Analisis Usahatani Dan Pembibitan Tanaman Nilam (Pogostemon Sp) (Studi Kasus Di Desa Selok Anyar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang)

Main Author: Fariadi, Sofyan
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2013
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129379/1/Skripsi.pdf
http://repository.ub.ac.id/129379/
Daftar Isi:
  • Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian. Salah satu hasil pertanian Indonesia, khususnya subsektor perkebunan yang memiliki pasar internasional atau ekspor adalah tanaman nilam. Nilam merupakan tanaman perkebunan yang termasuk tanaman penghasil minyak atsiri dengan prospek ekonomi sangat baik. Minyak nilam yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Pogostemon sp) merupakan minyak atsiri utama yang diperdagangkan di pasar Internasional. Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah pengembangan komoditas nilam di Jawa Timur. Kecamatan Pasirian ialah salah satu kecamatan di Kabupaten Lumajang yang memiliki area usahatani tanaman nilam. Desa Selok Anyar, Kecamatan Pasirian merupakan salah satu desa penyebaran lahan usahatani nilam di Kabupaten Lumajang. Perkembangan harga pada komoditas nilam yang cenderung menurun dapat membuat pendapatan petani yang semakin berkurang, sehingga dapat dimungkinkan beralih pada usahatani lain selain nilam. Beralihnya usahatani nilam dapat berpengaruh terhadap berkembangnya usaha pembibitan nilam dan ketersediaan bahan baku minyak nilam. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan apakah usahatani nilam dan usaha pembibitan yang dilakukan oleh petani masih menguntungkan atau tidak dengan adanya fluktuasi harga pada minyak nilam. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Menganalisis pendapatan dari usahatani dan pembibitan Nilam (Pogostemon sp). 2) Menganalisis tingkat kelayakan usahatani dan usaha pembibitan nilam (Pogostemon sp). 3) mengetahui titik impas (BEP) pada tingkat harga dan produksi dari usahatani dan pembibitan nilam (Pogostemon sp). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan petani pada panen I masih lebih kecil dari total biaya yang dikeluarkan pada panen I. Rata-rata kerugian yang diderita oleh petani pada masa panen I yaitu sebesar Rp. (1.604.647.58). sedangkan rata-rata pendapatan petani pada masa panen II sampai panen VI sudah mengalami keuntungan. Secara berurutan pendapatan yang diterima petani pada masa panen II sebesar Rp. 3.555.737, panen III Rp 5.031.790, panen IV Rp 3.433.895, panen V sebesar Rp 1.990.386 dan panen VI Rp 827.447. Pada usaha pembibitan nilam diketahui bahwa hasil pendapatan rata-rata dari usaha pembibitan nilam adalah sebesar Rp 780.259,72 dengan total biaya usaha sebesar Rp 644.802,28. Perhitungan mengenai kelayakan usaha pada penelitian menggunakan perhitungan R/C rasio. Hasil penelitian menunjukkan nilai R/C rasio dari usahatani nilam adalah sebesar 2,74. Nilai R/C rasio sebesar 2,74 dapat diartikan bahwa dalam setiap korbanan yang dikeluarkan untuk usahatani nilam sebesar Rp 1,00 maka akan mendapatkan penerimaan usahasebesar Rp2,74. Sedangkan nilai R/C rasio pada usaha pembibitan nilam diperoleh hasil sebesar 2,21. Nilai R/C rasio sebesar 2,21 dapat diartikan bahwa dalam setiap korbanan yang dikeluarkan untuk usaha pembibitan sebesar Rp 1,00 maka akan mendapatkan penerimaan usahasebesar Rp2,21. Perhitungan nilai titik impas atau break event point pada usahatani dan usaha pembibitan nilam digunakan untuk mengetahui nilai titik impas pada tingkat harga dan tingkat produksi. Nilai titik impas pada usahatani nilam adalah sebesar 118,21 kg pada tingkat produksi dan Rp 455,05 pada tingkat harga. Sedangkan nilai titik impas pada usaha pembibitan nilam adalah sebesar 106,65 unit pada tingkat produksi dan Rp 67,8 pada tingkat harga.