Analisis Nilai Tambah dan Efisiensi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Agroindustri Emping Melinjo di Sektor UMKM (Kasus di Desa Mejono, Kecamatan Plemahan, Kabupatem Kediri)
Daftar Isi:
- Di tengah persaingan global yang semakin ketat, menuntut setiap orang untuk lebih kreatif dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Banyak usaha bisnis berbagai jenis produk yang dijalankan oleh masyarakat baik dari sekala kecil hingga skala besar. Dalam bidang pertanian sendiri, masih banyak potensi pertanian yang belum digali lebih dalam. Dalam era industrialisasi seperti ini menuntut Indonesia untuk lebih mengembangkan industrinya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada agar dapat selalu mengikuti persaingan industri. Sektor pertanian memberikan kontribusi PDB dan menyediakan 50% lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa dan berperan sentral dalam penyediaan bahan pangan (Soekartawi,1993). Dengan menggabungkan konsep pertanian yang dimiliki Indonesia maka tercipta sebuah konsep agroindustri yang diharapkan akan memberikan dampak yang baik bagi kesejahteraan masyarakat. Agroindustri pertanian memberikan alternative produk yang tahan lama dan memiliki nilai tambah dari produk pertanian (Antarno, 1991). Konsep agroindustri semacam ini dalam perkembangannya memberikan andil yang besar dalam perkembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM dinilai sesuai dengan perkembangan agroindsutri karena dilihat dari karakternya yang merupakan sektor usaha rakyat yang tahan terhadap tekanan krisis global. Seperti yang telah ditunjukan pada tahun 1998 ketika Indonesia diterpa krisis global yang berimbas pada jatuhnya perusahaan-perusahaan besar, sedangkan sektor UMKM masih dapat bertahan dan meneruskan aktivitas produksinya. Salah satu komoditas pertanian yang sering diolah adalah buah melinjo yang diolah menjadi makanan emping melinjo. Di Kabupaten Kediri terdapat desa sentra produksi emping melinjo yaitu Desa Mejono, Kecamatan Plemahan. Agroindustri emping melinjo ini bergerak dalam sektor UMKM yang melibatkan banyak tenaga kerja. Di Kabupaten Kediri dikenal sebagai sentra penghasil buah melinjo dan sangat potensial dalam perkembangan agroindustri emping melinjo. Namun sayangnya usaha agroindustri ini belum dikembangkan secara menyeluruh di Kediri. Padahal bila dapat dikembangkan secara luas, maka agroindustri ini dapat memberikan kontribusi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan mampu meningkatkan perekonomian rakyat. Untuk pengembangan secara luas agroindustri ini, hal pertama yang harus diketahui adalah prospek dari usaha agroindustri. Untuk menilai prospek usaha agrioindustri ini dapat digunakan analisis nilai tambah dan pendapatan guna melihat seberapa besar kelayakan untuk memproduksi emping melinjo itu sendiri. Sedangkan untuk meningkatkan pendapatan maka dapat dilakukan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Maka dalam penelitian ini dapat ditarik permasalahan sebagai berikut: (1) Berapa nilai tambah pengolahan emping melinjo? (2) Berapa besar keuntungan pengolahan emping melinjo? (3) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi emping melinjo? (4) Apakah penggunaan faktor-faktor produksi telah efisien secara alokatif? Dalam penelitian ini mempunyai tujuan: (1) Menganalisis nilai tambah dalam pengolahan emping melinjo. (2) Menganalisis tingkat keuntungan dalam produksi empung melinjo. (3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh pada produksi emping melinjo. (4) Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi (alokatif) emping melinjo. Dalam penelitian ini juga disusun pendugaan sementara terhadap tujuan yang dibuat. Terdapat 4 hipothesis yang disusun sebagai berikut: (1) Diduga rasio nilai tambah dari produksi emping melinjo tergolong dalam tingkat sedang. (2) Diduga pengolahan emping melinjo di Desa Mejono menguntungkan. (3) Diduga faktor-faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi emping melinjo. (4) Diduga penggunaan faktor-faktor produksi emping melinjo belum efisien secara alokatif. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah produsen emping melinjo yang ada di Desa Mejono. Jumlah produsen yang ada berjumlah 19 orang yang tersebar di dusun Sumbermulyo (12 produsen) dan di dusun Mejono (7 produsen). Untuk itu penentuan responden dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan metode sensus. Selanjutnya untuk menjawab beberapa tujuan yang telah dibuat dan membuktikan hypothesis yang telah disusun digunakan 4 macam alat analisis yang berbeda. Pertama adalah analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah produksi. Kedua adalah analisis keuntungan dimana digunakan analisis pendapatan yang disertai dengan analisis R/C Ratio dan analisis BEP. Ketiga, analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi emping melinjo dengan menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas, dengan menggunakan dua variabel independen (bahan baku dan tenaga kerja) dan satu variabel dependen (Jumlah produksi emping melinjo). Analisis data dengan menggunakan SPSS 16 dengan model analisis regresi linear berganda. Keempat, untuk melihat efisiensi produksi digunakan pendekatan analisis efisiensi alokatif penggunaan bahan baku. Dari pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil besaran nilai tambah agroindustri yaitu sebesar Rp 6.315,88 atau secara rasio diperoleh angka sebesar 42,52 %. Ratio ini termasuk dalam kategori tingkat ratio yang tinggi. Jadi hipothesis pertama ditolak, namun besaran nilai ratio ini melebihi dari pendugaan sementara yang telah dibuat yaitu pada tingkat ratio sedang. Besaran nilai tambah ini terdistribusi dalam dua komponen yaitu pendapatan tenaga kerja dan keuntungan yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 2.981,16 (47,24 %) dan Rp 3.334,71 (52,76 %). Sedangkan untuk analisis pendapatan, penggunaan biaya dalam satu kali proses produksi sebesar Rp 2.085.241,30 dan penerimaan yang diperoleh selama satu kali proses produksi adalah sebesar Rp 2.635.457,06. Jadi keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 550.215,73. Dari besaran keuntungan ini maka agroindustri emping melinjo ini dianggap menguntungkan. Jadi untuk hipothesis kedua diterima. Selain nilai keuntungan, dihitung juga untuk besaran nilai R/C Ratio dan BEP. Untuk R/C Ratio sendiri diperoleh nilai sebesar 1,26 yang menandakan bahwa agroindustri ini layak untuk terus diusahakan. Sementara itu untuk BEPunit diperoleh nilai sebesar 43,85 Kg dan BEPharga diperoleh nilai sebesar Rp 14.869,67. Faktor-faktor produksi dalam agorindutri ini diketahui terdiri dari dua yaitu bahan baku dan tenaga kerja. Untuk melihat faktor-faktor produksi yang berpengaruh dilakukan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan Program SPSS 16. Dari uji parsial (uji t) diperoleh t tabel sebesar 2,86 sedangkan untuk t hitung sendiri diperoleh nilai sebesar 184,472 untuk bahan baku dan 0,963 untuk tenaga kerja. Syarat yang dibutuhkan adalah jika t hitung > t tabel, maka dari kedua variabel tersebut yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah variabel bahan baku, sementara variabel tenaga kerja tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi emping melinjo. Dengan demikian hipothesis yang ketiga ditolak karena hanya ada satu variabel yang berpengaruh. Sementara itu analisis efisiensi alokatif penggunaan faktor produksi untuk bahan baku diperoleh nilai NPMx/Px sebesar 1,74. Nilai ini lebih besar dari 1 dan menunjukan bahwa penggunaan bahan baku belum efisien, untuk itu perlu ditambahkan penggunaan bahan bakunya. Agar efisien penggunaan bahan baku dapat ditingkatkan dari semula yaitu 177,52 Kg menjadi 309,72 Kg. Hal ini sesuai dengan hipothesis terakhir bahwa penggunaan faktor produksi belum mencapai tingkat efisien secara alokatif. Kesimpulan pada penelitian ini adalah dengan adanya nilai tambah agroindusti emping melinjo sebesar Rp Rp 6.315,88 (42,52 %) menunjukan adanya nilai tambah yang tinggi. Semakin tinggi nilai tambah suatu usaha, maka menandakan kelayakan produk tersebut untuk terus dikembangkan. Sementara itu keuntungan yang diperoleh dalam produksi emping melinjo yaitu sebesar Rp 550.215,73 menunjukan bahwa agroindustri ini memberikan