Interaksi Genotipe x Lingkungan Galur-Galur Harapan Kedelai (Glycine max (L))
Daftar Isi:
- Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Setiap tahun kebutuhan akan kedelai terus bertambah, yang mana kebutuhan kedelai pada 2011 mencapai 2,2 juta ton, sementara produksi kedelai dalam negeri hanya mampu memenuhi ± 783.158 ton dari kebutuhan. Upaya pemerintah dalam memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri dengan melakukan impor kedelai. Diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi kedelai yakni dengan penggunaan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Upaya mendapatkan varietas unggul tersebut perlu dilakukan program pemuliaan, salah satu tahap program pemuliaan adalah uji multilokasi. Uji multilokasi dilakukan untuk mengetahui daya hasil suatu genotip di berbagai lokasi penanaman berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan hasil di lokasi berbeda dapat disebabkan oleh adanya interaksi genotip dan lingkungan. Informasi mengenai interaksi genotipe x lingkungan diperlukan dalam pengambilan kebijakan pengembangan varietas unggul spesifik wilayah. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) mengetahui adanya interaksi genotipe x lingkungan terhadap hasil galur-galur harapan kedelai (Glycine max (L)) dan 2) mendapatkan galur yang mempunyai potensi hasil tinggi untuk dikembangkan lebih lanjut. Hipotesis yang diajukan adalah 1) terdapat interaksi genotipe x lingkungan terhadap hasil galur-galur harapan kedelai (Glycine max (L)) dan 2) terdapat galur yang memiliki potensi hasil tinggi di lokasi pengujian. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni hingga Oktober 2012. Bertempat di dua lokasi yakni di desa Jatikerto Kromengan Malang dan desa Tanggulangin Kejayan Pasuruan. Bahan tanam yang digunakan adalah 15 genotipe kedelai terdiri dari enam genotipe dari Balitkabi, enam genotipe dari UB dan tiga varietas pembanding yakni varietas Anjasmoro, Grobogan dan Kaba. Percobaan dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan. Pada percobaan di setiap lokasi terdapat 12 galur kedelai ditambah dengan tiga varietas pembanding. Pengamatan per plot meliputi umur berbunga, warna hipokotil, warna bunga, warna polong, warna biji, warna hilum, bentuk daun, umur masak, hasil biji (kg), bobot 100 biji (g). Pengamatan pada tanaman contoh meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah cabang, jumlah buku subur, jumlah polong isi. Data pengamatan yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis ragam di masing-masing lokasi, dilanjutkan dengan analisis ragam gabungan di dua lokasi. Hasil penelitian menunjukkan interaksi genotip x lingkungan terdapat pada karakter tinggi tanaman, jumlah cabang, buku subur, polong isi, bobot 100 biji, umur masak, dan potensi hasil, kecuali pada umur berbunga. Galur Balitkabi 6 dan UB 2 berpotensi dikembangkan pada lokasi dengan ciri-ciri lingkungan tumbuh seperti Pasuruan, sedangkan galur Balitkabi 2, Balitkabi 3, Balitkabi 4 dan UB 5 berpotensi di kembangkan di lokasi dengan ciri-ciri lingkungan tumbuh seperti di Malang. Keunggulan galur uji tersebut dibandingkan varietas Kaba terdapat pada karakter bobot 100 biji, umur berbunga dan umur masak, sehingga galur uji dapat diusulkan untuk dilakukan pengujian lanjutan. Karakter kualitatif merupakan karakter yang paling penting sebagai penciri galur uji, sehingga galur uji tidak tercampur dan dapat dibedakan antara satu dengan yang lain.