Daftar Isi:
  • Salah satu upaya penting untuk mempertahankan kelembaban tanah dan sekaligus menyediakan pakan bagi organisme tanah di perkebunan sawit adalah dengan mengembalikan bahan organik residu panen ke dalam tanah seperti janjang kosong (jankos) maupun campuran pangkasan pelepah dan daun sawit. Praktek penambahan biomassa sawit akan berpengaruh terhadap populasi cacing tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian berbagai macam biomassa kelapa sawit terhadap kerapatan populasi dan karakteristik cacing tanah (biomassa dan panjang cacing tanah) di perkebunan kelapa sawit dengan tekstur tanah lom berklei dan lom berpasir pada kedalaman yang berbeda. Percobaan ini dilaksanakan bulan Februari- Juni 2013, pada kebun kelapa sawit umur 7-8 tahun milik PT Astra Agro Lestari Tbk, Kumai Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Pengambilan contoh cacing dan contoh tanah dilakukan pada tanah bertekstur lom berklei (Blok AMR OA-29) dan lom berpasir (Blok AMR OA-40). Pengambilan contoh pada masing-masing blok dilakukan pada 4 zona yaitu di gawangan mati (GM) dengan aplikasi biomassa sawit terus menerus, di zona antar pokok dengan aplikasi jankos (APJ) sebanyak 20 Mg ha-1 dan zona antar pokok tanpa aplikasi jankos (APNJ) sebagai kontrol serta di zona piringan (PI) dengan penambahan bahan organik hanya dari akar sawit. Pengambilan contoh cacing dilakukan pada tiga kedalaman yaitu di lapisan permukaan, 0-10 cm dan 10-20 cm. Contoh tanah hanya diambil pada dua kedalaman yaitu 0-10 cm dan 10-20 cm. Variabel cacing tanah yang diukur adalah populasi, biomasa, panjang, dan nisbah biomasa/panjang (B/P). Variabel pengukuran contoh tanah adalah C-Organik, N-Total dan pH. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata total C-Organik tertinggi terdapat pada tanah lom berpasir (2,84%) dengan penambahan bahan organik pelepah dan daun, sedangkan rata-rata terendah pada tekstur tanah lom berklei dengan penambahan jankos (1,64%), pada perlakuan lainnya diperoleh total Corganik yang sama (rata-rata 2,17%). Jumlah populasi cacing tanah terbanyak pada kedalaman 0-10 cm (59 ekor m-2), sedang pada lapisan permukaan dan 10-20 cm hanya ditemui 2 ekor m-2. Kelompok cacing tanah yang ditemukan di Kumai didominasi oleh jenis anesic yaitu jenis yang memperoleh makanannya dari permukaan tanah tetapi hidup dalam tanah. Biomassa terbesar ditemukan pada penambahan jankos (211 mg ekor-1), sedang biomassa cacing pada penambahan pelepah+daun sama dengan perlakuan kontrol rata-rata 47,4 mg ekor-1. Pada kedalaman 0-10 cm, ditemukan biomassa cacing tanah terbesar (156,4 mg ekor-1), sedang biomassa cacing terkecil 11,3 mg ekor-1 pada kedalaman 10-20 cm, dan di lapisan permukaan rata-rata 97,4 mg ekor-1. Cacing tanah terpanjang ditemukan pada lapisan permukaan dengan penambahan bahan organik berupa jankos (6,6 cm ekor-1), sedang pada perlakuan lainnya sama (rata-rata 1,82 cm ekor-1). Rata–rata nisbah biomassa/panjang (B/P) cacing tanah terbesar terdapat pada penambahan jankos yaitu 45,8 mg cm-1, sedang pada perlakuan penambahan bahan organik lainnya nisbah B/P adalah 11,2 mg cm-1. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pengembalian residu kelapa sawit dapat memperbaiki kondisi biologi tanah, sebagai dasar untuk mempertahankan kesehatan tanah pada perkebunan sawit.