Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembibitan Krisan (Chrysanthemum sp.) dengan Menggunakan Teknik Kultur Jaringan pada PT. Inggu Laut Abadi Kota Batu Jawa Timur
Daftar Isi:
- Krisan merupakan salah satu komoditas hortikultura dengan prospek agribisnis yang cukup besar di Indonesia. Banyaknya konsumen yang membutuhkan krisan mengindikasikan adanya prospek yang baik bagi masa depan bisnis tanaman hias. Permintaan krisan yang terus meningkat dari tahun ke tahun menjadi insentif positif peningkatan produksi pada level usahatani. Untuk memenuhi permintaan bunga krisan yang terus meningkat, maka diperlukan adanya peningkatan kapasitas produksi bibit bunga krisan yang berkualitas. Dalam menghasilkan bibit krisan yang berkualitas dan berkuantitas tinggi maka dibutuhkan metode perbanyakan yang lebih unggul dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara konvensional, yaitu dengan metode kultur jaringan. Salah satu produsen bibit krisan yang menggunakan metode kultur jaringan yakni PT. Inggu Laut Abadi. Perusahaan ini melakukan teknik perbanyakan bibit krisan secara kultur jaringan, dengan harapan mampu memenuhi permintaan pasar yang ada. Namun saat ini produksi bibit krisan oleh PT. Inggu Laut Abadi belum mampu memenuhi seluruh permintaan petani. Produksi bibit krisan yang masih belum maksimal dikarenakan keterbatasan modal dan sumberdaya untuk dapat memenuhi seluruh permintaan petani akan bibit krisan. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang analisis kelayakan finansial usaha pembibitan krisan yang dapat berguna untuk menarik para investor maupun sebagai bahan informasi bagi pihak perusahaan dalam mengembangkan usaha ini sehingga diharapkan akan meningkatkan produksi bibit krisan yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan PT. Inggu Laut Abadi. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis arus uang tunai usaha pembibitan krisan dengan menghitung nilai biaya, penerimaan dan pendapatan selama umur ekonomis usaha, (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha pembibitan krisan dengan menghitung nilai NPV, IRR, net B/C ratio dan payback period, (3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha pembibitan krisan apabila terjadi perubahan terhadap jumlah produksi, harga jual dan biaya produksi. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja yaitu pada perusahaan PT. Inggu Laut Abadi yang terletak di Jalan Raya Sumberbrantas Km.12 Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Batu. Dalam penelitian ini, responden yang diminta memberikan keterangan terhadap objek yang diteliti yaitu manajer perusahaan, kepala laboratorium dan karyawan bendahara perusahaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif meliputi analisis cashflow, analisis kriteria investasi (NPV, IRR, net B/C ratio), payback period, serta analisis sensitivitas. Hasil penelitian dengan menggunakan analisis cashflow menunjukkan bahwa selama 10 periode (tahun) investasi usaha pembibitan krisan adalah sebesar ii Rp. 249.333.600,- sedangkan biaya produksinya adalah sebesar Rp. 1.783.842.650,-. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memproduksi bibit krisan sebanyak 14.470.414 bibit. Disamping itu jika bibit krisan tersebut dipasarkan, maka penerimaan yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp. 2.201.917.825,- dan pendapatannya adalah sebesar Rp. 418.075.175,-. Hasil analisis cashflow tersebut menunjukkan bahwa usaha pembibitan krisan pada perusahaan PT. Inggu Laut Abadi menguntungkan sehingga ada kemungkinan untuk dikembangkan menjadi usaha pembibitan krisan yang lebih meluas. Hasil penelitian menunjukkan ketiga indikator kriteria investasi menunjukkan kriteria layak. Nilai NPV usaha pembibitan krisan adalah Rp. 105.184.897,-. Hasil tersebut berarti bahwa dengan menginvestasikan modal sebesar Rp. 249.333.600,- jika dihitung pada masa sekarang maka nilai modal tersebut adalah sebesar Rp. 105.184.897,-. Untuk nilai dari IRR sebesar 20,08 persen berarti bahwa investasi Rp. 249.333.600,- akan memberikan return senilai Rp. 50.066.186,-. Untuk nilai net B/C ratio sebesar 1,42 berarti bahwa setiap investasi yang dilakukan sebesar Rp. 1,- akan memberikan keuntungan sebesar Rp. 1,42,-. Hasil dari analisis payback period menunjukkan bahwa pengembalian modal untuk usaha pembibitan krisan adalah selama 3 tahun 11 bulan 8 hari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa jangka waktu ini relatif singkat dari umur ekonomis peralatan laboratorium (5 tahun) dan bangunan greenhouse (10 tahun) sehingga usaha pembibitan krisan ini layak untuk dikembangkan. Hasil dari analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan jumlah produksi sebesar 10 persen menghasilkan NPV yaitu Rp. -27.231.793,-, IRR yaitu 7,45 persen dan net B/C ratio yaitu 0,89. Hasil analisis sensitivitas dengan penurunan harga jual sebesar 10 persen menghasilkan NPV yaitu Rp. 10.671.303,-, IRR yaitu 11,67 persen dan net B/C ratio yaitu 1,043; perubahan penurunan harga jual sebesar 20 persen menghasilkan NPV yaitu Rp. -83.842.290,-, IRR yaitu -3,75 persen dan net B/C ratio yaitu 0,67. Hasil analisis sensitivitas dengan kenaikan biaya produksi sebesar 10 persen menghasilkan NPV yaitu Rp. 8.220.056,-, IRR yaitu 11,31 persen dan net B/C ratio yaitu 1,03; perubahan kenaikan biaya produksi sebesar 20 persen menghasilkan NPV yaitu Rp. -88.744.784,-, IRR yaitu 0,52 persen dan net B/C ratio yaitu 0,64. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ketika terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 10 persen, penurunan harga jual sebesar 20 persen, dan kenaikan biaya produksi sebesar 20 persen maka usaha pembibitan krisan ini sudah tidak layak lagi untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan. Hasil analisis kelayakan finansial menyatakan bahwa usaha pembibitan krisan di PT. Inggu Laut Abadi layak untuk dikembangkan, sehingga sebaiknya dilakukan perbaikan secara eksternal. Maka dari itu diperlukan perbaikan melalui manajemen perusahaan. Selain itu, harga jual bibit krisan pada PT. Inggu Laut Abadi diketahui berada dibawah harga pasar pada umumnya. Maka dari itu, sebaiknya pihak perusahaan dapat mempertimbangkan kembali harga bibit krisan yang diproduksi agar dapat meningkatkan pendapatan.