Analisis Pelaksanaan Kemitraan dalam Agroindustri Apel antara UD. Bagus Agriseta Mandiri dengan Petani Apel di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu

Main Author: Utami, RatihApri
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 1900
Subjects:
Online Access: http://repository.ub.ac.id/128769/1/051105028.pdf
http://repository.ub.ac.id/128769/
Daftar Isi:
  • Pembangunan pertanian menjadi bagian penting bagi para petani maupun masyarakat untuk memberikan manfaat bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan ekonomi mereka. Saat ini yang menjadi masalah utama bagi para petani adalah kesulitan akan akses terhadap informasi pasar yang akurat disamping rendahnya harga produk pertanian. Adanya perubahan pola konsumsi manusia serta terjadinya perubahan teknologi menyebabkan meningkatnya produksi dan perdagangan produk-produk pertanian bernilai tinggi seperti produk hortikultura, rempah-rempah dan beberapa jenis sayuran tertentu (Andri, 2006). Produk hortikultura yang bernilai tinggi dan mempunyai permintaan potensial di masyarakat salah satunya adalah buah apel. Apel dibudidayakan secara intensif di Malang sejak tahun 1960, terutama di daerah Batu. Pada tahun 2001, Batu ditetapkan sebagai kota Pariwisata. Icon kota pariwisata yang melekat pada kota Batu memberikan peluang bagi buah apel yang merupakan buah khas kota Batu menjadi produk oleh-oleh wisatawan. Selain permintaan dalam buah segar, produk olahan apel pun menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Hal inilah yang memberikan peluang bagi agroindustri pengolahan makanan khas Kota Batu untuk memberikan inovasi olahan buah apel menjadi oleh-oleh yang banyak diminati. Salah satu perusahaan agroindustri yang cukup terkenal di Kota Batu yaitu UD. Bagus Agriseta Mandiri, yang merupakan perusahaan pengolah makanan khas Batu dari apel seperti jenang, dodol, keripik dan sari apel. Dalam hal penyediaan bahan baku apel, UD. Bagus Agriseta Mandiri melaksanakan kemitraan dengan petani. Beragam manfaat yang didapatkan oleh pihak-pihak yang melakukan kemitraan menjadikan bentuk kerjasama ini makin diminati. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian mengenai peranan kemitraan bagi petani, apakah terdapat perbedaan pendapatan yang diterima petani mitra dengan petani non mitra. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan pelaksanaan pola kemitraan yang dilakukan oleh UD. Bagus Agriseta Mandiri dengan petani apel di Bumiaji. (2) Menganalisis pendapatan antara petani mitra dengan petani non mitra di daerah penelitian. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja ( purposive ) di UD. Bagus Agriseta Mandiri, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu. Responden dalam penelitian ini adalah petani yang mengikuti kemitraan dan petani yang tidak mengikuti kemitraan dengan UD. Bagus Agriseta Mandiri, Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Wisata Batu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode cluster proportional simple random sampling yaitu prosedur penarikan contoh secara acak dikelompokkan dengan dasar pengelompokkan adalah petani yang melakukan usaha tani apel, yaitu petani mitra dan petani non-mitra. Keberadaan kemitraan bagi Bagus Agriseta Mandiri ini dirasa penting, karena perusahaan harus memperoleh pasokan bahan baku. Keberadaan kemitraan, selain mengusahakan ketersediaan bahan baku apel juga membantu petani dalam penerimaan apel grade rendah yang tidak layak jual, namun masih bisa diolah. Dengan demikian, perusahaan membantu petani dalam meningkatkan pendapatan usahatani apelnya dengan kemudahan kepastian harga dan pemasaran hasil. Kemitraan yang telah terjalin antara UD. Bagus Agriseta Mandiri dengan petani apel di Desa Bumiaji dalam usaha pengolahan aneka produk buah apel telah dimulai sejak tahun 2005. Sistem kemitraan memberikan jaminan bagi petani maupun bagi perusahaan. Dengan pola kemitraan diharapkan petani dapat meningkatkan pendapatannya, sedangkan perusahaan dapat memperoleh suplai bahan baku yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang terkontrol. Perusahaan memperoleh keuntungan berupa ketersediaan bahan baku, dan petani mendapatkan kepastian harga dan jaminan pemasaran hasil. Pelaksanaan kemitraan meliputi penyuluhan dari petugas lapang, penanganan setelah panen (pascapanen) dan pembayaran. Ditinjau dari pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara petani apel dan perusahaan, tujuan aspek kemitraan lebih tertuju pada aspek ekonomi, yaitu meningkatkan pendapatan, meningkatkan perolehan nilai tambah, meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan memperluas kesempatan kerja. Kemitraan antara UD. Bagus Agriseta Mandiri dan petani apel menerapkan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan. Menurut pola kemitraan yang diterapkan UD. Bagus Agriseta mandiri dan petani apel desa Bumiaji dapat dibedakan: a. Berdasarkan kondisi daerah dan petani apel di Desa Bumiaji, perusahaan menerapkan Pola Kemitraan dengan Perusahaan Pembimbing Penghela(PKP2H). b. Berdasarkan jangka waktunya diterapkan kemitraan jangka menengah. c. Berdasarkan hubungan pola kemitraan yang diterapkan adalah pola sub kontrak. Berdasarkan hasil analisis usahatani didapatkan bahwa rata-rata biaya total 1 ha yang dikeluarkan oleh petani mitra untuk usahatani apel dalam satu kali panen adalah sebesar Rp. 9.480.714,00 dan biaya total untuk usahatani petani non-mitra adalah Rp. 10.345.160,00. Kemudian jumlah penerimaan yang diterima oleh petani mitra adalah sebesar Rp 22.815.925,27 dan penerimaan yang diterima oleh petani non-mitra adalah sebesar Rp. 22.261.261,91. Sedangkan pendapatan yang diperoleh petani mitra adalah sebesar Rp 13.335.211,27 pendapatan yang diperoleh petani non-mitra adalah sebesar Rp. 11.916.101,91. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata diketahui bahwa F hitung yang lebih kecil (0,001) dari F tabel (1,817) pada tingkat signifikansi 0,05, menunjukkan bahwa ragam antara kedua populasi antara petani mitra dan petani non-mitra mempunyai varians sama. Untuk nilai T hitung, diperoleh nilai T hitung lebih besar dari nilai T tabel (2,208 > 1,9996), yang berarti menolak H 0 dan menerima H1. Dengan demikian, pendapatan yang diperoleh petani mitra lebih tinggi daripada petani non-mitra.