Analisis Indikator dan Pemetaan Kerawanan Pangan di Kota Malang
Daftar Isi:
- Pangan adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar. Selain itu, pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja dan pengganti jaringan tubuh yang rusak. Setipa manusia membutuhkan pangan untuk kelangsungan hidupnya, khususnya masyarakat Kota Malang. Kota Malang adalah kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur setelah Ibukota Jawa Timur sendiri, Surabaya. Kota Malang juga disebut sebagai Kota Pendidikan. Namun, hal tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa ternyata masih besarnya angka pengangguran yang berada di Kota Malang. Sehingga menyebabkan terjadinya kerawanan pangan di Kota Malang. Langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah kota Malang untuk mengetahui kerawanan pangan yaitu melakukan pemantauan ketahanan pangan kota Malang di tingkat lingkup yang lebih kecil (desa atau kelurahan). Dari lingkup yang terkecil tersebut dapat diketahui bagaimana tingkat kerawanan pangan yang terjadi. Untuk mengetahui penyebab kerawanan pangan yang terjadi di Kota Malang harus dianalisis indikator yang sensitif terhadap keadaan yang ada di Kota Malang. Ada beberapa indikator yang diduga sebagai indikator yang mencerminkan keadaan rawan pangan di Kota Malang. Namun untuk mendapatkan indikator-indikator yang sensitif terhadap keadaan Kota Malang, maka perlu diseleksi terlebih dahulu menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Setelah itu akan ditemukan beberapa indikator yang tepat mencerminkan keadaaan kerawanan pangan di Kota Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis indikator kerawanan pangan dan memetakan tingkat kerawanan pangan di Kota Malang. Penelitian ini menganalisis 15 indikator yaitu rasio konsumsi normatif per kapita, rasio pangan normatif terhadap penyediaan pangan dari toko klontong atau pracangan, jumlah keluarga yang di bawah garis kemiskinan, persentase jalan tanah, persentase buruh, persentase penduduk tidak bekerja, rasio penduduk per jumlah penduduk dalam skala pelayanan tenaga kesehatan, rasio penduduk dan dalam jumlah normatif penduduk terlayani fasilitas posyandu, persentase balita gizi kurang, Angka Kematian Bayi (IMR), persentase penduduk tanpa akses ke air bersih, keberadaan prasarana kesehatan, persentase balita berat badan kurang, frekuansi banjir dan longsor (selama 3 tahun), dan lahan yang tidak beririgasi. Setelah dilakukan analisis terdapat 7 indikator yang dapat mengukur tingkat kerawanan pangan di Kota Malang yaitu rasio penduduk dalam skala tenaga kesehatan, persentase buruh, persentase berat badan kurang, persentase KK di bawah garis kemiskinan, persentase panjang jalan, persentase penduduk tanpa akses air bersih dan keberadaaan prasarana kesehatan.