Daftar Isi:
  • Rata-rata produksi tomat di Indonesia mencapai 891,616 ton per tahun dengan rata-rata produktivitas 14,51 ton.ha-1 (Deptan, 2010). Nilai ini masih jauh di bawah rata-rata produktivitas tomat di negara maju seperti Amerika Serikat yang dapat mencapai 39 ton/ha. Hal ini antara lain disebabkan oleh adanya gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menggagalkan panen tomat. OPT tanaman tomat yang paling mempengaruhi hasil ialah ulat buah (Helicoverpa armigera). Kerusakan akibat hama utama Helicoverpa armigera pada tanaman tomat mencapai 56,1 %. Petani secara konvensional masih menggunakan pestisida kimia yang meninggalkan residu. Jalan keluar untuk mengurangi residu pestisida ialah dengan menggunakan sistem pertanian organik. Salah satu konsep pertanian organik yang sekarang sedang dikembangkan yaitu companion planting. Companion planting ialah menanam berbagai tanaman dalam satu petak lahan yang saling membantu dalam pengambilan unsur hara, pengendalian hama, penyerbukan, dan faktor-faktor lain yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman companion (tanaman sela) hama H. Armigera antara lain tagetes, jagung dan bawang daun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil tanaman tomat yang ditanam bersama tanaman sela (Companion planting) jagung manis, tagetes dan bawang daun dan mengetahui tanaman sela yang paling baik digunakan sebagai pengendali ulat buah (Helicoverpa armigera Hubb.). Hipotesis penelitian ini ialah penanaman tanaman tomat dengan tanaman sela jagung manis sistem U lebih besar hasil produksi daripada penanaman dengan tanaman companion bawang daun dan tagetes. Intensitas serangan Helicoverpa armigera pada penanaman tanaman tomat dengan tanaman sela jagung manis sistem U lebih kecil daripada penanaman dengan tanaman sela tagetes dan bawang daun. Penelitian ini dilakukan di Desa Mojorejo kota Batu dengan ketinggian 750 m dpl. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai November 2010. Percobaan ini dilaksanakan dengan menggunakan RAK dengan 7 perlakuan mendapat ulangan 3 kali. Adapun perlakuan sebagai berikut : A = tomat tanpa tanaman companion; B = tomat dengan jagung manis sistem U; C = tomat dengan jagung manis sistem segitiga; D = tomat dengan tagetes sistem U; E = tomat dengan tagetes sistem segitiga; F = tomat dengan bawang daun sistem U; G = tomat dengan bawang daun sistem segitiga. Pengamatan non destruktif mulai dilakukan pada saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam (hst) sampai berumur 56 hst. Pengamatan non destruktif meliputi : Jumlah anak daun (helai) per tanaman, tinggi tanaman (cm), jumlah bunga per tanaman, jumlah buah yang terbentuk per tanaman, dan fruit set. Adapun peubah pengamatan panen meliputi: Bobot segar per buah (g), bobot buah segar per tanaman (g), jumlah buah yang dipanen per tanaman (butir), dan luas daun (cm2). Pengamatan hama meliputi iii intensitas kerusakan. Pengamatan lingkungan bertujuan sebagai data penunjang untuk mengetahui kondisi lingkungan selama penelitian yang meliputi intersepsi cahaya menggunakan quantum meter yang dilakukan pada pukul 12.00 wib pada umur 28 hst, 42 hst dan 56 hst serta data klimatologi dari Badan Meteorologi dan Geofisika Karangploso. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (uji F hitung) pada taraf 5% untuk mengetahui adanya pengaruh setiap perlakuan. Apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penanaman tanaman sela jagung manis, tagetes dan bawang daun yang ditanam dengan sistem U dan segitiga secara umum tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat tetapi dapat mempengaruhi hasil panen. Jumlah buah yang dipanen yang dihasilkan oleh tanaman tomat yang dinanam dengan jagung manis sistem segitiga dengan tanaman jagung manis yaitu 7,569 per tanaman dan berbeda nyata dengan jumlah buah yang ditunjukkan oleh tanaman tomat yang ditanam dengan tagetes sistem U dan segitiga dan tanaman tomat yang ditanam dengan jagung manis sistem U masing-masing 5,952; 5,805 dan 5,782 per tanaman. Dengan jumlah buah yang dipanen lebih banyak dari jumlah buah yang dipanen dari perlakuan lainnya, tanaman tomat dengan tanaman sela jagung manis sistem segitiga mampu menghasilkan hasil panen per hektar sebesar 34,50 ton.ha-1 (Tabel 5). Penanaman tanaman tomat dengan jagung manis dengan sistem U terbukti mengurangi serangan 14,64% dari pada penanaman tomat secara monokultur dan tidak berbeda nyata dengan penanaman tomat dengan tagetes dengan sistem U maupun segitiga. Namun, penanaman jagung manis sistem segitiga dapat meningkatkan serangan hama tersebut yang mencapai 53,67%. Karena serangga yang dewasa mempunyai kebiasaan meletakkan telur pada malam hari yang diletakkan pada jambul dari tongkol tanaman jagung (Sudjak dan Saenong, 2004) dan juga suka meletakkan telur terutama yang letaknya dekat tandan bunga dan buah (Saour dan Cause, 1993 in Daha, 1997), memungkinkan tingginya serangan hama tersebut pada penanaman tomat dengan tanaman jagung manis sistem segitiga.