Daftar Isi:
  • Jagung (Zea mays. L.) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang cukup penting bagi kebutuhan manusia. Jenis jagung yang dibudidayakan di Indonesia bermacam-macam, salah satu jenis jagung yang perlu dikembangkan, diproduksi dan ditingkatkan di Indonesia adalah jagung ketan (Zea mays ceratina). Penanaman jagung ketan di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Beberapa wilayah yang melakukan penanaman jagung ketan ini diantaranya Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Terbatasnya wilayah penanaman jagung ketan ini salah satu penyebabnya adalah adanya permasalahan benih, sehingga untuk dapat mengembangkan produksi jagung ketan ini perlu dilakukan upaya dalam peningkatan produksi benih. Selama ini, upaya peningkatan produksi tanaman jagung dilakukan dengan meningkatkan dosis pupuk anorganik, tetapi hasil yang didapat masih rendah. Hal tersebut diduga penggunaan pupuk anorganik yang diberikan berlebihan itu tidak sepenuhnya dapat digunakan oleh tanaman. Selain itu, pemberian pupuk anorganik secara berlebihan dalam jangka panjang akan menaikkan keasaman tanah yang berdampak buruk terhadap mikroorganisme yang ada di dalam tanah (Yusnaini, 2009). Oleh karena itu, perlu diupayakan suatu teknologi yang ramah lingkungan untuk dapat mengefektifkan pemupukan serta memperbaiki tingkat kesuburan tanah melalui pemberian bokashi dan penggunaan mikroba-mikroba potensial seperti cendawan mikoriza arbuskular (CMA). Tujuan utama dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi cendawan mikoriza arbuskular (CMA) dan bokashi dalam meminimalisir pemberian pupuk anorganik pada produksi benih tanaman jagung ketan (Zea mays certaina). Adapun hipotesis yang diusulkan adalah : 1) Pemberian CMA dan atau bokashi dapat meningkatkan produksi benih tanaman jagung ketan, 2) Pemberian CMA dan atau bokashi dapat menurunkan penggunaan pupuk NPK anorganik Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian, desa Jatikerto, kecamatan Kromengan, kabupaten Malang. Waktu pelaksanaan penelitian ini mulai Bulan Mei 2012 sampai November 2012. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 10 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan P0 = pupuk anorganik 100%, P1 = Bokashi + pupuk anorganik 100%, P2 = Bokashi + pupuk anorganik 75%, P3 = Bokashi + pupuk anorganik 50%, P4 = CMA + pupuk anorganik 100%, P5 = CMA + pupuk anorganik 75%, P6 = CMA + pupuk anorganik 50%, P7 = CMA + Bokashi + pupuk anorganik 100%, P8 = CMA + Bokashi + pupuk anorganik 75%, P9 = CMA + Bokashi + pupuk anorganik 50%. Pengamatan tanaman jagung dilakukan secara destruktif dan non destruktif. Pengamatan non destruktif dilakukan setiap 2 minggu sekali. Pengamatan non destruktif meliputi : tinggi tanaman dan jumlah daun. Pengamatan destruktif dilakukan 2 minggu sekali hingga panen dengan cara mengambil 4 tanaman pada masing masing plot perlakuan tiap ulangan. Pengamatan destruktif meliputi : luas daun, bobot kering total tanaman, bobot kering tongkol, bobot pipilan kering tiap tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, tongkol penuh, bobot 100 biji kering, besar infeksi mikoriza pada akar. Parameter pengamatan meliputi : analisis tanah, analisis bokashi dan analisis untuk besar infeksi mikoriza pada akar. Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5%. Hasil penelitian menunjukkan aplikasi pupuk bokashi dan atau CMA secara umum memberikan pertumbuhan dan hasil produksi benih jagung ketan yang lebih baik dibandingan tanpa ada penambahan bokashi dan atau CMA. Pemberian bokashi + CMA + pupuk anorganik 75%, bokashi + CMA + pupuk anorganik 100%, bokashi + CMA + pupuk anorganik 50%, CMA + pupuk anorganik 75% dan CMA + pupuk anorganik 100%, mampu menghasilkan hasil biji ton ha-1 masing-masing sebesar 4.59 ton ha-1, 4.46 ton ha-1, 4.41 ton ha-1, 4.11 ton ha-1, 4.06 ton ha-1, sehingga terdapat peningkatan masing-masing sebesar 56.66%, 52.22%, 50.51%, 40.27%, dan 38.57% dibandingkan dengan hasil biji ton ha-1 pada tanaman yang hanya dipupuk dengan pupuk anorganik 100%, yakni sebesar 2.93 ton ha-1. Penambahan bokashi dan atau CMA dapat meminimalisir pemberian pupuk anorganik pada perlakuan bokashi + pupuk anorganik 100% (P1), bokashi + pupuk anorganik 75% (P2), bokashi + pupuk anorganik 50% (P3), CMA + pupuk anorganik 100% (P4), CMA + pupuk anorganik 75% (P5), CMA + pupuk anorganik 50% (P6), CMA + bokashi + pupuk anorganik 100% (P7), CMA + bokashi + pupuk anorganik 75% (P8), CMA + bokashi + pupuk anorganik 50% (P9) masing-masing sebesar 32.76%, 48.55%, 53,75%, 38.57%, 55.20%, 65.36%, 52.22%, 67.50%, dan 75.26%.