Daftar Isi:
  • Lahan miring di dataran tinggi sering dimanfaatkan petani untuk budidaya tanaman sayuran. Lahan miring tersebut menjadi lahan-lahan terbuka, sehingga menyebabkan meningkatnya limpasan permukaan dan erosi. Hal ini disebabkan karena lahan tidak mampu lagi menyerap air dan akan mengalir di permukaan tanah sebagai air limpasan yang menghancurkan dan mengangkut tanah lapisan atas. Peningkatan laju aliran permukaan dan erosi dalam jangka panjang akan menyebabkan menurunnya kesuburan tanah di lahan tererosi. Penurunan kesuburan tanah selanjutnya akan menyebabkan penurunan produktivitas sumberdaya lahan (Kurnia et al., 2004). Peningkatan laju aliran permukaan dan erosi pada lahan miring di dataran tinggi perlu mendapatkan perhatian yang serius dalam pengelolaannya. Usaha pengelolaan lahan yang sesuai kaidah konservasi diharapkan dapat memperkecil limpasan permukaan dan erosi, sehingga mengurangi dampak kehilangan unsur hara akibat erosi. Salah satu solusi yang ditawarkan ialah melalui pengolahan lahan dengan arah guludan searah dengan kontur, atau pembuatan teras sebagai bangunan konservasi tanah dan air. Fungsi pembuatan guludan serah kontur atau teras bangku ialah untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng menjadi salah satu alternatif pilihan dengan disertai penanaman tanaman dengan tajuk yang mampu melindungi tanah dari pukulan air hujan secara langsung dengan jalan mematahkan energi kinetik hujan dan intersepsi melalui kanopi, ranting dan batangnya sehingga dapat mengurangi jumlah tanah yang terangkut. Tanaman brokoli (Brassica oleracea L. var. italica) dan Apel (Malus domestica) menjadi salah satu alternatif pilihan dalam upaya melindungi tanah dari pukulan air hujan secara langsung. Berdasarkan uraian diatas, dengan dilandasi pentingnya konservasi tanah terhadap penurunan limpasan permukaan, erosi dan kesuburan tanah, maka perlu adanya studi arah guludan di lahan miring pada pertumbuhan dan hasil tanaman brokoli. Penelitian ini bertujuan untuk 1. Mengetahui arah guludan yang mampu mengurangi limpasan permukaan, erosi dan kehilangan unsur hara pada lahan miring, 2. Mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman brokoli dalam arah guludan yang berbeda. Hipotesis yang diajukan ialah: Guludan yang searah dengan kontur menghasilkan limpasan permukaan, erosi dan kehilangan unsur hara yang lebih rendah daripada guludan yang searah dengan lereng dan memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman brokoli yang lebih baik. Penelitian dilaksanakan di Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Pada bulan November 2010 sampai Januari 2011. Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain: Petak erosi, Apron, Chinometer, Selang, Plastik, Ombrometer, Klinometer, Corong, Timbangan analitik, Oven, Leaf Area Meter, dan Meteran. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini, antara lain: bibit brokoli sebagai tanaman semusim, tanaman apel sebagai tanaman tegakan, pupuk Urea, SP36, KCL, pupuk kandang dan pestisida. Metode yang digunakan ialah metode grid (petak) dimana kondisi lingkungan dianggap tetap sama (homogen). iii Dalam penelitian ini dibuat 7 buah plot yang berjajar pada lahan dengan kemiringan 14 derajat, yaitu 5 buah plot erosi berisi tanaman dan 2 buah plot tanpa tanaman. 1. Guludan searah kontur, dengan tanaman apel dan brokoli, 2. Guludan searah kontur, dengan tanaman brokoli, 3. Guludan searah kontur, tanpa tanaman, 4. Guludan searah lereng, dengan tanaman apel dan brokoli, 5. Guludan searah lereng, dengan tanaman brokoli, 6. Guludan searah lereng, tanpa tanaman, 7. Teras bangku, dengan tanaman apel umur 10 tahun. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain: 1. Komponen ekologis (curah hujan, limpasan permukaan, erosi, erosi potensial, erosi yang diperbolehkan, indeks bahaya erosi), diamati satu hari setelah kejadian hujan. 2. Komponen pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot kering), diamati dengan interval setiap 10 hari sekali hingga 60 hari setelah transplanting. Sedangkan pengamatan panen meliputi: umur panen, bobot segar total tanaman, bobot segar bunga pertanaman, bobot segar bunga per tanaman. Data yang diperoleh dilakukan pengujian menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf nyata p = 0,05. Apabila terdapat perbedaan nyata antar perlakuan maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antar perlakuan. Uji perbandingan yang dilakukan adalah dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan taraf nyata p = 0,05. Untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan uji korelasi yang dilanjutkan dengan uji regresi. Teknik konservasi tanah berupa teras bangku dengan tanaman apel umur 10 tahun (P7) mampu mengurangi laju aliran permukaan dan erosi. Sedangkan perlakuan guludan searah kontur dengan tanaman apel dan brokoli (P1) hanya mampu mengurangi besarnya erosi dibanding dengan perlakuan guludan searah lereng dengan tanaman apel dan brokoli (P5). Kedua macam teknik konservasi tersebut mampu mengurangi erosi sebesar 99,77% pada perlakuan teras bangku dengan tanaman apel umur 10 tahun, dan 17,09% pada perlakuan guludan searah kontur dengan tanaman apel dan brokoli. Pembuatan guludan searah kontur maupun lereng pada tahun pertama tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman brokoli pada parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, serta pada hasil tanaman brokoli pada parameter bobot bunga per hektar (ton ha-1), tetapi memberikan pengaruh nyata pada luas daun, bobot kering tanaman dan bobot segar total tanaman.