Analisis Pendapatan dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi dalam Usahatani Padi Beras Merah Organik (Studi Kasus Pada Kelompok Tani Beras Merah Organik Jatiluwih di Banjar Gunungsari, Desa Ja
Daftar Isi:
- Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air, dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam. Sebagian besar penduduk Indonesia yang masih menggantungkan kehidupan sehari-harinya pada sektor pertanian, membuat pertanian organik berpotensi sangat besar di Indonesia. Pasar produk pertanian organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor (Ditjen BPPHP Deptan, 2007). Hal tersebut sejalan dengan penetapan komoditas padi menjadi komoditas dengan sasaran produksi pertanian organik tertinggi di Indonesia (Departemen Pertanian, 2007). Tabanan merupakan salah satu daerah di Provinsi Bali yang sering dikatakan sebagai “Lumbung Padi” karena merupakan penghasil terbesar padi di Provinsi Bali. Selain menghasilkan padi beras putih, di Kabupaten Tabanan ini juga menghasilkan Padi Beras Merah Organik yang merupakan tanaman asli dari Desa Jatiluwih. Dari survei pendahuluan diketahui bahwa padi beras merah Jatiluwih (Oryza Sativa Barac Canana Jatiluwih) merupakan padi lokal yang berasal dari desa Jatiluwih. Padi yang berumur 8 bulan ini dikembangkan oleh petani Jatiluwih secara turun temurun. Kelompok Tani Beras Merah Organik Jatiluwih merupakan kelompok tani dari Banjar Gunungsari yang masih mempertahankan budidaya padi beras merah ini secara organik. Dari sisi harga jual, gabah beras merah memiliki harga jual gabah kering giling Rp 9000,- per kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan batas minimum harga jual gabah beras putih kering giling yang ditetapkan pemerintah. Hal tersebut dapat dilihat dalam Instuksi Presiden tentang harga pembelian pemerintah (HPP) gabah beras putih tahun 2012 yakni sebesar Rp 4150,- per kg gabah kering giling (GKG). Permasalahan yang baru timbul adalah ketika di wilayah lain telah mengembangkan padi beras merah organik dengan umur panen 3 bulan, sedangkan Kelompok Tani Beras Merah Organik Jatiluwih masih mempertahankan membudidayakan padi beras merah Jatiluwih dengan umur 8 bulan. Padi beras merah varietas Aek Sibundong yang merupakan padi beras merah yang dapat dipanen setelah berumur 3 bulan dan menghasilkan rata-rata 6ton/ ha (Deptan,2010). Apabila dibandingkan dengan padi beras merah organik Jatiluwih yang dapat dipanen setelah berumur 8 bulan juga menghasilkan rata-rata 6 ton/ ha. Waktu budidaya yang lebih panjang, seharusnya padi beras merah Jatiluwih dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi agar petani mendapatkan keuntungan lebih tinggi dan efisien melakukan usahataninya. Dengan demikian, penting dilakukan analisis pendapatan dan efisiensi alokatif pengunaan faktor-faktor produksi untuk mengetahui tingkat efisiensi pengunaan benih, pupuk dan tenaga kerja dalam pelaksanaan usahatani padi beras merah organik Jatiluwih. Metode dalam penelitian ini terdiri atas metode penetuan lokasi, penentuan responden, pengumpulan data dan analisis data. Metode penentuan lokasi penelitian ini adalah dengan sengaja yaitu di Banjar Gunungsari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali yang merupakan daerah penghasil padi beras merah Jatiluwih. Responden ditentukan dengan mengunakan teknik sensus. Teknik sensus digunakan karena responden yang dipilih adalah seluruh anggota Kelompok Tani Padi Beras Merah Organik Jatiluwih tanpa ada kriteria apapun. Kelompok tani tersebut dipilih karena merupakan kelompok tani yang melakukan usahatani padi beras merah jatiluwih dan memiliki sertifikat pangan organik dari Lembaga Sertfikasi Pangan Organik Seloliman (LeSOS). Data dikumpulkan mengunakan teknik wawancara dan kuesioner. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis mengunakan analisis pendapatan usahatani, regresi linier berganda dan efisiensi alokatif. Hasil penelitian ini atara lain: 1. Rata-rata total biaya produksi usahatani padi beras merah per hektar (ha) pada tahun 2012 adalah Rp 13.974.649,05. Biaya tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel berturut-turut sebesar Rp 6.283.937,31 /ha dan Rp 7.690.711,74 /ha. 2. Rata-rata total penerimaan usahatani padi beras merah organik Jatiluwih pada tahun 2012 per hektar adalah Rp 35.732.295,57. Total penerimaan tersebut diperoleh dari pengkalian produksi gabah kering giling sebanyak 3.970,26 kg/ha dengan harga jual gabah kering giling sebesar Rp 9000,00 /kg. 3. Pendapatan usahatani padi beras merah organik di Kelompok Tani Padi Beras Merah Organik Jatiluwih per hektar pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 21.757.646,-/ha. Besar pendapatan tersebut diperoleh dari selisih antara total penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). 4. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam kegiatan usahatani padi beras merah organik di Kelompok Tani Beras Merah Organik Jatiluwih, adalah faktor produksi benih, pupuk kandang dan tenaga kerja. 5. Tingkat efisiensi alokatif penggunaan faktor-faktor produksi usahatani padi beras merah organik menunjukkan nilai NPMx/px benih sebesar 2,51, pupuk kandang sebesar 1,33, tenaga kerja sebesar 0,97.Hal tersebut menunjukkan efisiensi tidak sama dengan 1, sehingga belum efisien secara alokatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah petani anggota Kelompok Tani Padi Beras Merah Organik Jatiluwih memperoleh rata-rata pendapatan dari usahatani padi beras merah organik sebesar Rp 21.757.646,-/ha. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahataninya adalah pengunaan benih, pupuk kandang dan tenaga kerja. Penggunaan benih, pupuk kandang dan tenaga kerja dalam usahatani padi beras merah organik belum efisien, sehingga diperlukan penambahan atau pengurangan pengunaan faktor produksi tersebut. Saran yang diajukan, adalah sebagai berikut : 1. Perlu adanya peranan dari penyuluh pertanian yang memiliki keahlian dan pengetahuan dalam pengalokasian penggunaan faktor produksi (benih, pupuk kandang dan tenaga kerja) secara efisien, sehingga petani padi beras merah organik dapat memperoleh hasil produksi yang optimal dan memperoleh keuntungan. 2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait dengan faktor yang mempengaruhi usahatani padi beras merah organik selain faktor-faktor produksi, seperti faktor budaya (pemanfaatan padi beras merah sebagai sarana upacara).