Daftar Isi:
  • Peningkatan pendapatan dan pertumbuhan penduduk yang terjadi di Jawa Timur menyebabkan semakin bertambahnya permintaan pangan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Kualitas pangan yang diminta berubah dari produk pangan penghasil energi menjadi produk-produk penghasil mineral, vitamin dan serat. Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan salah satu sumber mineral, vitamin, serat, antioksidan dan energi yang dibutuhkan oleh manusia. Pentingnya mengonsumsi sayuran mulai banyak disadari oleh masyarakat Jawa Timur, namun permintaan sayuran di Jawa Timur yang cenderung meningkat tidak tidak terpenuhi sebab hasil produksi sayuran cenderung menurun. Kondisi ini mendorong impor sayuran untuk mengatasi kebutuhan tersebut. Adanya sayuran impor secara tidak langsung mempengaruhi harga sayuran lokal yang berakibat pada fluktuasi harga sayuran yang meningkat. Dengan adanya sistem perdagangan bebas, dimana pergerakan harga sayuran di pasar internasional yang cenderung tidak stabil dan tidak dapat diprediksi mengakibatkan ketidakstabilan harga serta fluktuasi harga sayuran yang tidak dapat diprediksi sehingga resiko yang dihadapi petani semakin tinggi. Oleh karena itu dibutuhkan pengukuran volatilitas yang dilakukan untuk memetakan ketidakpastian tersebut. Volatilitas merupakan pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode waktu tertentu. Volatilitas yang ada pada harga sayuran di Jawa Timur dapat memberikan gambaran seberapa besar fluktuasi harga sayuran yang terjadi di Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan mengetahui seberapa besar nilai volatilitas tiap sayuran yang diamati serta pengaruh nilai volatilitas harga sayuran terhadap produksi sayuran di Jawa Timur. Jenis sayuran yang dianalisis terdiri dari 3 jenis sayuran yaitu: tomat, cabai dan bawang merah. Ketiga sayuran ini dipilih dengan alasan bahwa ketiga sayuran ini adalah sayuran yang paling banyak dibutuhkan dan dikonsumsi oleh konsumen dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai bumbu masakan, bahan pelengkap makanan ataupun sebagai bahan baku industri makanan. Selain itu, ketiga jenis sayuran ini juga mempunyai fluktuasi harga paling beragam dan tidak dapat diprediksi dari semua jenis sayuran yang ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series. Data sekunder terdiri dari data produksi (Kg) sayuran (tomat, cabai dan bawang merah) dan harga (Rp) sayuran (tomat, cabai dan bawang merah) bulanan di Jawa Timur. Data yang dianalisis adalah data bulanan selama 15 tahun mulai bulan Januari 1997 hingga Desember 2011. Pengujian volatilitas dilakukan dengan menggunakan uji standar deviasi sedangkan untuk mengetahui pengaruh volatilitas terhadap produksi sayuran dilakukan uji analisis kointegrasi dan ECM (Error Correction Model). Hasil penelitian antara lain: 1. Dari hasil analisis volatilitas, didapatkan bahwa komoditas cabai mempunyai rata-rata nilai volatilitas terbesar mencapai 0,00031 persen dimana hal ini menunjukkan bahwa cabai mempunyai tingkat risiko kerugian paling tinggi dibandingkan komoditas lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingginya impor cabai yang dilakukan sehingga fluktuasi harga cabai yang terjadi juga tinggi dan berpengaruh terhadap nilai volatilitas. Sedangkan rata-rata nilai volatilitas yang paling rendah yaitu nilai volatilitas tomat yang hanya bernilai 0,00010 persen yang menunjukkan bahwa risiko kerugian komoditas ini sangat kecil. Selanjutnya komoditas bawang merah yang mempunyai rata-rata nilai volatilitas sebesar 0,00016 persen menunjukkan bahwa risiko kerugian pada komoditas ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan komoditas tomat dan masih terlalu rendah bila dibandingkan dengan komoditas cabai. 2. Dari hasil uji analisis yang dilakukan untuk melihat pengaruh nilai volatilitas harga sayuran terhadap produksi sayuran dapat disimpulkan bahwa volatilitas harga sayuran berpengaruh negatif terhadap produksi sayuran. Pada uji kointegrasi tahap pertama, yaitu uji regresi didapatkan bahwa nilai koefisien tiap sayuran adalah bersifat negatif dengan tingkat signifikan 0,05. Hasil uji analisis regresi tomat, cabai dan bawang merah secara berurutan adalah sebesar -0,17, -3,44 dan -6,89. Selanjutnya pada uji kointegrasi tahap kedua yaitu dengan memasukkan resid dari tahap pertama didapatkan bahwa nilai t-Statistic lebih kecil daripada nilai t-Tabel (-1,65) serta signifikan pada taraf nyata 0,05. Hasil uji analisis kointegrasi tomat, cabai dan bawang merah secara berurutan adalah sebesar -2,97, -3,04, -2,86. Hasil ini menunjukkan terjadinya kointegrasi dalam jangka panjang antara volatilitas sayur dengan produksi sayur. Kemudian hasil uji yang terakhir yaitu uji ECM (Error Correction Model) didapatkan bahwa dari semua komoditas diperoleh nilai ECT (Error Correction Term) yang bernilai negatif dengan signifikansi 0,05 yang menunjukkan adanya hubungan kointegrasi dalam jangka pendek dan kecepatan penyesuaian produksi sayuran terhadap nilai volatilitas menuju keseimbangan jangka panjang. Hasil dari uji analisis ECM tomat, cabai dan bawang merah secara berurutan adalah sebesar -0,60, -0,87, -2,84. 3. Saran yang dapat diusulkan antara lain: Ketidakstabilan nilai volatilitas sayuran di Jawa Timur yang disebabkan oleh fluktuasi harga sayuran yang tidak stabil cenderung disebabkan oleh banyaknya sayuran impor serta produksi sayuran yang cenderung mengalami penurunan. Oleh karena itu, untuk menyeimbangkan harga sayuran agar tidak berfluktuasi adalah dengan mengurangi impor dan meningkatkan produksi sayuran di Jawa Timur, sedangkan beberapa kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi pengaruh negatif nilai volatilitas harga sayuran terhadap produksi sayuran adalah: (a) Memberikan insentif fiskal baik berupa keringanan pajak, pajak ditanggung pemerintah maupun bentuk kebijakan tarif dan bea masuk bagi komoditas hortikultura, (b) Mengalokasikan anggaran dana untuk terlaksananya kegiatan dan program pemerintah dalam rangka mensejahterakan masyarakat, (c) Pembentukan sebuah badan pemerintah yang khusus mengatur kestabilan harga komoditas pertanian di pasar-pasar di Jawa Timur, (d) Mengalokasikan anggaran subsidi untuk sektor komoditas sayuran yang berupa subsidi pupuk, benih, atau subsidi alsintan, dan (e) Melakukan pembentukan dan penguatan kelembagaan dalam bentuk koperasi.