Analisis Perubahan Tingkat Kenyamanan Kota Malang
Main Author: | Wijaya, Ritwan |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2012
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128814/1/skripsi.pdf http://repository.ub.ac.id/128814/ |
Daftar Isi:
- Dalam beberapa waktu terakhir ini pemanasan global menjadi salah satu topik yang sering diperbincangkan dan diangkat ke muka publik. Pemanasan global terjadi karena peningkatan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer terutama akibat peningkatan emisi gas CO2 sebagai dampak industrialisasi. Di Indonesia, dampak pemanasan global ditunjukkan dengan perubahan suhu yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Perubahan suhu ini dapat dirasakan hampir di seluruh kota di kawasan Indonesia, tidak terkecuali Kota Malang. Sebagai kota yang berada di dataran sedang, Kota Malang saat ini tidak lagi mencerminkan suatu kota yang sejuk. Namun saat ini hal tersebut berbeda, Malang kini di kenal menjadi kota yang cukup panas. Perubahan suhu di Kota Malang yang disebabkan oleh pertambahan penduduk, peningkatan polusi udara, alih fungsi lahan, serta semakin berkurangnya RTH kota dari tahun ke tahun, mengakibatkan Kota Malang tidak lagi bisa dikatakan menjadi kota yang nyaman. Tujuan dari penelitian ini ialah (1) Mendapatkan nilai perubahan tingkat kenyamanan di Kota Malang selama 30 tahun terakhir dengan menggunakan metode THI (Thermal Humidity Index), metode Indeks Kenyamanan (IK), metode RayMan dan metode quisioner tentang persepsi terhadap kenyamanan, (2) Mendapatkan hubungan anatara perubahan luas RTH dengan perubahan tingkat kenyamanan di Kota Malang. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Terdapat hubungan antara jumlah parameter yang digunakan dengan akurasi hasil analisis tingkat kenyamanan, (2) Terdapat hubungan antara perubahan tingkat kenyamanan dengan perubahan luas RTH di Kota Malang. Penelitian ini dilakukan di Kota Malang Jawa Timur, dengan ketinggian tempat antara 440 – 667 m dpl. Penelitian berlangsung pada bulan April 2011 sampai Juni 2011. Data yang digunakan ialah data klimatologi FP UB Malang yang terdiri dari data suhu, kelembaban, radiasi matahari, kecepatan angin dan curah hujan selama 30 tahun (1979 – 2009). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode THI (Thermal Humidity Index), Indeks Kenyamanan, RayMan dan metode quisioner yang digunakan sebagai kontrol. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa suhu udara Kota Malang mengalami peningkatan pada periode tahun 1989 – 1998 dan kembali turun pada periode tahun 1999 – 2009. Hal ini di sebabkan radiasi matahari yang terjadi di Kota Malang mengalami kondisi tertinggi pada periode tahun 1989 – 1998. Sementara hasil analisa tingkat kenyamanan dengan 4 (empat) metode yaitu metode THI (Thermal Humidity Index), Indeks Kenyamanan, RayMandan quisioner tentang persepsi terhadap kenyamanan diperoleh hasil yang sama, yaitu selama periode 30 tahun (1979 – 2009) Kota Malang mengalami kondisi tidak nyaman pada siang hari (suhu maksimum dan kelembaban minimum). Perubahan tingkat kenyamanan Kota Malang selain dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban juga dipengaruhi oleh perubahan luas RTH. Perubahan luas RTH ini disebabkan alih fungsi lahan akibat peningkatan jumlah penduduk. Luasan RTH Kota Malang jenis pekarangan, tegalan, sawah dan semak belukar selama 30 tahun terakhir mengalami penurunan sebesar 38,05 % yaitu dari 8.780,57 Ha pada tahun 1984 menjadi 4.614,78 Ha pada tahun 2009. Sedangkan RTH jenis rumput/taman dan hutan kota cenderung mengalami peningkatan sebesar 1,39 % yaitu dari 44,37 Ha pada tahun 1984 menjadi 192,21 Ha pada tahun 2009, namun secara keseluruhan RTH Kota Malang mengalami penurunan sebesar 36,66 % yaitu dari 8824,94 pada tahun 1984 menjadi 4810,99 pada tahun 2009. Berkurangnya luas RTH (pekarangan, sawah, tegalan dan semak belukar) diiringi juga dengan laju pertumbuhan penduduk Kota Malang yang mengalami perkembangan cukup pesat (271.870 jiwa pada tahun 1954 menjadi 820.857 jiwa pada tahun 2009). Sementara itu pertambahan jumlah penduduk yang semakin pesat juga memicu pertambahan jumlah kendaraan bermotor di Kota Malang (179.437 buah pada tahun 2003 menjadi 325.227 buah pada tahun 2009). Pertambahan jumlah kendaraan bermotor akan berdampak pada peningkatan karbon dioksida (CO2) yang dilepas ke atmosfer. Karbon dioksida (CO2) yang terkumpul di atmosfer akan menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yang menyebabkan suhu udara pada suatu kawasan tersebut semakin tinggi, sehingga dapat mengurangi tingkat kenyamanan.