Analisis Optimalisasi Alokasi Distribusi Beras (Kasus di Penggilingan Padi Desa Mulyoarjo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang)
Daftar Isi:
- Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan merupakan komoditas yang sangat strategis, sehingga jaminan ketersediaannya harus diusahakan agar senantiasa cukup sepanjang waktu. Indonesia memerlukan suatu transformasi ekonomi sehingga dapat meningkatkan daya saing dan kesejahteraan untuk seluruh rakyat Indonesia. Upaya tersebut antara lain adalah dengan penciptaan konektivitas antar wilayah di Indonesia melalui realisasi sistem yang terintegrasi antara logistik nasional, identifikasi simpul-simpul transportasi dan distribusi pusat untuk memfasilitasi kebutuhan logistik bagi komoditas utama seperti beras. Oleh karena itu diperlukan adanya pengaturan distribusi beras yang optimal dari produsen ke wilayah distribusi agar mampu mencukupi kebutuhan pangan beras secara efektif dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan optimalisasi distribusi beras ke berbagai wilayah distribusi sesuai dengan jumlah permintaan beras. Penggilingan padi di Desa Mulyoarjo memiliki kontribusi yang tinggi dalam pemasaran beras yang ada di wilayah Kecamatan Lawang dan memiliki kendala dalam hal pemenuhan permintaan pelanggan terhadap produk beras yang dihasilkan. Kendala tersebut antara lain adanya permintaan beras dari para pedagang beras kepada penggilingan padi dengan jumlah yang hampir sama setiap periodenya sedangkan supply beras tidak selalu sama jumlahnya serta tidak adanya pertimbangan biaya distribusi yang menyebakan ketidakefisienan proses pendistribusian beras. Dari adanya fenomena tersebut maka penting bagi penggilingan padi sebagai produsen sekaligus pemasok untuk memenuhi permintaan beras dari para pedagang beras yang merupakan pelanggan dari produk beras untuk membuat perencanaan kontinuitas pasokan beras secara tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kuantitas alokasi distribusi optimal dan minimisasi biaya distribusi dari masing–masing penggilingan padi yang ada di Desa Mulyoarjo serta mengevaluasi total volume dan biaya distribusi riil setelah dilakukan optimalisasi distribusi. Metode analisis optimalisasi alokasi distribusi produk beras adalah untuk memecahkan persoalan yang berhubungan dengan perencanaan alokasi distribusi optimal produk beras agar didapatkan biaya distribusi yang minimum dengan menggunakan program linear programming yaitu dengan metode transportasi. Metode ini digunakan dengan membuat model alur distribusi produk beras dari sumber produksi yaitu penggilingan beras ke-i ke berbagai tujuan agar mampu untuk memenuhi permintaan akan produk beras pada pelanggan ke-j sehingga dapat mencapai tujuan yaitu dengan meminimalkan biaya pendistribusian produk beras. Fungsi tujuan dari penelitian ini adalah untuk meminimumkan biaya distribusi beras. Kendala dalam penelitian ini antara lain adalah (1) kuantitas alokasi distribusi produk beras dari penggilingan padi ke-i lebih kecil daripada supply, (2) kuantitas alokasi distribusi produk beras dari penggilingan padi ke-i harus lebih besar dari jumlah permintaan pelanggan ke-j, (3) agar matriks transportasi dapat dibuat, harus ada keseimbangan jumlah permintaan pelanggan ke-j dengan jumlah alokasi distribusi produk beras, dan (4) nilai jumlah alokasi distribusi produk beras tidak boleh bernilai negatif. Hasil dari penelitian ini antara lain adalah : 1. Berdasarkan alokasi kuantitas dan biaya distribusi beras optimal a. Penggilingan 1 mendistribusikan keseluruhan produk beras yang diproduksi untuk memenuhi permintaan beras yang ada di Pasar Lawang. Hal ini dapat diketahui dengan kuantitas beras yang dikirim sebanyak 169.000 kilogram dengan biaya distribusi sebesar Rp. 8.788.000,-.. b. Penggilingan padi 2 memenuhi permintaan dari Pasar Lawang sebanyak 95.000 kilogram beras dengan biaya distribusi Rp. 5.225.000,- serta ke wilayah Lawang sebesar 16.000 kilogram dengan biaya distribusi Rp. 1.088.000,- sehingga total alokasi distribusinya adalah 111.000 kilogram dengan biaya distribusi total Rp. 6.313.000,-. c. Penggilingan padi 3 memenuhi permintaan beras dari wilayah Lawang sebesar 62.000 kilogram dengan biaya distribusi Rp. 3.720.000,-, ke wilayah Batu untuk memenuhi semua permintaan dari wilayah tersebut sebesar 48.000 kilogram dengan biaya distribusi Rp. 3.600.000,-, dan sisanya didistribusikan ke wilayah Malang sebesar 21.000 kilogram dengan biaya distribusi Rp. 1.680.000,- sehingga total alokasi distribusi beras sebesar 131.000 kilogram sehingga total biaya distribusi beras sebesar Rp. 9.000.000,-.. d. Permintaan yang tidak mampu untuk dipenuhi dari ketiga penggilingan padi akan masuk ke dalam dummy sebagai cadangan dari permintaan beras yang alokasinya dapat dipenuhi apabila terjadi kelebihan supply. Dummy tersebut berasal dari Pasuruan sebesar 72.000 kilogram dan Malang sebesar 53.000 kilogram sehingga total dari kuantitas dummy sebesar 125.000 kilogram dengan biaya distribusi sebesar Rp. 0,-. 2. Berdasarkan evaluasi alokasi kuantitas dan biaya distribusi beras optimal a. Pada penggilingan padi 1, alokasi distribusi beras pada kondisi riil adalah sebesar 163.000 kilogram sedangkan pada kondisi optimal mengalokasikan beras untuk didistribusikan sebesar 169.000 kilogram sehingga pada kondisi optimal penggilingan ini mengalokasikan beras 6.000 kilogram lebih banyak dari kondisi riil. Biaya distribusi total yang dikeluarkan untuk mengirim beras pada kondisi riil adalah sebesar Rp. 15.654.000,- sedangkan biaya distribusi optimalnya adalah sebesar Rp. 8.788.000,- sehingga penggilingan padi ini mampu untuk meminimumkan biaya distribusi sebesar Rp. 6.866.000,-. b. Pada penggilingan padi 2, alokasi distribusi beras pada kondisi riil adalah sebesar 109.000 kilogram sedangkan pada kondisi optimal mengalokasikan beras untuk didistribusikan sebesar 111.000 kilogram sehingga pada kondisi optimal penggilingan ini mengalokasikan beras 2.000 kilogram lebih banyak dari kondisi riil. Biaya distribusi total yang dikeluarkan untuk mengirim beras pada kondisi riil adalah sebesar Rp. 7.656.000,- sedangkan biaya distribusi optimalnya adalah sebesar Rp. 6.313.000,- sehingga penggilingan padi ini mampu untuk meminimumkan biaya distribusi sebesar Rp. 1.343.000,-. c. Pada penggilingan padi 3, alokasi distribusi beras pada kondisi riil adalah sebesar 125.000 kilogram sedangkan pada kondisi optimal mengalokasikan beras untuk didistribusikan sebesar 131.000 kilogram sehingga pada kondisi optimal penggilingan ini mengalokasikan beras 6.000 kilogram lebih banyak dari kondisi riil. Biaya distribusi total yang dikeluarkan untuk mengirim beras pada kondisi riil adalah sebesar Rp. 6.900.000,- sedangkan biaya distribusi optimalnya adalah sebesar Rp. 9.000.000,- sehingga penggilingan padi ini mendapatkan tambahan biaya distribusi sebesar Rp. 2.100.000,-. Kesimpulan penelitian ini antara lain adalah : 1. Total alokasi distribusi dari ketiga penggilingan padi setelah dilakukan optimalisasi adalah alokasi distribusi produk beras pada kondisi optimal mampu memenuhi seluruh permintaan (S=D) sedangkan pada kondisi riil hanya mampu memenuhi permintaan beras sebanyak 397.000 kilogram dari total supply beras sebanyak 411.000 kilogram dibandingkan total 536.000 kilogram permintaan beras. Hal ini menunjukkan pada kondisi riil belum mampu untuk memenuhi permintaan beras, atau terdapat kekurangan supply beras sebesar 125.000 kilogram (S<D) yang merupakan cadangan permintaan beras yang pemenuhannya dapat menyesuaikan dari ketersediaan supply penggilingan padi untuk mencapai kondisi optimal (S=D). 2. Total biaya distribusi dalam satu tahun pada ketiga penggilingan padi yang ada di Desa Mulyoarjo adalah sebesar Rp. 30.210.000,- sedangkan biaya pengiriman pada kondisi optimal dengan menggunakan alokasi kuantitas distribusi optimal mampu untuk meminimumkan biaya distribusi yang dikeluarkan, yaitu sebesar Rp. 24.101.000,-. Hal ini