Analisis Faktor – Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Petani Jeruk Pamelo (Citrus maxima) Dalam Memasarkan Hasil Usahataninya dengan Sistem Ijon. (Studi kasus di Desa Duwet, Kecamatan Bendo, Ka
Main Author: | Larasati, Ayu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Lainnya |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2013
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/129278/1/SKRIPSI.PDF http://repository.ub.ac.id/129278/ |
Daftar Isi:
- Hortikultura merupakan salah satu dari keragaman pertanian Indonesia yang memiliki potensi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat Indonesia. Produk pertanian hortikultura khususnya buah – buahan merupakan suatu komoditas yang potensial untuk dikembangkan di seluruh daerah Indonesia. Jeruk Pamelo (Citrus maxima) merupakan komoditi buah – buahan yang berpeluang besar untuk dikembangkan. Daging buah jeruk Pamelo mengandung gizi lengkap yang sangat baik untuk meningkatkan kesehatan tubuh seperti vitamin, asam folat, dan kandungan gizi lainnya. Daerah sentra produksi jeruk Pamelo adalah Kabupaten Magetan tepatnya di 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Bendo, Takeran, Sukomoro dan Kawedanan. Kecamatan Bendo merupakan daerah terluas penghasil jeruk besar dan Desa Duwet yang memiliki lahan pertanian jeruk besar terluas dibandingkan desa – desa lainnya di kecamatan ini. Sumber pendapatan utama warga berasal dari budi daya Jeruk Pamelo. Selain ekspor, daerah pemasaran jeruk Pamelo di pasar lokal yaitu di beberapa kota besar seperti Surabaya, Semarang, Solo, Yogyakarta, Bali, Bandung, dan Jakarta. Walaupun menjadi sumber pendapatan yang utama, di Desa Duwet masih ditemukan praktek jual beli dengan sistem ijon dan masih banyak petani yang melakukan budidaya secara konvensional dengan pengendalian hama terpadu yang kurang intensif dilakukan oleh petani. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan petani jeruk yang memasarkan hasil usahataninya dengan sistem ijon dan sistem langsung dan mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani jeruk besar memasarkan hasil usahataninya dengan sistem ijon. Penelitian ini dilakukan di Desa Duwet, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Responden dalam penelitian ini terdiri dari petani jeruk Pamelo yang melakukan pemasaran sistem ijon dengan jumlah 27 orang dan petani yang melakukan pemasaran sistem langsung dengan jumlah 41 orang. Pengumpulan data dilakukan selama satu bulan (Maret 2013) dan data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum usahatani akan dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan usahatani, uji beda rata – rata dan regresi model logit. Berdasarkan analisis pendapatan usahatani diperoleh bahwa pendapatan petani yang melakukan pemasaran sistem langsung lebih tinggi dibandingkan petani yang melakukan pemasaran sistem ijon. Pendapatan usahatani jeruk Pamelo yang diperoleh dari petani yang melakukan pemasaran sistem ijon adalah sebesar Rp. 60.487.256,-/ha dan untuk pendapatan petani jeruk Pamelo yang melakukan pemasaran sistem langsung adalah sebesar Rp. 86.417.283,-/ha. Berdasarkan hasil analisis uji beda rata – rata diketahui bahwa nilai thitung > ttabel (38,752 > 1,997) yang berarti ada perbedaan antara rata-rata pendapatan petani jeruk Pamelo yang melakukan pemasaran sistem ijon dengan rata – rata pendapatan petani jeruk Pamelo yang melakukan pemasaran sistem langsung. Nilai Thitung positif berarti rata – rata pendapatan petani jeruk Pamelo yang melakukan pemasaran sistem langsung lebih tinggi dari rata – rata pendapatan petani jeruk Pamelo yang melakukan pemasaran sistem ijon. Berdasarkan analisis logit yang dilakukan, tingkat pendidikan (X2), jumlah anggota keluarga (X3) dan pendapatan usahatani (X4) berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap keputusan petani memilih sistem ijon dalam memasarkan hasil usahataninya. Walaupun pendapatan usahatani berpengaruh secara signifikan, nilai koefisien regresi logistiknya adalah 0,000. Karena nilai koefisien sangat rendah dan hampir mendekati 0 (nol) sehingga kemungkinan petani melakukan pemasaran sistem ijon sangat kecil dipengaruhi oleh tingkat pendapatan usahatani. Sedangkan faktor umur petani (X1), jumlah pohon yang dimiliki (X5) dan keikutsertaan petani dalam LKM (X6) tidak berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap keputusan petani memilih sistem ijon. Faktor umur petani memiliki kemungkinan untuk melakukan pemasaran sistem ijon 1,051 kali lebih besar dari kemungkinan sebelumnya. Faktor tingkat pendidikan petani memiliki kemungkinan untuk melakukan pemasaran sistem ijon 0,509 kali lebih kecil dari kemungkinan sebelumnya. Faktor jumlah anggota keluarga memiliki kemungkinan untuk melakukan pemasaran sistem ijon 18,595 kali lebih besar dari kemungkinan sebelumnya. Faktor pendapatan usahatani memiliki kemungkinan untuk melakukan pemasaran sistem ijon 1,000 kali lebih besar dari kemungkinan sebelumnya. Faktor jumlah pohon yang dimiliki memiliki kemungkinan untuk melakukan pemasaran sistem ijon 0,991 kali lebih besar dari kemungkinan sebelumnya. Faktor keikutsertaan dalam LKM memiliki kemungkinan untuk melakukan pemasaran sistem ijon 0,176 kali lebih kecil dari kemungkinan sebelumnya. Nilai Nagelkerke R Square adalah sebesar 0,756. Hal ini berarti perubahan variabel – variabel bebas yang dimasukkan dalam model dapat menjelaskan perubahan variabel tidak bebas sebesar 75,6 persen dan sebesar 24,4 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model.