Analisis Pola Pangan Harapan (Pph) Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan Di Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang
Daftar Isi:
- Ariani (2007) menyebutkan bahwa diversifikasi pangan menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan terutama ditinjau dari aspek konsumsi. Hal ini mengingat manfaat diversifikasi pada sisi konsumsi adalah semakin beragamnya asupan zat gizi, baik makro dan mikro, untuk menunjang pertumbuhan, daya tahan dan produktivitas fisik masyarakat. Di samping itu, keragaman juga memberikan lebih banyak pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh pangan sesuai preferensinya. Badan Ketahanan Pangan mengungkapkan bahwa upaya membangun diversifikasi konsumsi pangan telah dilaksanakan di Kecamatan Lawang terutama di Desa Sumberngepoh pada tahun 2010. Saat itu BKP3 (Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian) bekerja sama dengan UPT BP (Unit Pelaksana Teknis Balai Penyuluhan) Kecamatan Lawang mulai menganjurkan konsumsi bahan pangan pokok selain beras. Namun dalam implementasinya baru pada penganekaragaman karbohidrat, belum penganekaragaman pangan secara keseluruhan. Memperhatikan uraian tersebut maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kajian tentang Pola Pangan Harapan (PPH) yang digunakan sebagai ukuran keseimbangan gizi dan keanekaragaman pangan yang dikonsumsi oleh penduduk di Desa Sumberngepoh saat ini. Di samping itu, desa tersebut merupakan desa penghasil padi karena pola tanamnya yang sepanjang tahun, sehingga masyarakat desa tersebut memiliki ketergantungan yang tinggi pada beras dan kurang memperhatikan pentingnya konsumsi pada kelompok pangan yang lain. Dengan mengetahui kondisi diversifikasi konsumsi pangan di daerah penelitian maka diperoleh klasifikasi rumah tangga berdasarkan ketahanan pangan dari sisi konsumsi yang ditinjau dari nilai AKE dan PPH aktual. Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis kondisi diversifikasi konsumsi pangan yang dilihat dari pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada rumah tangga petani di daerah penelitian, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan pada rumah tangga petani di daerah penelitian. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive di Desa Sumberngepoh yang merupakan daerah yang tahan pangan menurut Badan Ketahanan Pangan (2007). Jumlah sampel responden sebanyak 37 rumah tangga dari populasi 219 rumah tangga petani menggunakan metode Simple Random Sampling dimana populasinya homogen yaitu rumah tangga petani. Data pola konsumsi pangan dikumpulkan melalui metode food recall 2×24 jam. Data ini ditabulasikan dan dihitung menggunakan pendekatan perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH). Kuantitas pola konsumsi pangan dianalisis dengan cara menghitung kandungan energi pada masing-masing kelompok pangan, kemudian menghitung persentase energi masing-masing kelompok pangan terhadap Angka Kecukupan Energi (%AKE). Kualitas pola konsumsi pangan dianalisis dengan menghitung skor PPH. Perhitungan skor PPH diperoleh dengan membandingkan antara skor AKE aktual dengan skor PPH normatif (100). Sementara itu faktor-faktor yang mempengaruhi diversifikasi konsumsi pangan dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda (multiple regression) sehingga dapat dilihat variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap diversifikasi konsumsi pangan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pola konsumsi pangan rumah tangga belum mencerminkan kondisi diversifikasi konsumsi pangan yang sesuai harapan. Hal ini terlihat dari rerata skor PPH aktual yang diperoleh hanya sebesar 76.36 lebih rendah dari skor normatif yaitu 100. Rendahnya skor PPH ini disebabkan kuantitas konsumsi energinya hanya mencapai 1715.60 kkal/kap/hari atau hanya 85.78% AKE serta proporsi energinya yang tidak seimbang pada masing-masing kelompok pangan. Perbandingan antara pencapaian kuantitas konsumsi energi aktual dan normatif pada masing-masing kelompok pangan, dapat diketahui bahwa pada kelompok pangan padi-padian dan buah/biji berminyak dan kacang-kacangan konsumsinya melebihi angka normatifnya. Sementara itu untuk kelompok pangan lainnya (umbi-umbian, lemak-minyak, gula, pangan hewani dan sayur-buah) masih jauh lebih rendah di bawah angka normatifnya. Kelompok pangan yang terendah kuantitas konsumsi energi dan kualitas (skor PPH) konsumsinya adalah pada kelompok pangan hewani. Nilai energi aktual yang paling tinggi yaitu sebesar 2939.76 kkal/kap/hari dengan proporsi energi 146.99%, sedangkan pencapaian energi aktual yang terendah mencapai 1066.74 kkal/kap/hari dengan proporsi energi 53.34%. Berdasarkan klasifikasi rumah tangga menurut pencapaian proporsi AKE, sebagian besar rumah tangga petani di desa Sumberngepoh tergolong rumah tangga yang tahan pangan energi, namun berdasarkan prinsip PPH belum terpenuhi karena sebagian besar rumah tangga masih tergolong rumah tangga yang kondisi pangannya cukup beragam, tetapi sangat tidak bergizi dan berimbang. Untuk menjawab tujuan penelitian yang kedua yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi diversifikasi konsumsi pangan diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan gizi ibu rumah tangga (berpengaruh signifikan pada taraf kepercayaan 99%), akses informasi (berpengaruh signifikan pada taraf kepercayaan 90%) dan pemanfaatan lahan pekarangan (berpengaruh signifikan pada taraf kepercayaan 95%). Saran dalam penelitian ini adalah (1) Perlu digalakkan sosialisasi mengenai pentingnya pola diversifikasi konsumsi pangan pada kelompok pangan yang konsumsinya belum memenuhi angka normatif yaitu umbi-umbian minyak-lemak, gula, pangan hewani dan sayur-buah. (2) Perlunya untuk mengadakan sosialisasi yang terkait dengan variabel-variabel tersebut yaitu : (a) sosialisasi pengetahuan gizi terutama diarahkan kepada pemahaman Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi, (b) peningkatan akses informasi melalui perluasan sumber informasi terhadap media komunikasi, (c) adanya usaha intensifikasi pemanfaatan lahan pekarangan di pedesaan. (3) untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan beberapa variabel yang belum tercantum dalam penelitian ini.