Karakterisasi Beberapa Genotip Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Hibrida

Main Author: Wigathendi, AgathaEritza
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2014
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129591/1/Skripsi.pdf
http://repository.ub.ac.id/129591/
Daftar Isi:
  • Berkurangnya produksi benih hibrida disebabkan oleh minimnya ketersediaan benih yang memiliki sifat unggul bagi petani dan minimnya informasi bagi pemulia tanaman mengenai genotip-genotip yang ada yang sangat diperlukan untuk menentukan genotip mana yang bisa dilepas menjadi varietas baru. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan cara karakterisasi untuk mendapatkan informasi mengenai genotip yang memiliki produksi yang lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penampilan tujuh genotip jagung manis hibrida. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Jatikerto, Kabupaten Malang pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014. Kebun Percobaan Jatikerto berada pada ketinggian 303 m dpl dengan suhu rata-rata 23 sampai 26oC, curah hujan rata-rata 100 mm/bulan, jenis tanah Alfisol dan pH tanah 6.0 sampai 7.5. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tujuh genotip jagung manis hibrida, yaitu KF9 x Self nganjuk, KG1 x Bon 1, Nganjuk x Bon 1, LIA x Bon 1, K15 x Bon 1, KA11 x Self nganjuk, BIA3 x Bon 1, pupuk dan pestisida. Peralatan yang digunakan meliputi alat tanam dan pemeliharaan, meteran, timbangan dan alat tulis. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri atas tujuh genotip jagung manis hibrida sehingga secara keseluruhan terdapat 21 plot percobaan. Tiap plot percobaan terdiri atas 60 tanaman yang ditanam dalam 3 baris. Parameter yang diamati terdiri dari parameter kualitatif dan kuantitatif. Parameter kualitatif terdiri dari bentuk ujung daun pertama, tipe percabangan malai, penutupan klobot, bentuk ujung tongkol dan warna biji. Parameter kuantitatif terdiri tinggi tanaman (cm), jumlah daun, lebar daun (cm), panjang daun (cm), sudut daun, umur berbunga jantan (HST), umur berbunga betina (HST), panjang malai (cm), tinggi tongkol (cm), panjang tongkol klobot (cm), bobot biomassa (g), panjang klobot (cm), tebal klobot (cm), bobot tongkol klobot (g), bobot basah tongkol (g), diameter tongkol (cm), panjang tongkol (cm), panjang tangkai (cm), jumlah baris per tongkol, jumlah kernel per baris, tinggi kernel, kadar gula (brix), rendemen biji, produktivitas. Perbedaan antar genotip diuji dengan sidik ragam atau analysis of variance. Jika hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf 5%. Berdasarkan hasil pengamatan, ketujuh genotip memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap semua parameter pengamatan kecuali pada parameter umur berbunga jantan yang menunjukkan pengaruh yang tidak nyata, selain itu pada parameter sudut daun dan rendemen biji menunjukkan pengaruh yang nyata. Secara umum, masing-masing genotip menunjukkan nilai pengamatan yang berbeda. Perbedaan paling tinggi terdapat pada genotip KF 9 x Self Nganjuk vs KG 1 x Bon 1 yang memiliki 20 karakter yang berbeda dan perbedaan paling rendah pada genotip K 15 x Bon 1 vs KA 11 x Self Nganjuk yang hanya memiliki 6 karakter yang berbeda. Ditemukan ciri umum pada karakter kualitatif yaitu pada peubah bentuk percabangan malai dan warna biji, sedangkan ciri khusus yaitu pada peubah bentuk ujung daun pertama dan penutupan klobot. Genotip KF 9 x Self Nganjuk memiliki keunikan pada peubah bentuk ujung daun pertama tumpul, genotip LIA x Bon 1 memiliki keunikan pada peubah penutupan klobot tidak menutup sempurna K 15 x Bon 1 memiliki keunikan pada peubah penutp klobot intermediet. Pada peubah produktivitas memiliki perbedaan yang sangat tinggi pada ketujuh genotip jagung manis hibrida, sedangkan untuk karakter daun, bunga dan biji memiliki kesamaan yang sangat tinggi pada ketujuh genotip jagung manis hibrida. Daya hasil tertinggi pada genotip Nganjuk x Bon 1 sebesar 13,99 ton per hektar.