Respon anggrek Dendrobium sp. pada kultur in vitro

Main Author: NurikaAiniYuniasari
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2011
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128818/1/051100515.pdf
http://repository.ub.ac.id/128818/
Daftar Isi:
  • Sebagai salah satu pusat gen dunia, Indonesia termasuk salah satu tempat asal tanaman anggrek, diantaranya ialah anggrek Dendrobium sp. Dendrobium sp. termasuk dalam genus anggrek terbesar di dunia. Eksploitasi besar-besaran yang marak dilakukan dapat mengancam keberadaan spesies anggrek asli Indonesia. Untuk itu, perlu dilakukan konservasi ex situ untuk melestarikan plasma nutfah anggrek tersebut. Salah satu tekniknya ialah dengan menggunakan kultur in vitro. Keberhasilan kultur in vitro dipengaruhi oleh faktor genotip eksplan dan lingkungan kultur. Perbanyakan secara in vitro menunjukkan bahwa spesies yang berbeda membutuhkan media yang berbeda dan bahkan spesifik untuk perkecambahan dan pertumbuhan yang optimum. Untuk itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui kombinasi terbaik antara media tumbuh dengan beberapa anggrek Dendrobium sp. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi terbaik antara Dendrobium sp. dengan media tumbuh pada kultur in vitro. Hipotesis yang diajukan ialah terdapat kombinasi terbaik antara Dendrobium sp. dengan media tumbuh pada kultur in vitro. Penelitian dibagi menjadi dua percobaan. Pada percobaan pertama digunakan eksplan tunas aksilar dan pada percobaan kedua digunakan eksplan PLB (Protocorm like body). Kedua percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Perlakuan terdiri dari kombinasi Dendrobium sp. dengan media tumbuh. Pada percobaan 1 digunakan empat spesies dan empat media, sehingga terdapat enam belas kombinasi perlakuan. Percobaan 1 menggunakan spesies D. lineale, D. pseudoconantum, D. strebloceras, dan D. veratrifolium. Percobaan 1 tahap I menggunakan media VW, VW + BA 0,5 mg.L-1, 1⁄2 MS, dan 1⁄2 MS + BA 0,5 mg.L-1. Percobaan 1 tahap II menggunakan media VW, VW + BA 1mg.L-1 + NAA 0,1mg.L-1, 1⁄2 MS, dan 1⁄2 MS + BA 1mg.L-1 + NAA 0,1mg.L-1. Pada percobaan 2 digunakan dua spesies dan empat media, sehingga terdapat delapan kombinasi perlakuan. Percobaan 2 menggunakan spesies D. spectabile dan D. ascipilanense. Percobaan 2 tahap I menggunakan media VW, VW + BA 0,5 mg.L-1, 1⁄2 MS, dan 1⁄2 MS + BA 0,5 mg.L-1. Percobaan 2 tahap II menggunakan media VW, VW + BA 2 mg.L-1, 1⁄2 MS, dan 1⁄2 MS + BA 2 mg.L-1. Peubah yang diamati pada percobaan 1 meliputi warna eksplan, saat inisiasi kalus, warna kalus, dan persentase eksplan yang membentuk kalus. Peubah yang diamati pada percobaan 2 meliputi saat inisiasi kalus, saat inisiasi PLB, saat inisiasi tunas, warna kalus, persentase eksplan yang membentuk kalus, persentase eksplan yang membentuk PLB, persentase eksplan yang membentuk tunas, jumlah PLB per eksplan, dan jumlah tunas per eksplan. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5%. Hasil percobaan 1 tidak dapat dianalisis ragam karena tidak semua perlakuan merespon perlakuan yang diberikan. Percobaan 2 menunjukkan bahwa kombinasi terbaik antara eksplan PLB anggrek Dendrobium sp. dengan media pada persentase pembentukan PLB tahap I dan persentase pembentukan kalus tahap II ialah D. spectabile dengan media VW, sedangkan kombinasi pada persentase pembentukan kalus tahap I dan persentase pembentukan kombinasi kalus dan PLB tahap II ialah D. spectabile dengan media 1⁄2 MS + BA 2 mg.L-1.