Analisis Kesetaraan Gender Pada Program Participatory Integrated Development in Rainfed Areas (PIDRA) Dalam Pengembangan Masyarakat Desa (Studi kasus di Desa Sukorame Kecamatan Binangun Kabupaten Blit
Daftar Isi:
- Banyak proyek/program pemerintah yang sudah dilakukan untuk mendorong pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan dengan cara pemberian bantuan fisik kepada masyarakat, baik berupa sarana irigasi, bantuan saprotan, mesin pompa, pembangunan sarana air bersih dan sebagainya. Kenyataannya, ketika proyek berakhir maka keluaran proyek tersebut sudah tidak berfungsi atau bahkan hilang. Beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan proyek tersebut antara lain, ketidaktepatan antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang diberikan, paket proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan yang mendukung, tidak ada kegiatan monitoring yang terencana, dan tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan proyek. Belajar dari berbagai kegagalan tersebut, generasi selanjutnya proyek-proyek mulai dilengkapi dengan aspek lain seperti: 1) pelatihan untuk ketrampilan; 2) pembentukan kelembagaan di tingkat masyarakat; 3) keberadaan petugas lapang, dan; 4) melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Salah satu program berbasis pemberdayaan yang telah dikeluarkan pemerintah dalam mengatasi permasalahan kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat adalah Program PIDRA, dengan adanya program PIDRA diharapkan kemiskinan dan ketidakberdayaan masyarakat dapat sedikit demi sedikit terkikis. Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dan keluarganya, meningkatkan kegiatan konservasi dan pelestarian sumber daya alam serta lingkungan, terwujudnya sistem pertanian yang berkelanjutan dan usahatani kelompok dan partisipasi untuk mewujudkan ketahanan pangan di pedesaan dengan melibatkan seluruh lapisan anggota penerima program, baik pria maupun wanita. Kesetaraan gender pada Kelompok Mandiri dianalisis dengan cara dibandingkan satu sama lain antar individu dengan konteks jenis kelamin (comparative analysis). Sedangkan kemandirian kelompok dianalisis dengan cara mengidentifikasi apa saja kegiatan yang dilakukan, siapa saja yang melaksanakan, dan bagaimana peran serta masing-masing individu dalam setiap kegiatan tersebut, dalam hal ini pembanding nilai juga berdasarkan konteks jenis kelamin (comparative analysis). Analisa pada penelitian ini dilakukan melalui 3 alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan antara lain, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses pengolahan dan analisis data meliputi tahap-tahap penyuntingan data record, transkribing data record, coding data dan analisis data transkribing, setelah itu melakukan pengolahan data yang terfokus pada aspek kemandirian anggota kelompok dalam melakukan aktivitas/peran, akses, dan kontrol pria dan wanita dalam melakukan aktivitas di kelompok, dan tingkat kesetaraan gender yang terbentuk akibat program PIDRA. Hasil penelitian antara lain, pertama, aktivitas pemberdayaan pembentuk kemandirian kelompok dilakukan secara rutin per bulan melalui 3 aspek aktivitas utama, yakni aktivitas organisasi kelompok, aktivitas pengelolaan ekonomi kelompok, dan aktivitas pengelolaan sumberdaya dan teknologi. Dan pada kegiatan organisasi kelompok, baik Kelompok Mandiri Pria maupun Kelompok mandiri Wanita sama-sama memiliki nilai kemandirian beraktivitas tertinggi. Kedua, rata-rata nilai kemandirian beraktivitas pada Kelompok Mandiri Wanita hampir selalu lebih tinggi dibandingkan dengan Kelompok Mandiri Pria, kecuali pada aspek pengelolaan sumberdaya dan teknologi. Kondisi ini mengakibatkan ketimpangan peran dan pergeseran pandangan mengenai kaum wanita di wilayah desa tersebut. Ketiga, pelaksanaan program PIDRA rata-rata cukup berhasil membentuk kemandirian Kelompok Mandiri Wanita yang sesuai dengan tujuan utama program dimana program telah memberikan kesempatan kepada anggota Kelompok Mandiri Wanita untuk berperan langsung dan memiliki kontrol dalam usaha pemberdayaan mereka secara dinamis dan demokratis, serta berkelanjutan pada beberapa aspek kegiatan hingga pasca masa program berlangsung. Keempat, kesetaraan aspek gender antara Kelompok Mandiri Pria dan Kelompok Mandiri Wanita hanya tercapai pada aspek akses, sedangkan pada aspek peran dan kontrol belum tercipta kesetaraan gender. Kelima, pelaksanaan program PIDRA di Desa Sukorame Kecamatan Binangun Kabupaten Blitar telah responsif terhadap perkembangan peran, akses, serta kontrol masyarakat pedesaan berspektif gender dan dapat dinyatakan telah berhasil membangun masyarakat pedesaan berbasis gender.