Peningkatan Ketahanan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) terhadap Penyakit Rebah Semai (Sclerotium rolfsii Sacc.) dengan Teknik Pengendalian secara Terpadu
Daftar Isi:
- Penyakit rebah semai atau layu dan lebih dikenal sebagai penyakit dumping-off yang disebabkan oleh Sclerotium rolfsii Sacc. Merupakan masalah serius di Indonesia, khususnya di Jawa karena hampir menyerang berbagai jenis tanaman kacang-kacangan khususnya kedelai dengan kerusakan hamper mencapai 100 % (Djauhari, 2003). Salah satu cara pengendalian yang akhir-akhir ini mendapatkan perhatian utama dari ahli penyakit adalah dengan pemanfaatan musuh – musuh alaminya secara biologis (Liu,dkk. 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana pengaruh aplikasi agens hayati (Streptomyces, Mikoriza, Trichoderma, dan Rhyzobium), pupuk kandang dan pengaturan jarak tanam terhadap tingkat serangan penyakit rebah semai (Sclerotium rolfsii Sacc.) dimana teknik tersebut merupakan paket pengendalian secara terpadu. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Jurusan Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang dan di lokasi lahan persawahan Desa Landungsari, Kec. Dau, Kab. Malang pada bulan September - Desember 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi agens hayati, pupuk kandang, terbukti dapat meningkatkan ketahanan tanaman kedelai terhadap serangan penyakit rebah semai (Sclerotium rolfsii Sacc.). Pada intensitas serangan penyakit, perlakuan A1 (agens hayati + pupuk kandang + jarak tanam 20x20 cm) memiliki nilai intensitas serangan terendah yaitu hanya 0,66 %. Sedangkan pada perlakuan C2 (kontrol + jarak tanam 15x15 cm) memiliki nilai puncak intensitas serangan tertinggi yaitu 6,66 %. Selanjutnya, pada laju infeksi penyakit, perlakuan A2 (agens hayati + pupuk kandang + jarak tanam 15x15 cm) memiliki nilai puncak laju infeksi penyakit terendah yaitu hanya 11,73 %. Sedangkan pada perlakuan C2 (kontrol + jarak tanam 15x15 cm) memiliki nilai puncak laju infeksi penyakit tertinggi yaitu 20,23 %.