Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Tembakau (Kasus di Desa Sraturejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro)
Daftar Isi:
- Beberapa tahun belakangan ini, perubahan iklim yang diakibatkan pemanasan global sedang hangat dibicarakan. Pemanasan global adalah proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan dataran bumi yang disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktifitas yang dilakukan oleh manusia. Sumber gas-gas rumah kaca antara lain pembakaran hutan, penggunaan air conditioner (AC), kendaraan bermotor dan limbah pabrik. Seperti yang sedang dirasakan saat ini, suhu di permukaan bumi terus meningkat setiap tahunnya. Belum lagi pembagian waktu musim di Indonesia sulit untuk diprediksi. Musim kemarau dan musim penghujan sudah tidak jelas lagi batas waktunya. Dengan kondisi demikian, akan menyebabkan sistem pertanian menjadi terganggu terutama pada saat menentukan kalender tanam. Perubahan iklim ini cukup mengawatirkan, terutama bagi para petani khususnya petani tembakau. Hal ini karena perubahan iklim berdampak pada produksi dan kualitas daun tembakau yang dihasilkan. Tanaman tembakau memang dikenal sebagai tanaman yang sangat peka terhadap curah hujan. Jika produksi tembakau menurun akibat perubahan iklim, maka secara otomatis pendapatan petani juga akan mengalami penurunan. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat petani. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pengetahuan petani terhadap perubahan iklim, (2) mengetahui sikap dan strategi petani dalam menghadapi berubahan iklim, dan (3) mengetahui pengaruh curah hujan terhadap produksi dan pendapatan petani tembakau. Dalam penelitian ini, dampak perubahan iklim dibatasi oleh unsur iklim curah hujan. Penelitian dilakukan di Desa Sraturejo, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro, yaitu di Dusun Sratu dan Dusun Caduk. Penentuan responden dengan mengambil 10% dari populasi jika lebih dari 100. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yang diambil adalah penggunaan faktor-faktor produksi dan biaya atas faktor-faktor produksi pada musim tanam tahun 2010, 2011 dan 2012. Sedangkan data sekunder adalah curah hujan di Kecamatan Baureno tahun 2010, 2011 dan 2012. Data yang digali adalah data pada tahun 2010, 2011 dan 2012 dimana pada tahun tersebut telah terjadi perubahan iklim. Alat analisis yang digunakan adalah analisis fungsi produksi dan keuntungan Cobb-Douglas. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) sebagian besar petani tembakau merasakan adanya perubahan iklim, (2) informasi tentang perubahan iklim yang banyak didapatkan dari televisi, (3) unsur iklim yang dirasakan paling berubah adalah curah hujan, dan (4) sebagian besar petani tembakau mengetahui dampak perubahan iklim terhadap serangan OPT dan perubahan morfologi tanaman tembakau. Srategi petani dalam menghadapi perubahan iklim antara lain menggeser musim tanam tembakau, mengganti tanaman tembakau dengan tanaman lain, tetap merawat tanaman tembakau dan membuat daun menjadi krosok (daun kering). Rata-rata biaya total usahatani tembakau per hektar pada musim tanam tahun 2012 sebesar Rp.10.804.917,91, pada tahun 2011 sebesar Rp.10.537.093,20 dan pada tahun 2010 sebesar Rp.10.329.201,20. Rata-rata produksi tembakau kering per hektar di Desa Sraturejo pada musim tanam tahun 2012 adalah 1.301,16 kg, tahun 2011 adalah 2.608,04 kg, dan tahun 2010 adalah 373,43 kg. Rata-rata penerimaan usahatani tembakau per hektar di Desa Sraturejo pada musim tanam tahun 2012 sebesar Rp.19.527.400,00, tahun 2011 sebesar Rp.65.201.000,00, dan tahun 2010 sebesar Rp.614.010,00. Rata-rata pendapatan usahatani tembakau per hektar di Desa Sraturejo pada musim tanam tahun 2012 sebesar Rp.8.722.482,09, tahun 2011 sebesar Rp.54.663.906,80, dan tahun 2010 sebesar Rp.-7.715.191,20. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tembakau adalah bibit, pupuk ZA, pupuk NPK, pestisida dan curah hujan karena penggunaan faktor produksi masih belum optimal sehingga setiap penambahan faktor produksi masih bisa meningkatkan produksi tembakau. Sedangkan pupuk TSP, NPK dan tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi tembakau karena penggunaan faktor produksi sudah optimal sehingga setiap penambahan faktor produksi sudah tidak bisa meningkatkan produksi tembakau. Pengaruh curah hujan terhadap produksi tembakau adalah setiap peningkatan 1 mm curah hujan akan mengurangi produksi tembakau kering sebesar 0,585 kg. Dengan demikian, perubahan iklim yang dalam penelitian ini dibatasi oleh curah hujan, berpengaruh terhadap produksi daun kering tembakau. Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usahatani tembakau adalah curah hujan karena curah hujan mempengaruhi produksi tembakau baik kualitas dan kuantitas. Sedangkan biaya bibit, biaya pupuk ZA, biaya pupuk NPK, biaya pupuk TSP, biaya pupuk ZK, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan usahatani tembakau karena biaya faktor produksi tiap tahunnya tidak terlalu jauh berbeda sehingga tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani tembakau. Pengaruh curah hujan terhadap pendapatan petani adalah kenaikan curah hujan 1 mm maka akan mengurangi Rp.14,960 pendapatan usahatani tembakau. Dengan demikian, perubahan iklim yang dalam penelitian ini dibatasi oleh curah hujan, berpengaruh terhadap pendapatan usahatani tembakau.