Laju Dekomposisi Berbagai Biomassa Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Pada Tanah Lom Berklei Dan Lom Berpasir

Main Author: Subandriya, Maharani
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129127/1/SKRIPSI_MAHARANI_SUBANDRIYA_2012.pdf
http://repository.ub.ac.id/129127/2/JURNAL_MAHARANI_S_0810480183.pdf
http://repository.ub.ac.id/129127/
Daftar Isi:
  • Salah satu upaya untuk mempertahankan produktivitas tanah perkebunan kelapa sawit adalah dengan jalan mengembalikan residu produksi ke tanah, berupa pangkasan biomasa daun dan pelepah, serta janjang kosong. Kecepatan pelapukan dari bahan organik tersebut bervariasi tergantung dari karakteristik kimianya, yaitu nisbah C/N bahan organik, kadar lignin, dan polifenolnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari laju dekomposisi berbagai kombinasi biomasa kelapa sawit pada berbagai zona dalam perkebunan kelapa sawit pada tanah lom berklei dan lom berpasir. Percobaan ini dilakukan di lapangan pada bulan Desember 2011 hingga Juni 2012 pada perkebunan kelapa sawit PT. Astra Agro Lestari TBK, Kumai, Pangkalanbun, Kalteng. Ada 2 perlakuan yang diuji yaitu perbedaan jenis biomasa kelapa sawit dan perbedaan zona peletakan biomasa, yang diuji pada tanah loam berklei dan lom berpasir. Kombinasi perlakuan diatur menurut Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 5x ulangan. Perlakuan 1, jenis biomasa kelapa sawit: (1) Batang sawit sebagai kontrol (B); (2) Daun kelapa sawit (D); (3) Janjang Kosong (J); (4) Campuran daun dan pelepah (D+P); (5) Campuran D+P+J. Kantong seresah ditempatkan di dua zona: (1) Piringan (zona sekeliling pokok yang merupakan tempat yang selalu disiangi yang merupakan tempat pemberian pupuk yang rendah kandungan bahan organik tanahnya), (2) Gawangan mati (zona antar baris pohon yang merupakan tempat penumpukan pangkasan daun yang kaya bahan organik tanah). Studi laju dekomposisi dilakukan dengan mengukur biomasa tersisa atau berat masa yang hilang per satuan waktu yang dilakukan pada minggu ke 1, 3, 5, 7 dan 9 setelah penempatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hanya perlakuan perbedaan jenis biomasa sawit yang berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap kehilangan biomasa sawit, sedang perbedaan tekstur tanah dan zonasi tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kehilangan biomasa. Kehilangan biomasa dari perlakuan kontrol (batang sawit) terjadi paling besar pada semua waktu pengamatan. Namun demikian hingga akhir percobaan (minggu ke 9) belum ada satu biomasapun yang kehilangannya mencapai 50%, kehilangan masa terbesar (40%) terjadi pada aplikasi biomasa batang sawit yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan biomasa lainnya. Urutan kecepatan penurunan berat kering biomasa sampai akhir pengamatan adalah Batang > Janjang Kosong > campuran D + P > campuran D + P + J > Daun. Kehilangan berat masa berkorelasi negative dan nyata (p<0,05) dengan kadar polifenol (R2=0,87), sedang kehilangan berat masa berkorelasi lemah (R2=0,27) dengan kadar lignin. Berdasarkan kadar polifenol biomasa sawit yang diuji, batang sawit menunjukkan kadar polifenol terendah 1,78% maka kehilangan masa relatif lebih cepat (k = 0,06) dengan umur paruh berkisar 14 - 17 minggu. Sedangkan daun menunjukkan laju dekomposisi lebih lambat (k= 0,035) dengan umur paruh lebih lama yaitu 27 minggu.