Analisis efisiensi pemasaran belimbing manis (Averrhoa Carambola) Studi Kasus di Desa Moyoketen, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung

Main Author: Widya, Prasetyaningsih
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128884/1/051102457.pdf
http://repository.ub.ac.id/128884/
Daftar Isi:
  • Perkembangan buah-buahan sebagai salah satu produk hortikultura di Indonesia memiliki prospek yang baik, disamping potensi dasar yang dimiliki Indonesia sebagai produsen buah-buahan. Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi bagi pengembangan agribisnis belimbing manis dengan menduduki peringkat pertama dalam produksinya sebesar 18,202 ton. Salah satu sentra produksi belimbing manis di Jawa Timur yaitu di Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung. Wilayah ini menetapkan belimbing manis menjadi salah satu produk unggulan berdasarkan kriteria bahwa komoditi tersebut mempunyai kesesuaian dengan kondisi lahan di daerah tersebut serta memiliki prospek pasar yang baik. Dalam pasar terdapat banyak pihak yang mencari keuntungan sebagai lembaga pemasaran. Namun banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran belimbing manis akan mempengaruhi panjang pendeknya saluran pemasaran dan besarnya biaya pemasaran sehingga berpengaruh pada semakin besarnya perbedaan harga antara petani (produsen) dengan konsumen. Perumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1). Bagaimanakah saluran pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran belimbing manis di daerah penelitian, 2). Berapa besar marjin pemasaran, distribusi marjin serta share petani pada setiap saluran pemasaran belimbing manis, 3). Bagaimanakah efisiensi pemasaran belimbing manis didaerah penelitian. Sedangkan tujuan dari penelitian ini antara lain: 1). Mengidentifikasi saluran pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran belimbing manis yang dilakukan oleh lembaga pemasaran belimbing manis pada daerah penelitian, 2). Menganalisis marjin pemasaran, distribusi marjin, share petani pada setiap saluran pemasaran belimbing manis, 3). Menganalisis efisiensi pemasaran belimbing manis melalui efisiensi harga dan operasional. Responden petani ditentukan dengan simple random sampling dengan diperoleh 35 petani, sedangkan penentuan responden lembaga pemasaran menggunakan snowball sampling dengan diperoleh 14 pedagang antara lain 5 pedagang pengumpul dan 9 pedagang pengecer. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif untuk menggambarkan lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran belimbing manis serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan. Sedangkan analisis kuantitatif yaitu menggunakan analisis marjin pemasaran , efisiensi harga dan operasional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen belimbing manis tidak hanya berada di daerah Kabupaten Tulungagung melainkan berada di luar kota atau propinsi. Terdapat 4 saluran tersebut antara lain: I). Petani – Pedagang pengumpul - Konsumen, II). Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang pengecer (Tulungagung) - Konsumen, III). Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang pengecer (Malang) - Konsumen, IV). Petani – Pedagang pengumpul – Pedagang pengecer (Jakarta) - Konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran antara lain a). Pedagang pengumpul : fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan; fungsi fisik yaitu pemetikan, pengepakan, bongkar muat dan pengemasan; fungsi fasilitas yaitu sortasi dan grading, resiko, transaksi, b). Pedagang pengecer : fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan; fungsi fisik yaitu: bongkar muat dan pengemasan; fungsi fasilitas yaitu retribusi, resiko, transaksi. Hasil analisis marjin dan distribusi marjin terlihat bahwa pada setiap saluran pemasaran belum terdistribusikan secara proporsional karena terdapat lembaga pemasaran yang mengambil keuntungan relatif jauh lebih besar (proporsinya lebih dari 50%) apabila dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya tanpa diimbangi dengan kemampuan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Perolehan share petani pada saluran I lebih besar apabila dibandingkan dengan perolehan share petani pada saluran lainnya yaitu sebesar 85%. Efisiensi pemasaran berdasarkan analisis efisiensi harga menunjukkan bahwa pemasaran belimbing manis di Desa Moyoketen sudah efisien karena selisih harga lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan fungsi transportasi. Sedangkan secara operasional dari masing-masing saluran pemasaran diperoleh nilai rasio keuntungan dan biaya lebih dari satu ( >1), yang artinya bahwa saluran pemasaran yang ada sudah efisien, kecuali pada saluran pemasaran II grade C untuk pedagang pengumpul memperoleh nilai rasio keuntungan dan biaya kurang dari satu (<1). Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk saluran pemasaran pendek memilih saluran pemasaran I, sedangkan untuk saluran pemasaran yang panjang disarankan untuk memilih saluran pemasaran III, setidaknya keuntungan yang relatif lebih proporsional dan setiap lembaga pemasaran yang terlibat hendaknya mengambil keuntungan yang proporsional berdasarkan pengeluaran biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran. Informasi harga hendaknya lebih terbuka, sehingga semua pihak baik petani maupun lembaga pemasaran dapat mengetahui perkembangan harga belimbing manis. Dalam hal ini informasi harga berasal dari informasi yang formal, misalkan dari dinas pertanian untuk menyampaikan informasi tersebut.