Patogenisitas Jamur Entomo-acaripatogen Beauveria bassiana pada Berbagai Fase Perkembangan Tungau Teh Kuning Polyphagotarsonemus latus Banks (Acari: Tarsonemidae)

Main Author: Baddu, Yusran
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129637/1/yusran_baddu.pdf
http://repository.ub.ac.id/129637/
Daftar Isi:
  • Tungau teh kuning (TTK) Polyphagotarsonemus latus Banks adalah hama penting pada lebih dari 60 famili tanaman di dunia. Informasi tentang pengendalian TTK yang ramah lingkungan masih terbatas. Salah satu alternatif pengendalian TTK adalah penggunaan jamur entomo-acaripatogen B. bassiana. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji fase TTK yang peka terhadap aplikasi B. bassiana konsentrasi 105 dan 107 konidia/ml, nilai LT50 B. bassiana, dan fase larva dan nimfa TTK yang berhasil menjadi fase selanjutnya. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nematologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, mulai bulan Desember 2013 sampai Februari 2014. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok dengan sembilan perlakuan yang merupakan kombinasi dari tiga fase TTK (larva, nimfa, dan imago) dan tiga konsentrasi jamur B. bassiana (0 sebagai kontrol, 105 dan 107 konidia/ml). Masing-masing perlakuan diulang tujuh kali sehingga terdapat 63 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor tungau pada arena percobaan. Arena percobaan adalah cawan Petri yang di dalamnya diletakkan daun jeruk muda sebagai pakan TTK. Uji hayati menggunakan metode semprot. Larva, nimfa, dan imago TTK disemprot dengan masing-masing suspensi konidia jamur B. bassiana konsentrasi 0, 105 dan 107 konidia/ml. Pengamatan dilakukan setiap 24 jam selama delapan hari. Data persentase mortalitas dan larva yang berhasil menjadi nimfa dan nimfa yang berhasil menjadi imago dianalisis dengan sidik ragam dan uji lanjut Duncan 5%. Data waktu kematian larva, nimfa dan imago dengan analisis probit untuk mendapatkan nilai LT50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas fase larva lebih tinggi dibandingkan dengan fase nimfa dan imago pada kedua konsentrasi jamur B. bassiana. Mortalitas larva, nimfa, dan imago yang diaplikasi B. bassiana konsentrasi 107 kondia/ml lebih tinggi dibandingkan konsentrasi 105 kondia/ml. Persentase mortalitas fase larva yang diaplikasi jamur B. bassiana pada konsentrasi 105 dan 107 kondia/ml lebih tinggi (73,38 dan 100%) dibandingkan fase imago (57,14 dan 87,14%) dan fase nimfa (27,14 dan 47,14%). Nilai LT50 tercepat adalah jamur B. bassiana konsentrasi 107 konidia/ml pada larva (31,44 jam). Persentase larva yang berhasil menjadi nimfa setelah aplikasi B. bassiana konsentrasi 107 konidia/ml lebih rendah (0%) dibandingkan konsentrasi 105 kondia/ml (26,6%). Semua nimfa yang muncul dari larva tidak ada yang berhasil menjadi imago. Persentase nimfa berhasil menjadi imago setelah aplikasi B. bassiana konsentrasi 107 konidia/ml lebih rendah (52,86%) dibandingkan konsentrasi 105 kondia/ml (72,86%). Semua imago yang muncul dari nimfa hanya bertahan hidup selama dua hari. Dengan demikian, konsentrasi B. bassiana yang paling efektif pada TTK adalah konsentrasi 107 konidia/ml pada fase larva TTK.