Analisis Pengendalian Kualitas pada Defect Produk Koran dengan Menggunakan Metode Six Sigma
Main Author: | Ardine, Nisrina |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/12888/ |
Daftar Isi:
- PT. Temprina Media Grafika Malang merupakan perushaan media cetak koran untuk daerah Malang Raya. Hasil produksi koran sangat mempengaruhi kepercayaan konsumen dan kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, proses produksi koran harus mampu menghasilkan produk yang baik dan berkualitas. Namun, saat ini produksi koran masih banyak menghasilkan produk cacat. Produk cacat akan sangat berpengaruh, sehingga terjadi pemborosan dan merugikan perusahaan. Oleh karena itu, perlu dibutuhkan adanya pengendalian kualitas, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pengendalian dalam mencapai cacat nol (zero defect), sehingga menekan terjadinya pemborosan. Six sigma merupakan suatu teknik peningkatan kualitas menuju target 3,4 DPMO. Sehingga, dapat dijadikan ukuran kinerja yang memungkinkan perusahaan mendapatkan peningkatan yang luar biasa. Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu define, measure, analyze, dan improve.Tahap define, dilakukan identifikasi jenis cacat dan CTQ (Critical to Quaity). Tahap measure, dilakukan pembuatan peta kendali P, menghitung nilai DPMO (Defect per Million Opportunities) dan Level Sigma, dan kapabilitas proses. Tahap analyze, dilakukan pembuatan diagram sebab akibat untuk mengetahui akar penyebab permasalahan dan menganalisa kegagalan potensial dengan FMEA (Failure Mode and Effect Analysis). Tahap improve, dilakukan rancangan perbaikan untuk mengatasi adanya penyebab cacat yang terjadi. Hasil penelitian pada tahap define terdapat CTQ pada setiap jenis cacat, yaitu pada jenis cacat membayang dan warna tidak sesuai memiliki CTQ hasil cetak rapi dan sesuai. Lalu, pada jenis cacat lipatan webb tidak sempurna memiliki CTQ hasil lipatan sesuai. Koran yang dikatakan cacat adalah yang tidak dapat memenuhi karakteristik tersebut. Hasil identifikasi jenis cacat yang terjadi yaitu membayang, warna tidak sesuai, dan lipatan webb tidak sempurna. Pada tahap measure dengan membuat peta kendali P yang menunjukkan masih banyak cacat produk yang diluar batas yang diisyaratkan. Selanjutnya, nilai DPMO adalah 9.293 yang artinya terdapat 9.293 kemungkinan adanya cacat produk dengan level sigma 3,85 dan kapabilitas proses sebesar 1,28. Hal itu berarti menunjukkan proses dianggap cukup mampu, tapi tetap perlu adanya peningkatan. Pada tahap analyze dengan membuat diagram sebab akibat diketahui banyak akar penyebab dari setiap jenis cacat. Setelah diketahui akar penyebab masalah, dilakukan analisis potensi kegagalan menggunakan FMEA dengan memilih nilai RPN tertinggi dari setiap jenis cacat sebagai prioritas untuk diberikan usulan perbaikan. Selanjutnya, pada tahap improve terdapat 6 rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan kepada setiap jenis cacat dan jenis kegagalan. Pertama, dengan membuat checklist setting mesin untuk operator. Kedua, dengan membuat uji tingkat kebisingan dengan menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat. Ketiga, membuat kurva pembentukan warna (grey balance). Keempat, menggunakan digital thickness gauge. Kelima, membuat daftar pelatih (trainer) untuk operator. Keenam, menggunakan conductivity meter untuk mengukur konduktivitas air pembasah. Ketujuh, menggunakan ABC Wash Blanket.