang bertumpu pada kelestarian dan keberlanjutan. Desa Wisata Tulungrejo dengan Tulungrejo Funducation Experience sebagai kelompok pengembang mengangkat nilai pertanian apel yang terbentuk dalam sebuah program kegiatan berupa Agrowisata Petik Apel. Dengan adanya interaksi dari wisatawan dan masyarakat setempat maka dapat membantu meratakan perekonomian dan meningkatkan pendapatan petani khususnya pendapatan usahatani apel di Desa Tulungrejo, serta diharapkan dengan adanya tujuan utama berupa peningkatan pendapatan tersebut, tidak terjadi kerusakan pada lingkungan sekitar. Sehingga dalam pengembangannya kedua kondisi tersebut harus terjalin secara seimbang agar tercipta suatu harmonisasi dan kegiatan pariwisata dapat berlanjut secara ekonomi maupun sosial. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan kegiatan agrowisata dalam Desa Wisata Tulungrejo dengan Tulungrejo Funducation Experience sebagai kelompok pengembang. (2) Menganalisis dampak ekonomi dengan adanya kegiatan agrowisata di Desa Wisata Tulungrejo. (3) Menganalisis dampak sosial dengan adanya kegiatan agrowisata di Desa Wisata Tulungrejo. Penelitian menggunakan teknik penentuan sampel secara Acak Berkelompok (Cluster Random Sampling). Populasi petani apel berjumlah 1021 orang, didapatkan total responden dalam penelitian sebanyak 63 orang dengan klasifikasi 18 orang petani Agrowisata Petik Apel dan 43 orang petani Non Agrowisata Petik Apel. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif yang terdiri dari analisis biaya, penerimaan, pendapatan usahatani, dan menggunakan alat analisis berupa uji t untuk mengetahui perbedaan perbandingan pendapatan antara petani agrowisata dengan petani non agrowisata. Dari hasil penelitian didapatkan bahwasannya kegiatan agrowisata di Desa Wisata Tulungrejo dikelola berbasis kemasyarakatan oleh kelompok pengembang TFE. Seluruh masyarakat dapat menjadi mitra kerjasama dalam kegiatan agrowisata petik apel, akan tetapi sebelumnya lahan disurvei terlebih dahulu mengenai kelayakan buah dan letak lahan dengan sistim kerjasama pembagian hasil yang saling menguntungkan. Dalam waktu 7 bulan terakhir, petani yang mengikuti kegiatan agrowisata berjumlah 18 orang petani. Setiap 1000 meter persegi lahan petani rata-rata dikunjungi 62 orang wistawan dengan tingkat pembelian buah dalam lahan rata-rata sebanyak 110 kg. Kedatangan wisatawan menggunakan kendaraan berjenis bis, elf, mobil, dan motor. Rata-rata penerimaan penjualan produk sebesar Rp 18.403.930 pada kelompok petani APA dan Rp 15.994.079 pada kelompok petani Non APA. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 10.132.264 pada kelompok petani APA dan Rp 9.695.809 pada kelompok petani Non APA. Pendapatan usahatani sebesar Rp 8.271.667 pada kelompok petani APA dan Rp 6.298.270 pada kelompok petani Non APA. Dari hasil analisis uji beda rata-rata nilai t hitung sebesar 2,31 dan t tabel sebesar 1,67, dengan tingkat signifikansi 0,024 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada rata-rata pendapatan usahatani petani APA dengan rata-rata pendapatan usahatani petani Non APA. Hal ini menunjukkan bahwasannya kegiatan agrowisata dengan Tulungrejo Funducation Experience sebagai kelompok pengembang mampu memberikan dampak terhadap pendapatan usahatani petani di desa Tulungrejo. Dari segi ekonomi off farm, adanya agrowisata dalam desa wisata memberikan peluang usaha seperti berdagang musiman yang menjual berbagai souvenir berupa kaos, serta berjualan oleh-oleh berupa buah apel, keripik apel dalam kios. Terkadang jika diperlukan, masyarakat juga dapat menyediakan kendaraan wisata (shuttle) untuk menuju kebun yang letaknya jauh dari jalan raya utama. Agrowisata dalam Desa Wisata Tulungrejo berdampak pada kesempatan kerja, akan tetapi tidak menimbulkan perubahan pada pola mata pencaharian, serta perubahan pada pola kepemilikan lahan. Dari hasil penelitian, didapatkan saran berupa peningkatan promosi dan pemasaran perlu dilakukan oleh kelompok pengembang, agar dapat menarik wisatawan secara prospektif dan lebih meningkatkan pendapatan usahatani serta masyarakat sekitar, dengan catatan diharapkan terus menjaga kelestarian lingkungan, baik lingkungan ekonomi, maupun sosial. Agrowisata berbasis masyarakat dalam Desa Wisata Tulungrejo mempunyai potensi untuk dikembangkan, karena memberikan manfaat secara ekonomi dan sosial. Maka disarankan kepada pengambil kebijakan untuk mendorong dan memfasilitasi pengembangan kegiatan agrowisata serta pengembangan kegiatan usahatani di desa tersebut, agar kegiatan agrowisata dapat dirasakan dan dimanfaatkan oleh seluruh warga desa.