Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Berbagai Mulsa Organik Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merr.) Var. Grobogan
Daftar Isi:
- Kedelai (Glycine max L.) ialah tanaman legum semusim. Tanaman kedelai ialah palawija yang kaya akan kandungan gizi. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri seperti tempe, tahu, tauco, kecap, susu kedelai dan untuk keperluan industri pakan ternak. Kedelai var. Grobogan ialah varietas lokal yang berasal dari daerah grobogan Jawa Tengah. Produktivitas kedelai var. Grobogan 1,1 – 3,2 ton ha -1 atau rata-rata 2,12 ha -1. Varietas tersebut termasuk kedalam jenis varietas genjah mempunyai keunggulan umurnya lebih pendek dari kedelai yang lain. Selain itu ukuran polongnya besar serta tingkat kematangan polong dan daun bersamaan. Olah tanah ialah tindakan pembalikan, pemotongan, penghancuran dan perataan tanah. Olah tanah juga bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan peredaran udara menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan dan pengendalian hama serta menghilangkan sisa-sisa tanaman yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Upaya selanjutnya ialah pemanfaatan organ tanaman sebagai mulsa. Mulsa dari bahan organik mempunyai keuntungan ialah dapat menurunkan suhu tanah, menjaga kelembaban tanah, sebagai sarana konservasi tanah dengan menekan erosi, dapat menghambat tanaman penggangu dan dapat menambah bahan organik tanah. Titik berat penelitian ini ialah Memperoleh sistem olah tanah dan pemberian beberapa jenis mulsa organik terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai var. Grobogan. Hipotesis yang diajukan ialah Sistem olah tanah maksimal dengan aplikasi mulsa paitan (Tithonia diversifolia L.) memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai varietas grobogan tertinggi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 hingga bulan Juni 2013 di Kebun Percobaan Jatikerto Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Kecamatan Kromengan, dengan ketinggian + 303 m dpl. Alat yang digunakan pada penelitian ini ialah cangkul, timbangan analitik, meteran, oven, thermometer, soil moisture tester, petak kuadran 50 cm x 50 cm dan leaf area meter. Bahan yang digunakan meliputi benih kedelai var. Grobogan, Mulsa paitan, jerami, sekam, pupuk anorganik (urea, SP-18, KCl) dan pestisida. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) menggunakan 3 kali ulangan. Sistem olah tanah diletakkan sebagai faktor pertama yang terdiri dari 3 level, yaitu T1 = Tanpa olah tanah, T2 = Olah tanah minimal dan T3 = Olah tanah maksimal. Jenis mulsa organik ditempatkan pada faktor kedua yang terdiri dari 3 level, yaitu M1 = Mulsa paitan T , M2 = Mulsa Jerami dan M3 = Mulsa Sekam. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F pada taraf 5%. Bila terdapat interaksi atau pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji perbandingan diantara perlakuan dengan menggunakan uji BNT pada p= 0,05. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi interaksi antara sistem olah tanah dan pemberian mulsa organik hanya pada parameter pengamatan tinggi tanaman. Sedangakan parameter yang lain tidak terjadi interaksi. Untuk pengamatan komponen hasil, perlakuan olah tanah maksimal dapat menambah bobot biji sebesar 17,59 % dari olah tanah minimal dan tanpa olah tanah dengan nilai 16,90 g dan 16,05 g. Sedangkan untuk mulsa dapat mempengaruhi variabel komponen hasil pada jumlah polong/tanaman pada mulsa jerami sebesar 32,35 %, dan berat 100 biji sebesar 17,62 g. Sistem olah tanah maksimal menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang paling baik pada variabel jumlah daun, luas daun, berat kering total tanaman, jumlah biji/polong tetapi pada jumlah polong isi/tanaman dan hasil biji ha-1 tidak berbeda pengaruhnya dengan olah tanah minimal. Sedangkan pemberian mulsa paitan tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai var. grobogan. Kombinasi antara sistem olah tanah maksimal dan pemberian mulsa jerami efektif digunakan untuk budidaya kedelai var. grobogan.