Daftar Isi:
  • Di Indonesia, padi merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan oleh petani karena hasil tanaman padi berupa beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu hama yang menyerang tanaman padi yaitu penggerek batang padi (PBP). Pada tanaman padi, PBP menyerang pada fase vegetatif dan generatif. Gejala serangan pada tanaman padi stadia vegetatif dikenal dengan sebutan sundep dan pada fase generatif disebut beluk. Penggerek batang padi mempunyai musuh alami yang menyerang berbagai stadia kehidupan, sehingga mampu bekerja sebagai pengatur populasi di alam. Oleh karena itu dilakukan penelitian fluktuasi populasi PBP dan parasitoidnya pada lahan sawah. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanaman padi Gabungan Kelompok Tani Rukun Tani, Desa Bayem, Kecamatan Kasembon dan di Laboratorium Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, untuk mengetahui populasi PBP dan musuh alaminya. Pada penelitian ini budidaya padi dilakukan secara PHT yang dibedakan menjadi dua, yaitu PHT A dan PHT B. Praktik yang mendasar dalam membedakan pelaksanaan budidaya adalah pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda. Budidaya PHT A menggunakan pupuk Urea 250 kg/ha, KCl 100 kg/ha dan SP36 100 kg/ha (berdasarkan analisis tanah dan rekomendasi). Pada lahan PHT B menggunakan pupuk Urea 500 kg/ha, KCl 200 kg/ha dan SP36 200 kg/ha (berdasarkan cara petani). Dari pertanaman padi masing-masing diambil 17 tanaman contoh dengan menggunakan metode diagonal dan ditandai dengan ajir. Penelitian dilaksanakan dengan mengamati larva PBP dari tanaman contoh, kelompok telur PBP, intensitas serangan, populasi imago penggerek batang padi dan parasitoid pada panci perangkap kuning. Rerata populasi larva PBP pada lahan PHT B lebih tinggi dari pada lahan PHT A. Rerata populasi larva penggerek tertinggi pada lahan PHT A adalah 0,62 ekor per rumpun yang ditemukan pada 14 MST dan lahan PHT B adalah 0,71 ekor per rumpun pada 14 MST. Populasi terendah pada lahan PHT A dan PHT B adalah 0 ekor per rumpun pada 1 MST. Intensitas kerusakan pada lahan PHT B relatif lebih tinggi dari pada lahan PHT A. Pada pengamatan populasi imago menunjukkan rerata populasi imago pada lahan PHT A sebesar 2,82 ekor per perangkap, sedangkan pada lahan PHT B sebesar 3 ekor per perangkap. Pada pengamatan telur PBP menunjukan tingkat parasitasi telur tertinggi adalah 96,7% dan terendah adalah 37,08%. Parasitoid yang ditemukan pada kelompok telur paling banyak adalah Tetrastichus schoenobii Ferr. Sedangkan Parasitoid yang