Produktivitas dan Sebaran Horizontal Cabang Sekunder pada Tanaman Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) di Wilayah Batu

Main Author: Budianto, Agung
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2012
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/129053/1/Skripsi_Agung_Budianto.pdf
http://repository.ub.ac.id/129053/
Daftar Isi:
  • Apel (Malus sylvestris Mill.) adalah tanaman tahunan yang berasal dari daerah subtropis. Sejak tahun 1934 atau jaman penjajahan Belanda, tanaman apel telah ditanam di Indonesia dan dapat berbuah dengan baik. Tanaman apel mulai berkembang di Indonesia sejak diperkenalkan teknologi perompesan daun yang diikuti dengan pelengkungan cabang sebagai pengganti musim gugur, sehingga produksi apel dapat diatur oleh petani. Produktivitas apel di Kota Batu sejak tahun 1997 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan produksi diperkirakan berhubungan dengan umur tanaman dan intensitas cahaya matahari yang dapat diterima dan dimanfaatkan oleh tanaman. Faktor yang mempengaruhi kemampuan tanaman dalam menerima cahaya matahari ialah tingkat kerapatan tanaman dan bentuk tajuk tanaman. Apabila jarak tanam yang diterapkan sempit dan bentuk tajuk tanaman tidak teratur, maka cahaya yang dapat diterima oleh tanaman semakin kecil, khususnya pada tajuk bagian dalam atau bawah. Bentuk tajuk tanaman apel berhubungan dengan banyaknya cabang sekunder. Cabang sekunder yang banyak belum tentu menghasilkan buah yang lebat. Hal tersebut dikarenakan jumlah cabang yang banyak tidak diikuti dengan penataan tajuk, sehingga jumlah cabang yang ada akan saling menaungi dan menutupi (overlapping). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mendapatkan sebaran horizontal cabang sekunder pada tanaman apel Manalagi dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi buah apel Manalagi di wilayah Batu. Dengan hipotesis bahwa sebaran horizontal cabang sekunder dapat merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman apel Manalagi di wilayah Batu, ketinggian tempat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman apel Manalagi di wilayah Batu, arah lereng berpengaruh terhadap percabangan dan produktivitas tanaman apel Manalagi di wilayah Batu. Penelitian dilaksanakan di tiga wilayah, yaitu wilayah Barat-Barat Daya (lereng G. Arjuno), wilayah Timur – Tenggara (lereng G.Anjasmoro) dan wilayah Utara – Timur Laut (lereng G. Panderman) Batu. Curah hujan rata-rata berkisar 1500-1800 mm per tahun. Suhu udara berkisar antara 110 - 260C.Waktu penelitian adalah mulai bulan Oktober 2008 sampai dengan Maret 2009.. Penelitian menggunakan metode survei sebagai gabungan dari observasi lapang, dan pengambilan sampel buah. Pengamatan dilakukan pada 36 titik lokasi yang terbagi dalam tiga wilayah/ lereng gunung (12 titik pada tiap wilayah), masing-masing wilayah/lereng gunung dibagi dalam tiga ketinggian yaitu rendah (<1.000 m dpl), menengah (1.001-1.200 m dpl) dan tinggi (>1.200 m dpl) dengan 4 titik pengamatan pada setiap ketinggian. Peralatan yang digunakan ialah Li-cor (LI-6400i) Portable Photosynthesis System untuk mengukur laju fotosintesis pada daun tanaman apel Manalagi, busur derajat, Light meter, GPS (Global Positioning System) model Garmin V, meteran, timbangan, benang wol dan label serta kamera digital. Bahan yang digunakan ialah tanaman apel varietas Manalagi yang telah berumur 10-35 tahun dengan jumlah 36 tanaman pada 36 titik lokasi. Tanaman apel yang digunakan sebagai bahan penelitian memiliki ukuran tanaman yang hampir sama atau mewakili pada lahan tersebut dan tanaman tersebut sudah dalam keadaan berbuah. Kantong plastik untuk tempat panen buah, benang wol dan kertas label untuk menandai tanaman dan cabang yang diamati. Variabel pengamatan meliputi Jumlah cabang primer dan sekunder, Sudut horizontal cabang sekunder, panjang cabang sekunder, bobot buah dan jumlah buah apel per cabang sekunder, grade buah, intensitas sinar matahari dan laju fotosintesis. Data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan uji T (T-Student) pada taraf 5%. Sedangkan untuk melihat hubungan antar variabel menggunakan model regresi linier. Khusus untuk data produktivitas, panjang cabang dan kelas sudut horizontal cabang sekunder dianalisa juga dengan menggunakan Two Ways Analysis of Variance dan jika ditemukan beda nyata antar variabel atau terdapat interaksi, dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebaran horizontal cabang sekunder merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman apel Manalagi di kota Batu. Hal ini ditunjukkan dengan rerata jumlah buah dan bobot buah tertinggi terdapat pada kelas sudut 1o-90o dan 271o-360o. Ketinggian tempat secara statistik tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman apel Manalagi, tetapi apabila dilihat dari segi nilai, maka produktivitas per tanaman apel tertinggi didapat pada ketinggian 1.001-1.200 m dpl yaitu sebesar 20,04 kg/tanaman. Wilayah secara statistik tidak berpengaruh terhadap produktivitas apel Manalagi, tetapi apabila dilihat dari segi nilai, maka produktivitas per tanaman apel Manalagi tertinggi pada 3 wilayah yaitu wilayah Timur pada ketinggian 1.001-1.200 m dpl menghasilkan produktivitas 20,04 kg/tanaman, wilayah Barat pada ketinggian > 1.200 m dpl menghasilkan produktivitas sebesar 16,76 kg/tanaman dan wilayah Utara pada ketinggian 1.001-1.200 m dpl menghasilkan produktivitas sebesar 16,48 kg/tanaman.