Efek Biochar Kulit Kakao terhadap Kemantapan Agregat dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Pada Typic Kanhapludults, Lampung Timur
Main Author: | Shalsabila, Farahmitha |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/129587/1/SKRIPSI_FARAHMITHA_SHALSABILA.pdf http://repository.ub.ac.id/129587/ |
Daftar Isi:
- Ultisols dicirikan dengan agregat kurang stabil, clay (klei) tinggi pada horizon argilik, padat, bahan organik dan pH rendah. Salah satu jenis tanah Ultisols adalah Typic Kanhapludults. Upaya yang dilakukan untuk memperbaiki sifat Ultisols adalah dengan cara pengapuran, penambahan bahan organik, serta pemupukan. Oleh karena itu, perlu adanya inovasi yang lebih efisien dengan teknologi saat ini. Salah satunya adalah menggunakan biochar. Biochar kulit kakao adalah salah satu bahan yang dapat digunakan untuk meretensi air dan hara dalam tanah, dapat memperbaiki kondisi tanah dan meningkatkan produksi tanaman, terutama pada tanah-tanah yang kurang subur. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh pemberian beberapa dosis biochar kulit kakao terhadap kemantapan agregat tanah. (2) Untuk mengetahui pengaruh C-Organik terhadap kemantapan agregat dan retensi air. (3) Untuk mengetahui pengaruh pemberian biochar kulit kakao terhadap produksi tanaman jagung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 6 perlakuan dan ulangan 3 kali sehingga terdapat 18 satuan perlakuan. Perlakuan terdiri dari 6 dosis biochar kulit kakao, yaitu D0 (tanpa biochar kulit kakao), D5 (5 t/ha biochar kulit kakao), D10 (10 t/ha biochar kulit kakao), D15 (15 t/ha biochar kulit kakao), D25 (25 t/ha biochar kulit kakao), dan D40 (40 t/ha biochar kulit kakao). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada satu musim tanam pemberian beberapa dosis biochar kulit kakao belum mampu mempengaruhi nilai kemantapan agregat tanah. Kemantapan agregat paling tinggi terdapat pada perlakuan 15 t/ha biochar kulit kakao yaitu indeks sebesar 130,12. Peningkatan kadar C-organik tanah diikuti dengan peningkatan indeks kemantapan agregat. Kadar C-organik tanah paling tinggi terdapat pada D40 yaitu sebesar 4,09%. Sedangkan retensi air paling tinggi pada perlakuan D10 yaitu sebesar 32,96%. Peningkatan indeks kemantapan agregat tidak diikuti dengan kemampuan tanah untuk meretensi air. Peningkatan kadar C-organik tanah tidak diikuti dengan kemampuan meretensi air. Pemberian dosis biochar kulit kakao semakin tinggi memberikan hasil tanaman jagung yang meningkat.