Daftar Isi:
  • Kentang (Solanum tuberosum L. ) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang penting karena memiliki banyak kandungan seperti karbohidrat, vitamin C dan B1 serta beberapa jenis mineral seperti fospor, zat besi, dan kalium (Hidayah, 2009). Selain itu, kentang juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena selain digunakan sebagai bahan makanan, digunakan pula sebagai bahan tepung serta bioetanol oleh beberapa industri. Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, delapan puluh persen dari luas lahan pertaniannya ditanami oleh kentang dengan produktivitas mencapai 25 ton/ha (Dinas Pertanian dan Kehutanan kota Batu, 2010). Selain itu, kentang yang ditanam oleh petani di desa Sumberbrantas merupakan kentang granola yang banyak diminati oleh konsumen dan mempunyai kualitas yang baik. Dalam upaya meningkatkan pendapatan petani kentang tersebut, maka pemerintah kota Batu telah mendorong kegiatan ekspor kentang tersebut melalui kerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Malang melalui kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). Berkaitan dengan har tersebut, maka dilakukan suatu kajian guna menganalisis pendapatan petani kentang ekspor dan non ekspor di desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan pelaksanaan ekspor di di daerah penelitian (2) Menganalisis pendapatan usahatani kentang petani ekspor dan non ekspor di daerah penelitian (3) Mengetahui tingkat kemampuan (capabilities), keterjangkauan (acessibilities), kesiapan (readiness), luas dampak (extension), dan luas pengaruh (leverage) dari pelaksanaan ekspor kentang di daerah peneilitian. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yakni di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pertimbangan penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan bahwa Desa Sumberbrantas telah melakukan ekspor kentang ke Singapura untuk yang pertama kalinya pada bulan Ferbruari 2012. Pengambilan responden usahatani dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling) dan metode sensus. Adapun jumlah sampel yang didapatkan adalah 33 petani (dari populasi sebanyak 131 orang) untuk petani non ekspor dan metode sensus untuk petani ekspor karena yang mengikuti ekspor hanya sebanyak 7 orang. Keduanya merupakan petani yang tergabung dalam gapoktan Sumber Jaya. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis kuantitatif (analisis biaya total usahatani, penerimaan total usahatani, dan pendapatan total usahatani). Sedangkan untuk menganalisis potensi dan respon petani terhadap pelaksanaan ekspor kentang digunakan analisis CAREL. Hasil penelitian studi perbandingan pendapatan usahatani kentang ekspor dan non ekspor di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji Kota Batu adalah : 1. Ekspor kentang di Desa Sumberbrantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu merupakan hasil kerjasama antara Bank Indonesia (BI) Malang, Petani gapoktan Sumber Jaya (Desa Sumberbrantas) dan gapoktan Mitra Arjuna (Desa Tulungrejo) serta PT Mitra Tani Agro Unggul (eksportir). Standar yang harus dipenuhi oleh petani antara lain kentang berdiameter ± 6 cm, kulitnya harus mempunyai warna yang rata dan sama (tidak ada bercak hijau), dan kentang tidak berlubang. Harga kentang yang dijual ke eksportir adalah Rp4.100/kg. 2. Rata-rata pendapatan usahatani kentang petani ekspor lebih tinggi dibandingkan dengan petani non ekspor dengan rata-rata pendapatan pada petani ekspor sebesar Rp33.210.190/ha, sedangkan rata-rata pendapatan petani non ekspor sebesar Rp26.609.910/ha. 3. Petani ekspor memiliki respon dan potensi yang lebih baik dibandingkan dengan petani non ekspor yang dilihat dari kriteria yaitu capabilities (kemampuan), accessibilities (keterjangkauan), readiness (kesiapan), extension (luas dampak), dan leverage (luas pengaruh). Akan tetapi, pada petani non belum mempunyai kesempatan untuk mengikuti ekspor kentang sehingga respon dan potensinya lebih rendah. Saran yang diajukan sehubungan dengan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengatasi bercak warna hijau yang kemungkinan dikarenakan pencucian yang terkena sinar matahahari langsung, petani dan pihak ekportir melakukan pencucian kentang di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung sehingga kualitas kentang tetap terjaga 2. Petani non ekspor lebih aktif lagi untuk mengikuti kegiatan di gapoktannya agar mempunyai kesempatan untuk mengikuti ekspor kentang. 3. Kelemahan dari penelitian ini adalah penentuan petani responden petani non ekspor. Oleh karena itu, jika penelitian selanjutnya akan membandingkan pendapatan antar petani maka lebih memperhatikan metode dalam menentukan petani responden atau memilih petani yang mempunyai kondisi yang relatif sama.