Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Tebu Dilahan Kering (Tegal) (Studi Kasus Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar)
Daftar Isi:
- Di Indonesia, tebu merupakan komoditas strategis untuk pembuatan gula. Dimana gula merupakan kebutuhan pokok untuk konsumsi masyarakat di Indonesia, dan gula dilindungi oleh pemerintah karena untuk menjaga stabilitas kelangsungan industri gula dalam negeri. Gula yang saat ini adalah sebagai salah satu hasil utama tebu di Indonesia (Subiyono, 2005). Gula termasuk salah satu komoditas swasembada pangan, dimana pemerintah sekarang melaksanakan program lima komoditas untuk menuju swasembada pangan, diantaranya yaitu gula, jagung, kedelai, beras, dan daging. Dapat diketahui bahwa sentra produksi tebu rakyat terluas terdapat di daerah Jawa Timur. Sehingga daerah Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang mempunyai lahan yang luas sehingga mempunyai kontribusi dalam peningkatan swasembada gula di Indonesia. Untuk memenuhi sasaran pencapaian Swasembada Gula Nasional tersebut dilakukan upaya terpadu sektor on farm dan off farm. Salah satu daerah di Jawa Timur yang menjadi tempat perluasan lahan tebu adalah Blitar. Pemerintah Kabupaten Blitar akan mengembangkan lahan tebu rakyat hingga 6.500 hektar pada tahun 2013. Pengembangan dilakukan untuk mendukung program pemerintah Jawa Timur yang ingin mempertahankan sebagai lumbung penghasil gula terbesar di Indonesia (Taufik, 2013). Menurut Toharisman (2007), Sejak akhir 70-an budidaya tebu mulai bergeser ke lahan tegalan. Penggunaan lahan tegalan di masa mendatang tampaknya akan semakin meluas karena areal sawah banyak yang berubah fungsi menjadi kawasan non-pertanian seperti industri dan pemukiman; dan tebu juga menghadapi persaingan ketat dengan padi. Pendapatan merupakan salah satu keputusan petani untuk menanam tebu di lahan kering (tegalan). Sehingga dengan adanya uraian di atas maka perlu adanya penelitian tentang analisis kelayakan usahatani tebu di lahan kering (tegalan) dan melihat potensi usahatani tebu di lahan kering (tegalan) di Kabupaten Blitar khususnya di Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto. Di Blitar tebu ditanam di lahan tegalan salah satunya yaitu Di Desa Wonotirto Kecamatan Wonotirto Kabupaten Blitar oleh karena itu diperlukan analisis kelayakan usahatani tebu di lahan tegalan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menghitung besarnya biaya, penerimaan dan pendapatan usahatani tebu di Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. (2) Menganalisis kelayakan usahatani tebu di Desa Wonotirto, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar. (3) Menganalisis sensitivitas usahatani tebu terhadap penurunan produksi, penurunan harga jual, kenaikan biaya produksi serta kombinasi dari perubahan-perubahan tersebut. Metode analisis yang dipakai untuk usahatani tebu menggunakan analisis cash flow yang terdiri dari biaya total produksi, penerimaan, dan pendapatan. Untuk kelayakan usahatani tebu menggunakan analisis NPV, Net B/C ratio, IRR, dan Payback period. Untuk melihat sensitivitas usahatani tebu menggunakan penurunan produksi, penurunan harga, dan kenaikan biya produksi serta kombinasi dari ketiganya dengan tingkat suku bunga 15%. Hasil penelitian antara lain: 1. Untuk biaya investasi awal dalam usahatani tebu di lahan kering (tegal) per Ha sebesar Rp22.868.209, rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan selama 8 tahun umur ekonomis sebesar Rp6.015.550, rata-rata biaya variabel yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp8.034.402 Sehingga rata-rata biaya total untuk usahatani tebu di lahan kering (tegal) selama 8 tahun umur ekonomis yaitu sebesar Rp14.049.952 per Ha. Rata-rata penerimaan yang didapat petani tebu di lahan kering (tegal) yaitu sebesar Rp33.865.503 per Ha dengan produksi tebu rata-rata yaitu sebesar 819 kw, sedangkan pendapatan yang didapat petani tebu di lahan kering (tegal) yaitu sebesar Rp18.855.966 per Ha. 2. Untuk kelayakan finansial, usahatani tebu di lahan kering (tegal) Di Desa Wonotirto dengan tingkat suku bunga 15% layak untuk dikembangkan dan diusahakan karena dalam penghitungan kelayakan finansial diperoleh nilai NPV yang bernilai positif yaitu sebesar Rp 9.802.161, net B/C ratio sebesar 2,4, IRR sebesar 86% dan pay back period untuk pengembalian investasi yang dikeluarkan untuk usahatani tebu di lahan kering (tegal) yaitu 1 tahun 8 bulan. 3. Untuk melihat kelayakan finansial ketika terjadi perubahan-perubahan tertentu seperti penurunan produksi tebu, penurunan harga, serta kenaikan biaya produksi pada tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 15% diperlukan analisis sensitivitas. Hasil analisis sensitivitas usahatani tebu di lahan kering (tegal) dengan penurunan produksi tebu sebesar 15% dan 20%, analisis sensitivitas usahatani tebu di lahan kering (tegal) dengan penurunan harga 25% dan 31%, dan analisis sensitivitas usahatani tebu di lahan kering (tegal) dengan kenaikan biaya produksi sebesar 15%, serta kombinasi-kombinasi antara penurunan produksi, pnurunan harga, dan kenaikan biaya adalah layak untuk dikembangkan dan diusahakan