Daftar Isi:
  • Padi merupakan komoditi pangan utama yang memiliki peran strategis bagi pertumbuhan dan pembangunan bangsa Indonesia (Bustanamanum, 2011). Kebutuhan beras dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, maka perlu adanya perbaikan dalam sistem budidaya padi, yang diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah budidaya padi (Djoyowasisto, 2007). Konkritnya, yang dibutuhkan dalam budidaya padi saat ini adalah sistem tanam padi sawah yang mengacu pada lingkungan tumbuh yang optimal dan berkelanjutan, dengan penggunaan air, pupuk dan bibit yang efisien, penghematan masa tanam, penambahan bahan organik serta sistem tanam yang mampu mengatasi pertumbuhan gulma. Dengan tujuan memenuhi kebutuhan diatas, maka munculah modifikasi-modifikasi dalam sistem pertanian. Sistem tanam benih langsung atau tabela (Dewiyana, 2004), tanam benih langsung dengan teknologi pita tanam organik serta system of rice intensification atau SRI merupakan komponen paket teknologi produksi padi yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dan efisiensi usaha tani, dengan potensi dan kelebihannya masing-masing. Tanam benih langsung, menurut Anonimous, 2010, merupakan program penghematan, baik penggunaan lahan serta masa tanam, sementara penggunaan pita tanam organic, menurut Djoyowasisto, 2007, merupakan cara untuk mempersingkat umur tanaman serta menambah bahan organik tanah, serta SRI yang merupakan cara tanam yang berorientasi pada pertanian organik. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi dari masing-masing sistem tanam, dimana nantinya, kita dapat mengetahui, mana sistem yang paling memenuhi kebutuhan untuk budidaya padi agar lebih sehat dan menghasilkan produk yang berkualitas. Penelitian telah dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai April 2012, di lahan sawah desa Sumbersekar, Dau, Kabupaten Malang. Alat dan bahan yang digunakan ialah : nampan, bajak, cangkul, sabit, serta LAM (Leaf Area meter), meteran. benih padi varietas Cibogo, pita tanam organik, pupuk organik, dedak, urea dan SP-36. Rancangan yang digunakan adalah rancangan tersarang (nested design) biasa yang terdiri dari faktor : cara penanaman (C) dengan 4 perlakuan serta 3 kali ulangan bagi masing-masing perlakuan. Penelitian diawali dengan pengolahan tanah, lalu pembuatan pita organik, yang dilakukan bersamaaan dengan persemaian (untuk SRI dan konvensional), kemudian dilakukan penanaman bersamaan di lahan sawah. Pengamatan terdiri atas 3 macam, yaitu pengamatan destruktif, non destruktif dan pengamatan panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa padi yang ditanam dengan cara tanam menggunakan pita tanam organik hasilnya tidak berbeda nyata dibanding cara tanam dengan menggunakan sistem SRI, tabela biasa maupun konvensional. Namun nilai rata-rata yang lebih tinggi ditujukan oleh padi yang ditanam dengan cara tanam menggunakan pita tanam organik, baik untuk komponen pertumbuhan yang meliputi jumlah anakan yang lebih banyak, bobot kering yang lebih berat serta jumlah daun yang lebih banyak jika dibandingkan dengan padi yang ditanam menggunakan cara tanam benih langsung biasa, SRI ataupun cara tanam padi biasa (konvensional). Pada pengamatan panen, hasil analisis menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, namun hasil rata-rata menunjukkan bahwa padi yang ditanam menggunakan pita tanam organik menghasilkan bobot gabah kering giling, bobot 1000 butir dan bobot gabah isi yang lebih berat dibandingkan dengan padi yang ditanam dengan cara tabela biasa, SRI dan cara tanam konvensional. Sementara untuk beberapa komponen pertumbuhan seperti luas daun dan tinggi tanaman, menunjukkan nilai yang relatif sama baik untuk padi yang ditanam dengan menggunakan pita tanam organik, tabela biasa, SRI maupun konvensional.