Analisis Break Even Point (BEP) dan Strategi Pengembangan Agroindustri Pupuk Bokashi (Studi Kasus di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang)
Main Author: | Astuti, IkeWahyu |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/128761/1/051104859.pdf http://repository.ub.ac.id/128761/ |
Daftar Isi:
- Saat ini pangsa pasar untuk produk konsumsi berbahan baku organik sedang meningkat pesat. Tingginya permintaan akan produk organik secara otomatis menyebabkan tingginya permintaan akan pupuk organik. Permintaan akan pupuk organik yang meningkat juga diimbangi dengan kualitas akan pupuk organik. Salah satu jenis pupuk organik yang memiliki kualitas tinggi adalah pupuk bokashi. Salah satu agroindustri yang mampu mengambil peluang tersebut adalah agroindustri pupuk bokashi di Desa Wonosari. Dalam menjalankan usaha, agroindustri pupuk bokashi di Desa Wonosari mengalami berbagai kendala dan ancaman , antara lain terbatasnya modal, teknologi yang digunakan sederhana, emasaran yang terbatas, ancaman bermunculannya agroindustri-agroindustri lain yang sejenis di daerah sekitar yang menimbulkan situasi pasar kompotitif. Oleh karena itu diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menghadapi persaingan pasar dan untuk mengembangkan usaha. Selain itu dalam rangka peningkatan keuntungan dari agroindustri pupuk bokashi juga perlu dilakukan analisis Break Even Point (BEP) yang bertujuan untuk mengetahui titik impas. Dengan demikian perlu adanya penelitian tentang analisis break event point (BEP) dan strategi pengembangan untuk meningkatkan pendapatan produsen dan perekonomian masyarakat yang bergabung dalam agroindustri pupuk bokashi. Permasalahan dari penelitian ini yaitu (1) Seberapa besar tingkat keuntungan yang diperoleh dari agroindustri pupuk bokashi (2) Bagaimana analisis Break Even Point (BEP) agroindustri pupuk bokashi terjadi (3) Bagaimana strategi pengembangkan yang digunakan agroindustri pupuk bokashi dalam upaya pengembangan usaha agroindustri pupuk bokashi di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh dari agroindustri pupuk bokashi di Desa Wonosari (2) Menganalisis Break Even Point (BEP) agroindustri pupuk bokashi (3) Menganalisis strategi pengembangkan yang digunakan agroindustri pupuk bokashi dalam meningkatkan volume penjualan. Metode penelitian ini meliputi (1)lokasi penentuan dilakukan secara sengaja (“purposive”), yaitu di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang (2)penentuan responden dilakukan secara sensus dengan 10 produsen pupuk bokashi (3)analisis data menggunakan analisis biaya, pendapatan, dan analisis break event point (BEP). Analisis strategi dengan menggunakan analisis SWOT yang didalamnya terdapat analisis matrik IFE, matrik EFE, Matrik IE, Matrik Grand Strategy, Matrik SWOT, dan menggunakan analisis QSPM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Usaha agroindustri pupuk bokashi di daerah penelitian dalam satu kali proses produksi dengan kapasitas produksi 200 kemasan,biaya total rata-rata yang digunakan untuk memproduksi pupuk bokashi per proses produksi pada agroindustri skala rumah tangga sebesar Rp 723.995,83 dengan penerimaan sebesar Rp 1.200.000,00 sehingga keuntungan yang diperoleh per proses produksi sebesar Rp 476.004,17. Sedangkan biaya total rata-rata per proses produksi dengan kapasitas produksi 400 kemasan pada agroindustri skala kecil sebesar Rp 1.470.502,20 dengan pendapatan sebesar Rp 2.600.000,00 sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp 1.129.497,80. Hasil analisis break event point (BEP) menunjukkan bahwa nilai BEP agroindustri pupuk bokashi skala rumah tangga dalam satu kali produksi diperoleh pada volume 2,39 unit atau senilai Rp 14.363,55 sedangkan nilai BEP agroindustri pupuk bokashi skala kecil dalam satu kali produksi diperoleh pada volume 2,18 unit atau senilai Rp 14.195.76. Artinya, Jika produsen pupuk bokashi telah mencapai angka penjualan tersebut maka dapat diartikan bahwa perusahaan telah mencapai titk dimana perusahaan tidak mengalami kerugian maupun memperoleh keuntungan. Untuk memperoleh keuntungan maka produsen harus memproduksi dan menjual pupuk bokashi lebih tinggi dari titik impas. Dari analisis matrik IFE agroindustri pupuk bokashi mempunyai skor total kekuatan sebesar 1,63 dan faktor kelemahan sebesar 1,14, hal ini menunjukkkan bahwa kekuatan menutupi kelemahan. Dari analisis matrik EFE bahwa agroindustri pupuk bokashi mempunyai skor total peluang sebesar 2,21 dan faktor ancaman sebesar 0,49, hal ini menunjukkkan bahwa peluang lebih besar dari ancaman. Pada analisis IE, Agroindustri pupuk bokashi terletak pada sel V yakni strategi pertumbuhan dan stabilitas ( growth and stability ) dan pada matrik grand strategy posisi agroindustri pupuk bokashi di daerah penelitian berada pada kuadran I, ini menjelaskan bahwa agroindustri tersebut memiliki kekuatan dan peluang. Strategi yang dapat diterapkan oleh agroindustri pupuk bokashi dari matrik posisi dan strategi agroindustri adalah strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Sedangkan dari matrik SWOT dan QSPM dapat disusun alternatif-alternatif strategi yang harus dijalankan yakni (1)Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dengan baik mulai dari manajemen keuangan, produksi dan operasi, manajemen pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia. (2)Mengembangkan usaha disegala bidang melalui meningkatkan teknologi tepat guna untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinyuitas produk dengan memperluas jangkauan pasar agar dapat mempertahankan selera konsumen dan pasar. (3) Menambah modal melalui kerja sama dengan berbagai relasi disertai pengajuan potensi usaha yang menjanjikan untuk meyakinkan calon penanam modal. Saran yang dapat diberikan diantaranya yaitu: (1) Untuk meningkatkan usaha perlu adanya perbaikan dalam hal pencatatan keuangan, pengaturan jumlah produksi, perbaikan teknologi yakni penggunaan mesin seperti mesin pengayak dan mesin pencampuran, serta peningkatan kemampuan dan wawasan produsen pupuk bokashi dalam berwirausaha (2) Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dengan produsen dalam upaya pengembangan usaha melalui penyuluhan dan pelatihan serta bantuan modal usaha (3) perlu adany